ANGEL

By Agustus29

160K 8.5K 596

COMPLETE๐Ÿ”ฅ [Bag.1-27] Berawal dari siswi pindahan yang bernama Sandra yang membuat seorang Alvaro, salah satu... More

ANGEL - 2 โœ”
ANGEL - 3 โœ”
ANGEL - 4 โœ”
ANGEL - 5 โœ”
ANGEL - 6
ANGEL - 7
ANGEL - 8
ANGEL - 9
ANGEL - 10
ANGEL - 11
ANGEL - 12
ANGEL - 13
ANGEL - 14
ANGEL - 15
ANGEL - 16
ANGEL - 17
ANGEL - 18
ANGEL - 19
ANGEL - 20
ANGEL - 21
ANGEL - 22
ANGEL - 23
ANGEL - 24
ANGEL - 25
ANGEL - 26
ANGEL - 27 [LAST PART]

ANGEL - 1 โœ”

28K 941 186
By Agustus29

Seorang lelaki remaja tengah berbaring di tempat tidurnya. Sesekali ia bersenandung mengikuti lagu yang diputar lewat handphone.


Bila nanti saatnya telah tiba
Ku ingin kau menjadi istriku
Berjalan bersamamu dalam terik dan hujan
Berlarian kesana-kemari dan tertawa

Sesekali jemarinya mengotak-atik handphone yang tengah digenggamnya.

Namun bila saat berpisah telah tiba
Izinkanku menjaga dirimu
Berdua menikmati pelukan di ujung waktu
Sudilah kau temani diriku

Sherly yang sedari tadi memperhatikan Kakaknya pun mulai berjalan mengendap, bermaksud untuk
mengagetkan sang kakak.

"Kebelet nikah Mas?" bisiknya tepat di depan telinga sang kakak yang sontak membuat si empunya menoleh dan berjingkat kaget hingga terlonjak.

Alvaro mendelik. "Yaelah Dek, apaan sih lo ngagetin orang aja," ucapnya dengan kesal. "Ngetuk
pintu dulu kek kalo mau masuk kamar orang."

"Yaelah ... sama Adek sendiri kok segitunya sih lo."

"Nggak sopan!"

"Lagi ngapain Bang?"

Alvaro yang merasa masih kesal pun mendengkus. "Lo nggak liat apa, gue lagi ngapain?"

"Maksud gue, nggak biasanya gitu lo tidur siang-siang kayak gini. Mana cuaca panas lagi. Elo sakit ya Bang?" kini telapak tangan Sherly berada di dahi sang kakak, membuat Alvaro menepisnya.

"Kalo sakit kita bisa ke dokter," lanjut perempuan yang kerap dipanggil Lyly itu sambil tersenyum lebar.

"Halaaah sok perhatian lo!" Alvaro menyipitkan kedua matanya. "Curiga nih gue, kalo lo baik sih pasti ada maunya," tebaknya tepat sasaran.

"Ah Abaaaang, Bang Varo emang Abang paling the best deh," puji Lyly sambil mengedip-ngedipkan kedua matanya membuat wajahnya seimut mungkin.

"Mau apa lo?" tanya Varo dengan sinis.

"Gue disuruh Mama buat ngambil baju seragam gue Bang. Abang mau kan nganterin Lyly," pintanya.

Alvaro menggeleng. "OGAH! Males gue."

"Ih lo jahat bener sih sama Adek sendiri."

"Masa bodo! Sana-sana, gue ngantuk," usir Varo sambil menelungkupkan badannya di kasur.

"Please Bang ... kali ini aja," bujuk Lyly. Kini ia memeluk Kakaknya dari samping.

"Lo bisa sama Pak Udin kan?"

"Pak Udin mau nganterin Mama nyalon Bang."

"Ya ampun ... udah tua masih aja nyalon."

'TING'

"FINISH," ucap Lyly sambil menjulurkan lidahnya.

"Heh ngerekam apaan lo, sini-sini."

Ternyata, sedari tadi ... adiknya itu tengah menyalakan rekaman. Sungguh, ide brilliant sekali bukan?

"Nggak mau!" seru adiknya sambil berlari kecil, keluar dari kamar sang kakak.

---

"Nah gitu dong dari tadi," ucap Sherly memecah keheningan di perjalanan. Dia tertawa puas karena rencananya berjalan dengan mulus.

"Basi tahu ancaman lo."

"Basi sih basi, tapi manjuuuur. Makanya kalo punya mulut tuh disaring dulu. Nggak tahu apa punya adik pinter gini."

"Pinter pala lu peang!" Alvaro menoyor kepala Lyly.

Karena sang adik merekam perkataannya ketika ngatain Mamanya, akhirnya mau tak mau Varo pun bersedia mengantarkan sang adik. Daripada kena omel Mamanya atau bahkan nggak dikasih uang bulanan, yaaah nyerah aja deh.

Varo mah bisa apaatuh?

---

"Ma, Lyly berangkat dulu yaaa," pamit Sherly berteriak.

Mulai hari ini, Sherly masuk Sekolah Menengah Atas. Sekolah yang sama dengan Kakaknya, Alvaro.

