ANGEL

By Agustus29

161K 8.5K 596

COMPLETE๐Ÿ”ฅ [Bag.1-27] Berawal dari siswi pindahan yang bernama Sandra yang membuat seorang Alvaro, salah satu... More

ANGEL - 1 โœ”
ANGEL - 3 โœ”
ANGEL - 4 โœ”
ANGEL - 5 โœ”
ANGEL - 6
ANGEL - 7
ANGEL - 8
ANGEL - 9
ANGEL - 10
ANGEL - 11
ANGEL - 12
ANGEL - 13
ANGEL - 14
ANGEL - 15
ANGEL - 16
ANGEL - 17
ANGEL - 18
ANGEL - 19
ANGEL - 20
ANGEL - 21
ANGEL - 22
ANGEL - 23
ANGEL - 24
ANGEL - 25
ANGEL - 26
ANGEL - 27 [LAST PART]

ANGEL - 2 โœ”

10.9K 566 88
By Agustus29

Semua siswa yang sedari tadi hanya menguap memperhatikan gurunya berbicara pun mendadak beringas kembali kala mendengar suara bel yang sedari tadi ditunggu-tunggu.

"Gila! gue tunggu bel dari tadi akhirnyaaa ... gue cabut duluan yaps, ada yang mau nebeng?" tanya Rayhan sambil melirik ketiga bidadarinya.

Sandra menggelengkan kepalanya. "Gue ada les dulu," jawabnya tanpa semangat.

"Gue sih mau jalan dulu sama Lyly, lo mau ikut?" tanya Viona yang langsung diangguki oleh Rayhan. "Boleh tuh. Gue juga bawa mobil."

"Yaudah kita duluan Sand. Anak baik mah les melulu," ucap Vivi sembari memeletkan lidahnya.

Sandra mengerucutkan bibirnya. "Ngeselin lo pada!"

Hari ini adalah jadwal les kimia Sandra bersama Pak Guna.

Setelah jam menunjukan pukul lima sore, akhirnya Sandra pun pulang. Meskipun sudah sore, suasana di sekolah masih sangat ramai, karena kebetulan anak-anak club basket sedang latihan untuk pertandingan yang biasa dilakukan setiap akhir pekan.

"Aw...." Sandra mengaduh kesakitan ketika sebuah bola menghantam tepat di kepalanya. Ia memegang kepalanya yang tertimpa bal basket dan sedikit mengusapnya.

"Sial banget sih gue," gerutunya masih dengan mengusap-usap kepalanya.

"Sorry girl," ucap seorang pria yang bertubuh tinggi dan ... tampan. Di tangannya terdapat bola basket yang tadi mengenai kepala Sandra. "Kamu nggak apa-apa kan?" tambah pria tersebut begitu gadis di depannya hanya menatapnya tanpa berkedip. "Maaf yaaaa...." lanjutnya kembali sambil mengusap kepala Sandra yang tertimpa bal basket, kemudian pria itu pun pergi setelah menunggu beberapa saat dan tak mendapat respon apapun dari gadis yang baru ditemuinya itu.

Sandra masih saja diam membeku di tempat. Jantungnya berdebar lebih kencang dari pada biasanya. Dengan refleks, ia memegang dadanya, merasakan degupan jantungnya yang dirasa tidak normal. Dia ... terpesona dengan wajah tampan laki-laki itu.

"Oh My God!" gumam Sandra dengan suara tertahan.

Mendadak sakit di kepalanya pun menghilang seketika, yang ada di benaknya sekarang hanyalah senyuman pria yang baru saja meminta maaf kepadanya. "Jodoh gue!" desahnya pelan sambil tersenyum sendiri.

Di tempatnya, Alvaro yang sedari tadi melihat kejadian tersebut pun hanya mendengkus kesal. Ia
tak akan membiarkan Reno untuk mengambil gadisnya lagi. Ia tak ingin kalah untuk yang kedua kalinya.

"Sabar Bro," ucap Zio yang tersadar melihat ekspresi Varo. "Lo harus bergerak cepat Bro,
jangan sampai kalah untuk yang kedua kalinya."

---

"Varo pulang...."

