LANGKAH

By Raniriskwhyn

124K 1K 39

Saling menunggu, diantara penantian. Harap-harap bertemu dipelaminan. Cemas mendoakan agar berujung menjadi p... More

Blurb
BAB I : Bertemanlah Denganku?!
BAB II : Dasar Hantu!
Extra Part
PENGUMUMAN

BAB III : Pengakuanku, Apa Cukup Menjadi Alasan?

2.5K 150 0
By Raniriskwhyn

"Belok Kiri yang"

Azmi masih bersabar dengan perintah yang dikeluarkan oleh wanita yang berada di belakangnya. Dengan penawaran yang diberikan oleh wanita ini membuat ia mau tidak mau menuruti keinginannya dengan mengantarkan dia pulang

"Disini, sampai disini".

Azmi mengerem motornya di depan gerbang sebuah rumah kontrakan berwarna putih. Ia membuka helm nya dan menunggu Nabil turun dari boncengannya.

"Nah, ini tempat tinggalku. Terima kasih ya yayang"

Azmi langsung menarik tali tas ransel yang dikenakan oleh Nabil ketika gadis itu pergi begitu saja

"Helmnya"

"Oh iya", dengan cepat Nabil mencopot helm yang ia kenakan di kepalanya tersebut "ini".

"Jangan harap kamu bisa kabur dari janji kamu ya? Lupa kalo janji itu hutang"

Nabil mengembungkan kedua pipinya.

"Salah satu ciri orang yang munafik adalah apabila ia berjanji ia ingkar, kamu bukan salah satunya kan?"

Perkataan Azmi membuat Nabil menghembuskan nafasnya lelah lalu ia tersenyum genit kembali

"Mau di dalam atau di luar?"

Kepala Azmi berputar mencari tempat yang pas untuk berbicara, tidak sepi tapi tidak juga mengganggu kegiatannya berbicara.

"Nah, disitu saja. Aku parkir kesana duluan, dan kau", Azmi menatap tajam Nabil "awas saja jika mencoba untuk kabur". Ucapnya sinis

Azmi langsung melajukan motornya di tempat taman bermain dekat kontrakan Nabil. Ia tersenyum ketika sebuah bola sepak terkena kaki nya oleh salah satu bocah laki-laki

"Maaf ya bang"

Azmi mengangguk sambil tersenyum. Ia memilih ayunan yang memiliki kursi dua bersebelahan. Ia duduk di salah satu kursinya dan menunggu Nabil yang sedang berjalan kearahnya

"Sudah lama aku tidak bermain ayunan". Nabil memainkan ayunan di sebelah Azmi. Kakinya dihentakan diatas tanah sambil memasang senyuman. Sedangkan Azmi sibuk memperhatikan anak-anak kecil yang sedang bermain bola.

"Anak-anak disini sangat pandai bermain bola nya loh, kemarin saja mereka menang melawan anak-anak komplek sebelah. Mereka itu sama kaya yayang"

Azmi menengok ke arah Nabil yang masih berayun kesana kemari.

"Tidak ada duanya", ucap Nabil sambil tersenyum genit.

"Sudah. Kurasa cukup beristirahatnya. Sekarang beritahu apa yang tadi ingin kamu beritahu padaku". Azmi memegang besi ayunan dan seketika ayunan itu berhenti.

"Wah yayang kuat sekali ya?". Nabil tersenyum takut ketika Azmi memelototinya.

"Hmm baiklah. Baiklah", Nabil mengerem gerakannya dengan menempelkan kakinya ditanah.

"Sebelumnya, aku ingin bertanya padamu".

Azmi mulai bersiap mendengarkan dengan serius

"Kenapa kamu ini tidak pernah terlihat buruk sedetikpun bahkan walaupun hari sudah semakin petang? kamu belum mandi saja tetap tampan".

Pernyataan dan pertanyaan macam apa itu. Nabil cengengesan ketika diberi tatapan tajam oleh Azmi. Bukannya takut dia malah kembali mengayunkan ayunannya.