Karena hari ini masih masa pengenalan, jadi Lyly harus berangkat sangat pagi. Ia diantar oleh Pak Udin, sedangkan Varo ... jangan ditanya, laki-laki itu masih bermalas-malasan tidur meskipun ini bukan hari libur.

Hari-hari masa pengenalan pun berjalan dengan lancar, kegiatan yang dilaksanakan selama tiga hari itu sangat tak terasa, hingga pada akhirnya Lyly telah resmi menjadi siswi di SMA Candrawinata, sekolah swasta milik teman Papanya.

"Bang cepetan dong, udah hampir pukul tujuh nih," rengek Lyly ketika melihat Kakaknya masih
bermalas-malasan tidur di sofa sambil menonton televisi.

"Kalo mau bareng gue ya sabar dong. Kalo nggak mau sabar sih sana pergi duluan aja. Males banget gue mesti ngikut upacara. Udah panas, nanti keringetan, nggak ada gunanya banget," jawab Varo ngasal.

Lyly mengerucutkan bibirnya, ucapan Kakaknya membuat ia kesal. Bagaimana tidak? Jam sudah menunjukan pukul tujuh kurang lima belas menit, sedangkan upacara di mulai pukul tujuh tepat. Belum lagi jarak tempuh dari rumahnya ke sekolah memakan waktu lima belas menit. Tetapi, Kakaknya
saja belum siap berseragam, bagaimana bisa ia sampai tepat waktu. Oke, alamat kesiangan.

"Lah terus gue gimana?"

"Bomatlah."

"Astagfirullah ... nggak guna banget sih gue punya Abang kayak elo."

"Lo pikir gue mau punya Adek kayak elo," jawabnya masih denga nada yang kelewat santai.

"RESE LO!" teriak Lyly yang akhirnya berjalan keluar dan berniat mencari taxi. Namun, keberuntungan sedang
tak berpihak kepadanya, karena tak ada satu pun taxi yang melewati rumahnya. Ditambah handphonenya sedang service, sehingga ia tak bisa memesan ojek atau taxi online. Oh, sungguh! Hari yang teramat sial. Ada rasa ingin kembali masuk ke rumah, tapi dia telanjur gengsi untuk memohon pada Kakak sablengnya.

Ketika jam menunjukan pukul tujuh lewat empat puluh lima menit, Varo baru keluar dari rumah dengan motor kesayangannya. Ia mendapati Adiknya yang sedang berjongkok di depan gerbang rumah dengan wajah yang sudah pasrah.

"Hah Ly ngapain lo jongkok di sana?" ledek Varo sambil menahan tawanya.

"Tau ah!!!" ucap Lyly sambil berjalan menuju Varo dan menaiki motor yang sedang dikendarai sang kakak. Jika tadi dia bilang gengsi, maka saat ini dia menghilangkan kata itu. Daripada nggak masuk kelas kan?

"Ishhh ... Ngapain lo heh? Turun-turun," Varo menggoyangkan badannya, bermaksud untuk
menyuruh Adiknya turun.

"Ya ampun Bang. Tega banget sih lo, mau gue aduin ke Mama hem?" tantang Lyly yang langsung membuat nyali Alvaro menciut.

"Eleeeh ... ngancem mulu sih kerjaannya."

"Yaudah kalo nggak mau diaduin ke Mama, cepetan jalan."

"Hhh, anak bungsu mah enak punya Mama. Lah gue?" ucap Varo setengah berbisik seraya kembali melajukan motornya. Sedangkan sang adik hanya terkikik geli mendengar bisikan Kakaknya yang masih terdengar jelas di telinganya itu.

---

"Kenapa lo telat?" tanya Viona, sahabat Sherly. Mereka berdua sedang berjalan menuju kantin setelah sebelumnya bergelut dengan sepuluh soal matematika yang beranak pinak.

"Gara-gara Abang gue sialan."

"Abang lo? Bang Varo?"

"Ya iyalah dia. Ya siapa lagi, Abang gue kan cuma satu Vi."

Viona terkekeh pelan. "Iya yah. Lupa kali gue."

"Untung nggak amnesia."

"Amnesia mah lagu Al-Ghazali dong."

Viona adalah sahabat Sherly sejak SMP. Viona yang sering disebut Vivi ini sudah seperti saudara
bagi Lyly. Bahkan mereka pun sudah akrab dengan keluarga satu sama lain.

---

"PENGUMUMAN-PENGUMUMAN!!! ADA MURID BARU DI SEKOLAH KITA, CANTIK PAKE BANGET DEH POKOKNYA. DAAAAAAN ... KATANYA DIA MASUK KELAS KITA!" Rayhan berteriak dengan semangat di depan kelasnya.

Rayhan si ketua kelas terupdate. Yahhh ketua kelas terupdate, itulah julukannya. Karena selain mengupdate tentang guru dan pelajaran, bahkan dia selalu update tentang keadaan sekolah, seperti gosip-gosip sekolah yang terkadang tak terlalu penting seperti ini.

