Halal Zone (SEQUEL FANGIRL EN...

By inkinaoktari

491K 53.5K 8.9K

cover by @nailayaa ❤ Karena Fanzone, Friendzone, Kakak-Adek Zone dan zona-zona cinta lainnya akan kalah sama... More

Trailer Halal Zone
1 - Rengginang Poli
2 - Balada di Atas Genteng
3 - Bagai Musik dan Lirik yang Tak Terpisahkan
4 - Lebih Sayang Mana?
5 - Diet?
6 - Ada Pucca!
7 - Ada yang Baru Nih
8 - Dion Sayang Gina Tapi Kapan Ngakunya
10 - Boom!
11 - Gaswat, Dion Ngamuk!
12 - Sedewasa Lo Aja
13 - Kita Punya Anak!
14 - Ciyeee
15 - asdfghjkl
16 - Humaira
17 - Konco Mesra
18 - Mabok Dilan
19 - Lelaki di Balik Mimbar
20 - Ungkapan Tak Terduga
21 - Jadi, Kita Nikahnya Kapan?
22 - Jadikanlah Aku Suamimu~
23 - Jodoh yang Sesungguhnya
24 - Nikah-Nikahan
25 - Paha Ayam
26 - Jendela
27 - Sekali Lagi
28 - Mitsaqan Ghaliza
29 - Malam (Ihiw) Pertama
30 - Pacaran (END)
♡ istriku yang lucu ♡
🌸 sungkeman 🌸
HALAL ZONE 2

9 - Dan Dan DanGer!

11.7K 1.4K 221
By inkinaoktari

"Gimana kalau gue bilang, gue nggak suka lo deket sama Gery?"

Gina tercekat mendengar perkataan Dion. "K-kenapa emangnya?"

Dion menghela napas panjang. Cowok itu mempersiapkan dirinya untuk menghadapi respon Gina dengan membeberkan fakta tentang Gery yang sebenarnya. "Dia terlalu berbahaya buat lo."

"Bahaya gimana?" Alis Gina semakin mengerut.

"Dia ... dia itu PK, Nang."

"PK? Maksudnya?" tanya Gina tak mengerti.

Dion berdecak."Lo cari di internet deh."

Ia merasa sulit untuk menjelaskan pada Gina secara gamblang. Ditambah lagi Gina sudah hidup lama berkuliah di ibu kota dan bergaul dengan anak-anak hits masih saja tak paham mengenai arti akronim tersebut.

Gina cemberut kemudian membuka web pencarian, menelusuri kepanjangan dari dua huruf yang terdiri dari P dan K. "Peninjauan kembali, perwakilan kelas, pengurus kecamatan, pengurus komisariat, pelet ... kuntilanak?"

"Salah. Bukan ituuu." Dion menggaruk belakang telinganya gusar. Ternyata ada banyak pengertian yang berbeda-beda dari akronim PK. "Nah, yang ini," tunjuk Dion pada baris yang tertera di layar ponsel Gina.

"Penjahat kel-" Gina menutup mulutnya terkejut. "Lo jangan bohong, Yon. Gery? Gila, nggak mungkin!"

"Lo nggak percaya sama gue? Gue nggak akan bohong dalam hal seserius ini, Nang."

Gina terdiam karena berpikir keras.

"Gue ... nggak percaya." Gina menggeleng ragu-ragu. Di satu sisi ia tau Dion tak mungkin berbohong padanya dan di sisi lainnya ia juga tak percaya bahwa Gery sebrengsek itu. Gery memperlakukannya dengan sangat sangat sangat istimewa. Dan Gina merasa Gery begitu menghargai martabat kaum hawa.

"Pokoknya lo harus hati-hati sama dia." Dion berkata tegas. "Lo ... harus jauhin dia."

"Tapi ... nggak semudah itu, Yon. Gimana ... gimana kalau itu cuman rumor?"

"Rumor gimana? Nggak akan ada asap kalau nggak ada api, Nang." Dion tak tahu bagaimana cara menjelaskan pada Gina bahwa fakta itu bukan hanya sekadar kabar burung.

"Tapi gue nggak bisa serta merta jauhin dia, gue ... gue udah ngerasa nyaman sama dia, Yon."

Dion merasa jantungnya telah tertumbuk bambu runcing.

"Gimana kalau dia sama gue ... dia benar-benar bisa berubah?" lanjut Gina lagi membuat perih di ulu hati Dion semakin bertambah.

Dari novel-novel romansa yang pernah Gina baca, bad boy kayak begitu akan teramat mencintai perempuan yang ia pilih dan mulai berubah meninggalkan kebiasaan nakalnya. Kemudian kedua insan itu akan hidup bahagia selamanya. End!

