BAB III : Pengakuanku, Apa Cukup Menjadi Alasan?

2.5K 150 0
                                    

"Belok Kiri yang"

Azmi masih bersabar dengan perintah yang dikeluarkan oleh wanita yang berada di belakangnya. Dengan penawaran yang diberikan oleh wanita ini membuat ia mau tidak mau menuruti keinginannya dengan mengantarkan dia pulang

"Disini, sampai disini".

Azmi mengerem motornya di depan gerbang sebuah rumah kontrakan berwarna putih. Ia membuka helm nya dan menunggu Nabil turun dari boncengannya.

"Nah, ini tempat tinggalku. Terima kasih ya yayang"

Azmi langsung menarik tali tas ransel yang dikenakan oleh Nabil ketika gadis itu pergi begitu saja

"Helmnya"

"Oh iya", dengan cepat Nabil mencopot helm yang ia kenakan di kepalanya tersebut "ini".

"Jangan harap kamu bisa kabur dari janji kamu ya? Lupa kalo janji itu hutang"

Nabil mengembungkan kedua pipinya.

"Salah satu ciri orang yang munafik adalah apabila ia berjanji ia ingkar, kamu bukan salah satunya kan?"

Perkataan Azmi membuat Nabil menghembuskan nafasnya lelah lalu ia tersenyum genit kembali

"Mau di dalam atau di luar?"

Kepala Azmi berputar mencari tempat yang pas untuk berbicara, tidak sepi tapi tidak juga mengganggu kegiatannya berbicara.

"Nah, disitu saja. Aku parkir kesana duluan, dan kau", Azmi menatap tajam Nabil "awas saja jika mencoba untuk kabur". Ucapnya sinis

Azmi langsung melajukan motornya di tempat taman bermain dekat kontrakan Nabil. Ia tersenyum ketika sebuah bola sepak terkena kaki nya oleh salah satu bocah laki-laki

"Maaf ya bang"

Azmi mengangguk sambil tersenyum. Ia memilih ayunan yang memiliki kursi dua bersebelahan. Ia duduk di salah satu kursinya dan menunggu Nabil yang sedang berjalan kearahnya

"Sudah lama aku tidak bermain ayunan". Nabil memainkan ayunan di sebelah Azmi. Kakinya dihentakan diatas tanah sambil memasang senyuman. Sedangkan Azmi sibuk memperhatikan anak-anak kecil yang sedang bermain bola.

"Anak-anak disini sangat pandai bermain bola nya loh, kemarin saja mereka menang melawan anak-anak komplek sebelah. Mereka itu sama kaya yayang"

Azmi menengok ke arah Nabil yang masih berayun kesana kemari.

"Tidak ada duanya", ucap Nabil sambil tersenyum genit.

"Sudah. Kurasa cukup beristirahatnya. Sekarang beritahu apa yang tadi ingin kamu beritahu padaku". Azmi memegang besi ayunan dan seketika ayunan itu berhenti.

"Wah yayang kuat sekali ya?". Nabil tersenyum takut ketika Azmi memelototinya.

"Hmm baiklah. Baiklah", Nabil mengerem gerakannya dengan menempelkan kakinya ditanah.

"Sebelumnya, aku ingin bertanya padamu".

Azmi mulai bersiap mendengarkan dengan serius

"Kenapa kamu ini tidak pernah terlihat buruk sedetikpun bahkan walaupun hari sudah semakin petang? kamu belum mandi saja tetap tampan".

Pernyataan dan pertanyaan macam apa itu. Nabil cengengesan ketika diberi tatapan tajam oleh Azmi. Bukannya takut dia malah kembali mengayunkan ayunannya.

"Kamu tahu, hutang itu akan membuatmu resah di pagi hari dan gelisah dimalam hari, dan sesungguhnya orang yang berhutang adalah orang yang merugi. Ketika aku melangkah 3 langkah beranjak dari sini, kamu akan menjadi salah satu orang yang merugi itu"

LANGKAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang