Juli

By kdk_pingetania

1.6M 108K 8.9K

CERITA TELAH DITERBITKAN Twins Month [2] : Juli Valeria Alexis Juli, ditinggalkan oleh cinta pertamanya dan m... More

Syarat & Ketentuan
01~START
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
Trailer
15
16
17
18
19
20 (A)
20 (B)
20 (C)
Hiburan Ditengah Konflik Yang Memanas
21 (A)
21 (B)
22 (A)
22 (B)
22 (C)
22 (D)
23 (A)
23 (B)
24 (A)
24 (A)
24 (B)
24 (C)
25 (A)
25 (B)
25 (C)
Chat Line
25 (D)
26 (A)
26 (B)
26 (C)
26 (D)
27 (A)
27 (B)
27 (C)
28 (A)
28 (B)
28 (C)
28 (D)
29 (A)
29 (B)
30 (A)
30 (B)
30 (C)
30 (D)
31~END
Versi Novel!
Info
Cover
PO NOVEL JULI!

14

27.4K 2.1K 81
By kdk_pingetania

Kenapa kini aku mencemaskan dirimu?

«»«»«»

"HALLO," Juni mengangkat telponnya yang berdering.

"Ini aku, kamu nggak lupa kan kalau sekarang kita bakalan jalan-jalan?" tanya Julio. Lelaki itu berada di belakang Juli, tetapi gadis itu tidak menyadarinya.

"Oh, iya, aku hampir lupa kak. Untung kakak ingetin," kata Juli.

"Kamu ya, kecil-kecil udah pikun," ledek Julio.

"Ih, apaan sih kak?" tanya Juli. "Ya udah, aku pulang dulu ya kak, setelah ganti baju, baru aku ikut kakak," ujar Juli.

Julio yang sedari tadi diam di belakang Juli akhirnya berjalan mendekati gadis itu, "ngapain ganti baju? Kamu udah cantik kok," bisik Julio tepat di telinga Juli.

Juli refleks mendongak. Seketika wajah Julio berada tepat di depan matanya. Selama beberapa detik mereka terdiam. Sebelum akhirnya Juli mengerjap-ngerjapkan kedua matanya, lalu menjauhkan wajahnya dari wajah Julio.

"Ihh, kakak kok ada di sini?" tanya Juli.

"Emangnya kenapa? Aku nggak boleh ada di sini?" tanya Julio.

"Bukan gitu tap--" ucapan Juli terputus saat telunjuk Julio berada di depan bibirnya.

"Jangan ribut, nanti aku cium lho!" goda Julio.

Juli membuang muka malu. Pipinya mulai memerah. "Kakak apaan sih?"

"Nggak apa-apa, cuma mau ngambil janji kamu waktu itu. Kan udah janji buat jalan-jalan sama aku," kata Julio.

"Iya kak, tapi kan aku mau ganti baju dulu," ujar Juli.

"Udah pake ini aja."

"Tapi kan bau," ujar Juli.

"Nggak kok, nanti kita beli parfum," kata Julio.

"Tapi kak--"

"Udah ah, nanti beneran aku cium nih!" Julio mendekatkan wajahnya ke Juli. Beberapa saat kemudian lelaki itu langsung menarik tangan Juli.

«»«»«»

JULIAN menatap cemas jam dinding yang kini menunjukkan pukul tujuh malam. Lelaki itu jarang sekali merasa cemas. Maka dari itu dia bingung berbuat apa ketika mendapatkan perasaan seperti ini.

Semuanya sudah ia lakukan. Baca buku. Tidur. Makan. Baca lagi. Tidur. Nonton TV. Mandi. Tapi semuanya tak ada yang berhasil untuk menghilangkan rasa cemasnya. Ia masih sangar cemas dengan Juli yang sejak tadi tak datang-datang. Apa Juli mendadak mati di sekolah?

Julian kembali menekan kontak Juli, namun baru beberapa detik, ia kembali menekan tombol merah. Bukannya gengsi, namun Julian takut jika ia menelpon Juli, ia akan mengganggu gadis itu.

Tiba-tiba terdengar suara pintu gerbang dibuka. Mungkin itu Juli.

Dengan cepat Julian langsung berjalan keluar. Namun, langkahnya terhenti ketika ia melihat Juli turun dari mobil seseorang laki-laki. Julian tak bisa melihat wajah lelaki itu, yang jelas Julian tampak tak asing dengan lelaki itu. Siapa dia? batin Julian.

Setelah mobil itu pergi. Juli langsung berjalan menuju pintu masuk. Namun ia terhenti ketika melihat Julian berada di depan pintu.

"Baru pulang?" tanya Julian dingin.

"Eh, gini, tadi itu gue keasyikan jadi sampai lupa waktu. Gue nggak tau kalau ud--"

"Kenapa nggak sekalian aja pulang pagi?" sindir Julian lalu berjalan masuk ke dalam rumah.

Julian marah, batin Juli.