"Itu fiksi, Nang. Fiksi. Nggak mudah untuk mengubah sifat seseorang. Dan apa lo yakin lo sang pemeran utama? Kalau lo jadi korban yang bahkan nggak diceritakan dalam bab selanjutnya, hanya cewek random yang nantinya jadi korban, gimana?!"

Perkataan Dion membuat hati Gina tertohok. Wajah gadis itu lantas berubah pias.

Dion kembali menghela napas. "Maaf, gue udah terlalu kasar. Gue bilang ini, karena gue khawatir sama lo."

Karena gue sayang sama lo, batin Dion menambahkan.

Anggap Dion terlalu konservatif. Tapi ia begitu antipati dengan sex before married. Selain dilarang keras dalam agama, juga karena hal itu hanya akan merugikan kaum perempuan. Dion dilahirkan dan dilimpahi oleh kasih sayang tanpa batas dari perempuan yang ia sebut dengan mama. Dion juga mempunyai kakak perempuan yang sangat ia sayangi.

Mungkin Dion bukan manusia paling suci di dunia, namun ia sangat tahu bahwa cinta tidak akan merusak melainkan menjaga. Cinta bukan hanya untuk melampiaskan hawa nafsu. Cinta takkan membawa seseorang menjadi lebih buruk dari sebelumnya.

Karena cinta adalah cinta.

***

"Aku rasa ... kamu lagi ngehindar dari aku." Gery memulai pembicaraan karena Gina sedari tadi hanya berdiam diri. Aneh. Biasanya gadis itu begitu aktif. "Ada masalah?" tanya Gery lagi.

"Hm? Nggak, kok. Mungkin perasaan kamu aja." Gina memilin-milin ujung dress yang ia kenakan. Tak mungkin Gina berkata dengan jujur bahwa saat ini ia sedang berusaha menghindar. "Aku lagi banyak tugas aja."

Suasana kantin FISIP lumayan sepi saat ini. Gina meminum es jeruk yang sisa beberapa senti di permukaan gelas menggunakan sedotan. Gadis itu berusaha menghindari kontak mata dengan Gery yang kini duduk di depannya.

"Oh, oke." Gery tersenyum dan menyelipkan rambut Gina ke belakang telinga. "Kenapa kamu cantik banget kalau diam begini?"

Gina langsung tersedak. Melihat itu, Gery kontan tertawa.

"Jadi maksudnya kalau lagi nggak diem nggak cantik gitu?" tanya Gina agak sewot.

Gery menggeleng dan mengacak puncak kepala Gina. "Kamu selalu kelihatan cantik."

Entah mengapa, rona merah menjalar di permukaan pipi Gina. Namun, gadis itu berusaha keras meyakinkan diri untuk tidak terjebak dalam pesona cowok tampan ini.

"Malam ini ... aku mau ngajak kamu dinner."

"Tapi-"

"Sst!" Gery tersenyum manis dan meletakkan telunjuknya di depan bibir Gina. "Nggak ada penolakan. Oke?"

Sementara itu, Dion melepaskan jas labnya dan memasukkan jas berwarna putih tersebut ke dalam ransel sambil berjalan cepat. Menyusuri koridor fakultas teknik dengan langkah yang begitu tergesa. For your information, Dion mengambil program studi Teknik Nuklir.

Setelah jas labnya terlepas, penampilan Dion sama sekali tidak menggambarkan identitasnya sebagai anak eksak. Semua orang mungkin setuju bahwa penampilan Dion lebih seperti anak FIB atau FISIP yang terkesan begitu santai.

Seperti biasa, Dion mengambil gitar akustiknya yang terbungkus dalam gigbag kemudian mencangklongnya di atas bahu. Ia begitu bersemangat melanjutkan langkah ke arah gedung FISIP tempat Gina bersarang. Gina mengambil jurusan Cinematography bersama dengan Kiya. Sedangkan Pilip dan Juli mengambil jurusan Ilmu Pemerintahan.

Senyum Dion terulas lebar melihat Gina yang melamun seorang diri. Gadis itu duduk di gazebo kampus dan memandangi angsa-angsa yang berenang di danau buatan yang berada di tengah-tengah kampus mereka.

Dion berjalan mengendap-endap berniat untuk mengejutkan Gina.

"DAR!" Gina berbalik secara tiba-tiba dan mengejutkan Dion lebih dulu.

"AYAM!" Gadis itu terbahak melihat Dion yang latah.

"Dasar rese lo," gerutu Dion kesal.

"Lo yang rese."

"Elo lah."

"Lo."

"Lo."

"Lo."

"Au ah." Dion mencibir menyudahi perdebatan mereka yang begitu unfaedah.

Gina tertawa dan menepuk lantai gazebo di sebelahnya mengisyaratkan Dion untuk duduk.