"Kok pulang malem Bang?" tanya Dinda, sang Ibu yang menyambut putra semata wayangnya.

"Abang latihan dulu Ma, buat pertandingan akhir pekan," jawab Varo sambil menyalami
tangan ibunya.

"Ya udah, Abang mandi dulu terus makan ya. Mama udah masak makanan kesukaan Abang."

"Baik Ma."

"Oy! Baru pulang lo," ucap Lyly yang tiba-tiba muncul dari belakang pintu kamar Alvaro membuat Kakaknya itu terpelonjat kaget. "Astagfirullah Dek, hobi banget lo bikin gue kaget," ucapnya sambil mengelus dada.

Lyly mengangkat bahunya acuh, tal peduli. "Kapan tanding?" tanyanya sambil duduk di kasur sang kakak.

"Akhir pekan ini, eh iya si Ray kenapa nggak latihan?"

"Dia tadi jalan sama gue sama Vivi, dia lupa mungkin."

---

BUKKH....

"Eh, maaf nggak sengaja Kak."

"Kalo jalan itu yaa...." Varo menghentikan ucapannya ketika ia melihat bahwa yang
menabraknya adalah Sandra.

Suasana menjadi canggung karena Varo sendiri merasa gugup. Detak jantungnya terasa lebih cepat daripada biasanya.

"Gilaaa ... kok gue nervous gini," batin Alvaro.

"Kalo jalan itu liat-liat," tegas Varo acuh sambil berjalan meninggalkan Sandra yang
kebingungan.

"Idih, orang nggak sengaja juga."
Sandra pun kembali melangkahkan kakinya, ia akan pergi ke perpustakaan karena ia disuruh mengambil buku paket untuk bahan les oleh Bu Dian.

Sandra yang memiliki badan kecil sungguh kesusahan ketika membawa buku paket setebal tiga cm sebanyak tujuh buah.

BUKKH....

Buku yang dibawa Sandra jatuh ke lantai semuanya. Namun si penabrak dengan tanpa
dosanya kembali melangkahkan kakinya dengan santai membuat Sandra geram.

"WOY!" teriak Sandra. "Heh cowok rese yang gak bertanggung jawab, tanggung jawab lo."

"Gue?" Varo berbalik dan menunjuk dirinya sendiri dengan telunjuk miliknya.

"Ya iyalah elo. Masa kucing! Di sini kan cuma ada elo di depan gue. Lo buta? Tuli? Atau kenapa heh?"

"Yaampun ... cantik-cantik tapi mulutnya ember," gumam Varo mendengkus sebal sambil berjalan mendekati Sandra.

"Kenapa?" tanya Varo.

"Hahh lo bilang kenapa? Elo punya mata nggak sih? Tuh liat buku yang gue bawa semuanya
jatuh. Ambilin nggak?!" suruh Sandra seenaknya membuat Alvaro membelalakan kedua matanya. Serius, dia disuruh-suruh seperti ini?

"Yang ngejatuhin elo, terus gue yang mesti ngambil, gitu?" Varo pun membalikkkan badannya dan menjauh, sedangkan Sandra tak mau kalah dan terus meneriaki Varo.

"Woy ... tanggung jawab dong, cowok kok kayak banci."

Mendadak Varo berhenti ketika mendengar kata terakhir yang dilontarkan Sandra. Dia
berdecak kesal, mana bisa cowok tulen seperti dirinya disebut banci. Ini penghinaan dan ini tal bisa dibiarkan!

"Lo mau apa lagi sih?" tanya Varo dengan kesal.

"Bantuin gue."

"Nggak!"

"Harus!"

"Nggak mau!!!"

"Harus mau!!!"

"Gue udah telat banget nih buat latihan," keluh Varo dengan wajah dibuat semelas mungkin berharap perempuan macan ini dapat memakluminya.

"Gue nggak mau tau! Dan nggak pernah ingin tau. Pokoknya lo harus.bantuin.gue!" Sandra
menekankan kata pada kalimat terakhirnya.

Setelah bercekcok dengan Sandra, akhirnya Varo pun mengalah dan mengambil buku yang
berserakan di lantai. Dia melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya dan ia sudah telat hampir tiga puluh menit.

"Mampus," batin Varo.

---

"Maaf Pak saya terlambat," ucap Varo menghampiri Pak Hilman selaku pembina club basket.

"Kamu itu gimana sih Var, kamu kan ketua tim. Seharusnya ketua tim itu ngasih contoh yang
baik."

"Duh Pak maaf banget tadi ada masalah soalnya."

"Masalah? Masalah apalagi? Kamu bikin masalah? Apa kamu nggak malu sebagai ketua selalu
memberi contoh yang tak baik? Seharusnya kamu menjadi panutan Var."

"Duh apes deh gue," gerutu Varo dalam hati. Niatnya mau membela diri malah memperumit keadaan.

"Sekarang kamu lari dua puluh keliling di lapangan sepak bola!"

"Dua puluh?" pekik Varo. "Jangan segitu dong pak," lanjutnya memohon.

"VARO!" bentak Pak Hilman membuat Alvaro pun segera berlari menuju lapangan sepak
bola.

Dengan terpaksa, akhirnya dia menjalani hukumannnya, sesekali laki-laki itu menggerutu
merasa tak terima. Begitu dia selesai menjalani hukumannya, Alvaro pun mendudukan bokongnya di pinggir lapangan. Tak lama kemudian, dua sahabatnya menghampiri.

"Kenapa telat Bro?" tanya Zio sambil menyodorkan sebotol air mineral pada Varo yang tentu diterima dengan senang hati.

"Padahal biasanya lo paling semangat kalo latihan," timpal Dera.

"Berisik ah lo pada."

"Dih, galak banget sih Abang," ucap Dera seraya menahan tawanya.

"Iya ih bikin dedek sakit hati tau Bang," sahut Zio menimpali candaan Dera.

"Menjijikan." Alvaro berdecak sebal, ia sudah kehilangan mood untuk bercanda.

"Lo, napa telat?" tanya Zio lagi, kini mimik mukanya terlihat serius.

"Gara-gara cewek rese!" geram Varo yang masih merasa kesal.

"Cewek?" ucap Zio dan Dera barengan.

Alvaro mengangguk mengiyakan.

"Siapa?" Dera penasaran.

"Velicia?" sahut Zio membuat Alvaro mendengkus. "Apaan sih lu ah!"

"Ups." Zio membekap mulutnya. "Sorry Bro. Gue lupa kalau elo belum bisa move on," lanjutnya seraya menahan tawa.

"Sandra," jawab Varo kemudian, mengacuhkan ucapan kedua temannya yang merasa kebingungan.

"Sandra? Sandra apaan sih lu? Siapa yang disandra? Sandra dewi? Dewi sandra? Atau...."

"Sandra murid baru," tebak Dera memotong ucapan Zio.

"Emangnya kenapa?" sahut Zio, dia masih tak mengerti maksud ucapan sahabatnya.

"Jadi ceritanya...." Varo menjelaskan kejadian beberapa puluh menit yang lalu kepada kedua sahabatnya.

"Nggak jadi dah gue suka sama tuh anak. Bisa-bisa gue stress," ucap Varo di akhir kalimatnya.

"Halah ... udah diembat Reno baru tau rasa lo."

"I don't care!" ucap Varo sambil bergegas pergi meninggalkan kedua sahabatnya yang menggelengkan kepalanya.

"Dasar labil!" gumam Zio.

--

5 Oktober 2017
Ekapertiwi❤

Continue Reading

You'll Also Like

5.9K 1.1K 39
[END] Wajahnya memancarkan kenyamanan. Senyumnya memancarkan kelembutan. Dan matanya memancarkan kehangatan. Sangat mudah membuat seseorang untuk ter...
315K 5.6K 7
I saw that you were perfect, and so I loved you. Then I saw that you were not perfect and I loved you even more - Ravi As he read, I fell in love the...
6.6M 338K 60
[SEBAGIAN DIPRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA] Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusakny...
66.6K 5.4K 45
"Mungkin semua jenis luka pernah aku rasakan tapi aku percaya awan mendung akan sirna saat matahari datang, dan aku menunggu matahari ku datang" -mei...