"Kamu tahu, hutang itu akan membuatmu resah di pagi hari dan gelisah dimalam hari, dan sesungguhnya orang yang berhutang adalah orang yang merugi. Ketika aku melangkah 3 langkah beranjak dari sini, kamu akan menjadi salah satu orang yang merugi itu"

Mengerti maksud dari Azmi, Nabil langsung memberhentikan ayunannya. "Maaf"

"Cepat ceritakan apa yang ingin kamu ceritakan"

"Hufht, sebenarnya aku bingung ingin berbicaranya dari mana", kali ini Nabil tertunduk lesu

"Baiklah. Biar kubantu. Pertama, kenapa kamu mendekatiku?"

"Itu adalah pertanyaan inti, jika membantu itu harus dari awal Azmi"

Azmi menghelakan nafasnya lelah, "Hey, aku ini lebih tua dari mu, sungguh tidak sopan jika langsung menyebutkan namaku"

"Kamu mau aku memanggilmu kakak? Aku lebih suka memanggilmu yayang"

"Sudah ku bilang untuk berhenti memanggil panggilan menggelikan itu. Ya salam! Kamu itu mengalihkan pembicaraan terus"

Kali ini, Nabil kembali memasang wajah bodohnya lagi. Rasanya sulit untuk menghindar dari intimidasi seorang Fahrezza Azmi.

"Begini, Banyak hal yang tidak bisa aku katakan padamu semuanya, tapi aku mohon tolong izinkan aku untuk terus disampingmu, ajarkan aku layaknya bayi yang belajar berjalan oleh ibunya. Ajarkan aku tentang agama dari mulai merangkak sampai berjalan tegap". Ucap Nabil sambil menunduk, melihat tanah yang digoreskan oleh sepatunya.

"Pertama meminta diajarkan naik sepeda, lalu minta diberitahu tentang persyaratan untuk menjadi bidadari surga dan sekarang minta diajarkan berjalan layaknya bayi. Kamu itu maunya apa? Kamu bahkan tidak mengenalku, kenapa kamu begitu lancang meminta itu semua? Memangnya aku layak memberi pelajaran berharga itu padamu? Aku ini masih kotor, aku sadar diri tubuhku masih dipenuhi oleh dosa, jadi jangan sindir aku dengan kata-kata mu. Kita baru saja bertemu kemarin lusa, jadi. Wajar aku curiga padamu. Lagipula, aku pun tidak butuh mendengar semua ceritamu. Cukup beritahuku apa alasanmu meminta hal itu padaku? "

"Aku putus asa".
Kepalanya menunduk ketika mengucapkan kalimat itu. Ia berkali-kali menarik nafas dan mengucap istigfar didalam hatinya mencari ketenangan hati. Bayangan gelapnya mulai menghantuinya kembali.

Sedangkan Azmi memilih untuk diam, 3 kata itu sukses membuat dia benar-benar diam dan ia rela menunggu sampai pagi sekalipun jika Nabil menginginkannya yang penting dia mendapatkan penjelasan dari kalimat itu.

***
Angin malam bahkan mulai meniup, anak-anak yang bermain bola pun sudah pulang kerumah nya masing-masing, masih ada Azmi dan Nabil di ayunan, ditemani dengan sepasang lansia yang sedang berjalan mengelilingi lapangan sambil bergandengan.

Belum ada kata yang keluar dari mulut keduanya. Mereka saling menunggu satu sama lain.

"Apa kamu pernah ditinggalkan?", akhirnya Nabil bersua setelah sekian lama. "Ditinggalkan oleh seseorang yang sangat kamu cintai"

Azmi menggeleng.