"Lo sendiri aja. Nggak sama Kiya? Dia lagi pacaran sama Juli?" tanya Dion sembari mendudukkan diri di sebelah Gina.

"Yoi, males gue jadi obat nyamuk. Biar Pilip aja jadi obat nyamuk. Gue mah ogah." Gina kemudian meraih gitar yang Dion bawa. "Eh tapi, Yon."

"Hm? Kenapa?"

Gina mengeluarkan gitar akustik Dion dari gigbag dan memangku gitar tersebut. "Lo sadar nggak Pilip suka sama Kiya? Apa perasaan gue doang, ya?"

"Pilip emang suka Kiya dari dulu sebelum Juli ngomong dia juga naksir Kiya."

"Hah?! Seriusan?" Mata Gina kontan membulat. "Jadi Ijul nikung temennya sendiri?"

"Nggak bisa dibilang nikung sih. Kan Pilip nggak jujur dan nggak ngomong apa-apa ke Juli. Dia lebih memilih mengalah dan biarin Juli deketin Kiya."

"Kasian ya pilip-pilip. Apalagi dia sering liat orang yang dia suka bareng sama orang lain," Gina memetik senar gitar Dion dengan melodi menyedihkan.

Sepertinya, Dion juga merasakan apa yang Pilip rasakan. "Nggak tau kapan waktu yang tepat untuk menyatakan. Karena semua nggak pasti. Dia cuma bisa memendam dan memendam. Atau mungkin melepaskan adalah pilihan yang lebih tepat." Dion turut memetik gitar yang ada dalam pangkuan Gina. "Tapi Pilip seneng, seenggaknya Juli memperlakukan Kiya dengan baik."

Gina mengangguk setuju. "Gue harap akan ada cewek yang benar-benar baik buat Pilip."

Melodi yang muncul dari permainan gitar mereka mengalun dengan begitu indah.

Lihatlah bunga di sana bersemi
Mekar meski tak sempat kau semai
Dan suatu hari badai menghampiri
Kau cari ke mana, dia masih di sana

Walau tak semua tanya datang beserta jawab
Dan tak semua harap terpenuhi
Ketika bicara juga sesulit diam
Utarakan, utarakan, utarakan.

Dengarlah kawan di sana bercerita
Pelan ia berbisik, pelan ia berkata-kata
Dan hari ini, tak akan dimenangkan
Bila kau tak berani mempertaruhkan

(Banda Neira - Utarakan)

Gina dan Dion tersenyum mendengar lagu yang mereka nyanyian bersama. "Malam ini jangan lupa datang ke gigs gue."

"Malam ini?" tanya Gina terkejut. Gadis itu baru menyadari bahwa Gery juga mengajaknya makan malam di waktu yang sama.

Dion mengangguk. "Iya. Kenapa lo nggak bisa?"

"G-gue ...." Gina memeluk gitar Dion dan mendaratkan dagu di atasnya.

Dion memandang Gina penuh harap, menanti jawaban cewek itu.

"Hmm ... bisa kok bisa." Gina tersenyum sampai gigi gingsulnya terlihat jelas. "Tampil yang bener lo."

Senyum lebar pun terpatri pada bibir Dion. "Siap, Nyai. Tenaaang."

***

Malam ini Gina tampak begitu cantik mengenakan dress selutut berwarna pastel. Gadis itu terkejut saat Gery memberikan sebuket bunga untuknya.

"Makasih," kata Gina sambil tersenyum kaku.

"Sama-sama."

"Tapi ... hmm sorry, kayaknya aku nggak bisa lama."

"Lho, kenapa?" tanya Gery bingung.

"Kamu tau kan teman aku Dion? Dia lagi ada gigs," Gina melihat arlojinya, "satu jam lagi."

Gery diam sebentar. Mungkinkah ia merasa sedikit ... cemburu?

"Oh ya? Kalau begitu nanti aku anterin."

"Nggak usah, aku nggak pa-pa sendiri," tolak Gina.

"No. Nanti aku anterin," ujar Gery tanpa ingin dibantah.

Gina menghela napas panjang sebelum berkata, "Oke."

"Makanannya nggak enak, ya?" tanya Gery melihat Gina yang terlihat sedikit murung. Sekarang mereka sedang berada di restoran mewah bergaya western. Lampu yang temaram diiringi oleh musik-musik syahdu. Di meja mereka juga terdapat lilin-lilin yang membuat suasana menjadi kian romantis.

Gina tersentak saat Gery menepuk pelan punggung tangannya. Gadis itu kemudian berusaha mengulas senyuman. "Enak, kok."

Namun entah mengapa, Gina merasa makanan warteg yang ia santap bersama Dion sore tadi terasa berlipat lebih enak. Mungkin hal ini bukan mengenai apa esensi makanannya, tetapi lebih bersama dengan 'siapa'.