Dan anehnya, ucapan Ray menghebohkan para siswa laki-laki di kelas Lyly. Sedangkan para perempuan hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan ketua kelas mereka.

Tak lama kemudian, murid baru itu datang bersama wali kelas mereka, Bu Riana.

"WAW...." kata Ray dengan ekspresi melongo, yang kemudian mendapat pukulan kecil di pundaknya yang berasal dari Vivi yang duduk di belakangnya yang sontak membuatnya mengaduh. Sedangkan di tempatnya, Lyly hanya terkikik geli melihat kelakuan dua makhluk tersebut.

"Selamat pagi anak-anak," sapa Bu Riana.

"Pagi Bu!"

"Kita kehadiran murid baru. Silahkan perkenalkan dirimu, Nak."

"Hallo semua, perkenalkan nama saya Sandra...."

"Wah Sandra Dewi?" ucap Ray memotong perkataan Sandra.

"Assyifa Yusfina Sandra," ucap Sandra membenarkan.

"Rayhan, jaga sikapmu," tegur Bu Riana dengan tegas.

"Rasain lo," ledek Vivi kemudian memeletkan lidahnya.

"Kamu bisa duduk di samping Sherly, dan Viona kamu pindah ke bangku depan bersama Rayhan."

"Gak mau Bu!" ucap Ray dan Vivi dengan kompak.

"Rayhan ...Viona!" Bu Riana menegur keduanya yang masih beradu mulut. Mereka memang seperti itu, sering dijuluki tom and jery versi SMA Candrawinata.

"Baiklah Bu," ucap Viona akhirnya.

Lalu Sandra pun berjalan menuju kursi bekas Vivi, dan duduk di samping Lyly.

"Terima kasih," ucap Sandra yang dibalas senyuman oleh Viona.

"Hai, gue Sandra," ucapnya memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya pada Sherly.

"Gue Sherly, panggil aja Lyly."

"Gue Viona, panggil aja Vivi."

"Gue Rayhan, panggil aja Ganteng."

"Heh? Gangguan telinga lo," sahut Vivi, membuat Rayhan mendengkus kesal.

---

"Kalian mau pada ke kantin?" tanya Sandra kepada ketiga temannya.

"Gue di sini," ucap Lyly.

"Gue juga," ucap Vivi.

"Gue juga deh," ucap Ray.

"Yaudah, gue ke kantin dulu."

Mereka berempat sudah sangat akrab, karena memang Sandra orangnya pandai bergaul dan pandai menyesuaikan. Bahkan sekarang Rayhan pun menjadi teman baik Vivi dan Lyly. Mungkin sejak ada Sandra.

Ketika sampai di kantin, Sandra menjadi perhatian semua orang. Karena memang ia jarang sekali
pergi ke kantin. Dalam waktu tiga bulan sekolah di sini saja, ia pergi ke kantin pun dapat dihitung dengan jari.

"Bakso sama es jeruknya satu ya Mpok," pesen Sandra ke Mpok Lela selaku pemilik warung bakso.

Banyak mata yang menatap Sandra, mulai dari tatapan kagum, suka, bahkan sampai tatapan yang tak suka dari Kakak kelas perempuannya. Mungkin mereka iri karena Sandra lebih cantik daripada mereka, sehingga pesona Sandra menjadi pusat perhatian para makhluk yang ada di kantin, tak terkecuali seorang Alvaro, laki-laki korban tikung yang gagal move on dari mantan kekasihnya.

Seketika benteng pertahanan Varo runtuh seketika ketika ia melihat seorang Sandra yang bak bidadari.

"B e a u t i f u l l." Tanpa sadar Varo melontarkan kata tersebut.

"Var ... Var ... Varo," sapa temannya yang bernama Zio ketika melihat ekspresi Varo yang sangat aneh menurutnya.

"WOY!!!" teriak Zio ketika Varo tak menyahut sapaan lembutnya.

"Hah?"

"Wah ada bau-bau fall in love nih," ledek Dera.

"Kayaknya sih, natapnya aja kayak kucing liat ikan," sambung Zio kemudian cekikikan sendiri.

"Dia siapa sih? Kok gue belum pernah liat sebelumnya ya."

"Gue gak tau. Anak baru kali," sahut Dera acuh sambil mengangkat bahunya.

"Gue akan cari tau Var. Keep calm boy," ujar Zio menepuk bahu Varo lalu berdiri dan meninggalkan
kedua sahabatnya.

----

Ig : agustus29_

1 Oktober 2017
Ekapertiwi❤

Continue Reading

You'll Also Like

90.5K 3K 78
[COMPLETED] Hana, kelas 1 SMA, sering dibully, gak populer, gak punya temen. Tapi hidupnya berubah semenjak dia jadi trainee dan pindah ke Korea. Ber...
3.5M 27.1K 47
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
872K 81.2K 52
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
250K 21.6K 65
[TAMAT] [FOLLOW DULU] Sama seperti judulnya, ini kisah kekebalan Kalista menghadapi Ical yang memprioritaskan sahabatnya, Safitri. "Gue cuma narik ra...