"Anggaplah kamu beruntung, dan aku tidak beruntung. Apa itu cukup. Aku hanya meminta sedikit kebaikan mu untuk gadis yang tidak beruntung ini. Tolong antar kan aku lagi pada-Nya. Tolong bawa aku lagi pada-Nya. Tolong hadirkan cinta di dalam hatiku", Nabil tersenyum getir. "Kamu tahu, saat pertama kali kita bertemu. Kamu menyelamatkan hidupku, aku bukannya terjatuh dari gedung itu, tapi sebenarnya aku sedang mencoba untuk bunuh diri"

"Kamu berteriak dengan membaca takbir dan menyebut nama-Nya ketika kamu menarik ku keatas, dan disaat itu pula aku merasa bahwa Tuhan masih peduli padaku. Bahwa tuhan masih menyayangiku. Dalam sekejap niat ku untuk menyerah dalam hidup sirna ketika aku bertemu denganmu. Aku tau, aku tidak mengenalmu. Aku juga tidak tau kau siapa, tidak tau kau berasal dari mana. Tapi lagi-lagi sepertinya Tuhan menggiringku untuk menemuimu lagi, saat aku ke rumah tante, ternyata kamu adalah tetangganya, lalu ketika aku masuk kuliah ternyata kamu adalah kakak tingkatnya. Dan setiap aku bertemu denganmu, hatiku semakin damai. Aku merasa Tuhan tidak mengabaikan ku lagi. Aku merasa aman".

Azmi masih serius mendengarkan.

"Begitu banyak awan gelap dihidupku, Kak." Nabil tersenyum disela-sela penjelasannya."Pengakuanku,apa cukup untuk menjadi alasan?"

Azmi berdekhm ditempatnya, ia menarik nafas panjang dan menengadahkan kepalanya keatas.

"Jadi, kamu mendekatiku bukan karena kamu menyukaiku kan?"

Nabil menimang sebelum menjawab, "Sebenarnya aku sudah mulai tertarik padamu. Tapi, tenang saja. Aku tidak akan selancang itu untuk menyukaimu, tapi berbeda hal jika memang di izinkan".

"Tidak akan pernah aku izinkan". Ucapnya cepat

Nabil mendengus mendengarnya, kemudian ia tersenyum kembali

"Jadi, itu artinya aku diizinkan kan?"

"Untuk?", Azmi berdiri dari tempatnya

"Belajar naik sepeda, marangkak dan menjadi bidadari surga?"

Azmi mengangguk sebelum berlalu, "Tidak sepantasnya aku menghalangi niat baik seseorang, terlebih untuk kembali ke jalan-Nya. Dan bangun dari ketidaksadarannya"

Nabil tersenyum riang, ia pun menyusul Azmi yang sudah berjalan dahulu didepannya

"Terima kasih"

Azmi hanya melirik nya sebentar dan memakai helm nya di atas motor

"Imbalannya kamu tidak boleh keluar dari komunitas ya? Awas saja kalau sampai berani!"

"Tidak akan. Aku akan menjadi anggota yang setia. Tenang saja, selagi yaang yang jadi ketua nya, aku akan tetap berada di sana kok".

Azmi tersenyum miring.

"Aku pulang. Asalamualaikum"

"Walaikumsalam yayang," Nabil melambaikan tangannya. "hati-hati ya!"

Tak lama kemudian, seorang pria berumur 50 tahun menghampiri Nabil

"Siapa dia nak?"

"Teman". Ucapnya ketus dan langsung masuk kedalam rumahnya

Continue Reading

You'll Also Like

50.1K 9.3K 28
#ZaynSyawalGarisKeras masih berlanjut Ketika dihadapkan dengan dua pilihan, menunggu atau menerima yang lain. Sulit jika sudah menaruh harapan besar...
21.4K 2.8K 23
[END- TELAH DI SERIESKAN] "Mata yang indah. Mata yang melihat semua ciptaan Allah adalah sebuah keindahan." Begitulah kata bapak ketika aku bertanya...
10.2M 146K 29
[ Sebagian part di private dan di hapus karena dalam proses penerbitan ] Hasnaifa Almeera Nagita, gadis cantik berusia 20 tahun ini harus berlapang d...
384K 34.9K 53
Follow dulu sebelum baca! Kenara Asyifa, di masa lalunya mencintai dalam diam berakhir kekecewaan. Membuatnya memutuskan untuk menutup hati karena ta...