"Oh, oke." Gery mengangguk dan balas tersenyum.

Gina tertegun melihat senyuman itu. Bagaimana bisa ia mengabaikan cowok super ganteng di depannya ini dan malah memikirkan Dion.

Namun, sesuper ganteng apa pun Gery. Bayang Dion dalam benaknya semakin menguat dan menguat.

Dion, kenapa lo betah banget ada di pikiran gue sih?

***

Bila pada saatnya nanti
Akhirnya kita bersama
Teruslah engkau bertahan sampai waktunya datang
Aku pasti akan menemukanmu
Teruslah engkau berjalan sampai waktunya datang
Aku yang berlari menemuimu

Jangan jangan lagi tangisi hari kemarin
Penguasa cahaya menanti senyuman
Teruslah engkau bertahan sampai waktunya datang
Aku pasti akan menemukanmu

Teruslah engkau berjalan sampai waktunya datang
Aku yang berlari menemuimu
Percaya akan kedatangan sinarnya
Bersama menanti hingga waktunya tiba
Teruslah engkau bertahan sampai waktunya datang

Aku pasti akan menemukanmu
Teruslah engkau berjalan sampai waktunya datang.
Aku yang berlari menemuimu

(The Finnest Tree - Sampai Waktunya Datang)

Dion tersenyum dan mengedarkan pandangan. Kiya, Juli dan Pilip serta teman-temannya yang lain sudah tiba. Tapi ... sedari tadi ia tak menemukan kehadiran gadis itu.

"Gina mana?" tanya Dion saat berada di back stage. Pilip, Kiya dan Juli berpandangan kemudian mengedikkan bahu.

"Gina tadi nggak ada di kosan. Katanya dia dateng nggak?" tanya Kiya.

"Dia bilang dateng." Dion meraih ponselnya dan menelepon Gina.

"Halo? Lo di mana?" tanya Dion dengan raut cemas yang tak bisa disembunyikan.

"Halo? Gue OTW, Yon," balas Gina dari seberang.

"Masih di jalan? Oke, Titi DJ Rhoma Irama."

"Hati-hati di jalan, jangan begadang?" Gina tertawa. Mengingat kalimat itu pernah Dion utarakan saat mereka masih SMA.

Sementara itu dari dalam mobil Gery, Gina menutup ponselnya dengan senyum mengembang. Gery terpana, senyum itu terasa berbeda. Berbeda dengan senyum-senyum yang tadi gadis itu tujukan padanya.

Mungkin sumber senyuman itulah yang membuatnya menjadi berbeda.

"Dion?"

"Yap. Hehe."

"Kamu deket banget sama dia?"

"Lebih dari deket?" Gina mengangkat alisnya karena bingung sendiri.

"Kamu suka sama dia?"

Gina terdiam cukup lama. "Aku ... nggak tau."

Gina mengalihkan pandangannya dengan menatap jalanan. Sebenarnya, Gina agak kesal pada Gery yang seakan menunda-nunda waktu untuk mengantarnya ke tempat gigs Dion terselenggara. Ditambah lagi sekarang Gery mengambil rute yang lumayan cukup jauh dengan alasan macet.

Dan mendengar suara Dion tadi bagai sebuah penawar. Rasa kesalnya sedikit mengurai. Namun, Gina dibuat terkejut setengah mati ketika mobil Gery memasuki area sebuah hotel ternama.

"Ngapain ke sini?" tanya Gina dengan mata membelalak.

Gery tersenyum miring. Gina tak lagi menemukan wajah malaikat Gery. Yang ada hanya seringaian serupa iblis.

"I want you tonight."


Ber sam bung.

Note:

MATEEEEE.

DIONNNNN GINA NEED YOUUUUUUUU AAAAAAK KENAPA GUE TAKUTTTTT SENDIRI SAMA GERY AAAAAAK.

Regards, Iin 😭

Continue Reading

You'll Also Like

279K 60.3K 37
#4 Campus Series Mila si cantik yang memiliki otak encer dan tubuh supermodel, sering mengalami pasang surut kisah cinta yang rumit. Hingga akhirnya...
888K 156K 32
Book #2 dari series Dunia Ocha Sequel Jungkir Balik Dunia Ocha, disarankan untuk membaca cerita JBDO terlebih dahulu *** Dua periode, Tyaga Yosep kem...
2.8M 148K 28
BEBERAPA PART DI HAPUS Karena titah sang ayah, Nala Asmara Maharani harus menikah dengan Askara Banyu Samudera yang notabenenya saudara angkatnya. E...
146K 15.4K 69
Teija Nero dan Nova Saki tidak pernah berharap dipersatukan dalam ikatan suci pernikahan. Mereka hanya terjebak dalam kondisi yang memantik kesalahpa...