Juli mengekori Julian yang kini sedang mencari buku di rak bukunya. Lelaki itu lalu duduk di sofa dan fokus membaca. Sementara Juli hanya berdiri di hadapan Julian tanpa berani berkutik.

Jujur saja, Juli merasa salah di sini. Ia tahu bahwa Julian tidak suka kalau ia pulang telat. Namun, Juli malah lupa waktu dan pulang malam. Di jalan pun Juli sudah memikirkan hal ini. Ia pikir Julian akan masa bodo atau marah dengan kata-kata. Tapi ternyata? Julian marah dengan terdiam. Ini sungguh menyeramkan.

"Julian," panggil Juli.

Tak ada respon.

"Julian," rengek Juli sambil menarik-narik buku bacaan Julian.

Julian mendengus, "lo ke kamar aja sana!" usir Julian.

"Ih, kasar banget sih. Ya udah kalau lo marah, gue juga bisa marah kok," kata Juli lalu masuk ke kamarnya. Di dalam hati ia berpikir. Bukannya gue yang salah? Kenapa malah gue yang marah?

Tak ingin memusingkan hal itu lagi. Juli bergegas pergi ke kamar mandi untuk mandi. Seharian mengelilingi mall bersama Julio membuatnya sangat lelah. Apalagi sikap Julio membuatnya salah tingkah. Benar-benar hari yang melelahkan.

Juli keluar kamar mandi dengan dililit handuk. Gadis itu berjalan menuju rak bukunya dan membaca jadwal pelajaran besok. Seketika ia teringat sesuatu. Astaga! Juli lupa bahwa sekarang seharusnya ia mengerjakan PR fisika bersama Julian. Pantas saja tadi Julian marah.

Bagaimana ini? PR fisika harus Juli setorkan kepadea Bu Berti besok pagi. Tapi, dia tidak mengerti sama seklai cara mengerjakannya. Apakah Julian mau membantunya setelah Juli memeneriaki lelaki itu tadi? Sepertinya Julian tak sebaik itu.

Tapi tak ada pilihan lain. Lebih baik Juli memohon kepada Julian sampai titik darah penghabisan daripada dia harus kena marah Bu Berti dan berakhir diejek satu kelas. Juli tak suka hal itu.

Gadis itu keluar dari kamarnya dan berjalan menuju Julian yang lagi-lagi membaca buku. Juli tak bisa bayangkan bagaimana membosankannya hidup Julian.

Julian melihat Juli keluar, namun lelaki itu membuang muka. Julian semarah itu kepada Juli?

"Julian," panggil Juli setelah sampai di depan Julian.

Julian tak menengok.

"Julian!" panggil Juli lagi. Gadis itu berjalan mendekati Julian, namun kakinya terpeleset dan akhirnya dia jatuh menimpa Julian. Bukan itu yang harus Juli khawatirkan sekarang. Tapi, ada yang lebih parah dari itu. Apa kalian siap mengetahuinya? JULI KELUAR HANYA DENGAN BALUTAN HANDUK DAN KINI DIA JATUH DI-- kalian pasti sudah mengerti kan?

Julian mengedipkan matanya berkali-kali. Melihat Juli hanya dengan balutan handuk membuat Julian tak bisa berkutik. Apalagi sekarang gadis itu terjatuh di atasnya. Untung saja handuk Juli tidak terbuka.

Namun, Juli sangat malu dengan kejadian itu. Ini sungguh memalukan. Apalagi Julian sudah melihatnya setengah telanjang.

"Julian! Tutup mata lo!" teriak Juli.

Julian menatap Juli.

"Ih, Julian, hiks ... hiks ..." Juli menangis. Entah lah, air matanya mengalir begitu saja.

Julian memegang pundak Juli dan mengubah posisi Juli yang tadi menimpanya menjadi terduduk. Kemudian Julian ikut duduk di hadapan Juli. Lelaki itu menarik selimut yang ada di atas kasur dan menyelimuti tubuh Juli.

"Makanya, lain kali kalau keluar itu jangan nyelonong aja. Udah tau ada cowok," kata Julian.

"Kenapa lo nggak bilang dari tadi?" tanya Juli sambil menangis.

"Emang lo nanya?"

"Ih, Julian. Lo jahat! Lo nyebelin! Huaa ... Juli mau pulang," tangis Juli kembali pecah.

"Dih, nangis. Lagian gue juga nggak liat apa-apa," kata Julian.

"Bohong!"

"Dih, enggak percaya. Liat sih, tapi cuma dikit," kata Julian.

Juli kembali menangis.

"Nggak, nggak, ya Tuhan lo cengeng banget sih! Lagian gue juga suami lo, sah-sah aja kali," kata Julian. Lelaki itu lalu mendekat, "kalau sama orang lain baru nggak boleh," kata Julian.

"Lo bener kan nggak liat apa-apa kan?"

"Nggak."

"Awas kalo bohong!" ujar Juli sambil menghapus air matanya.

"Udah nangisnya kan? Sekarang gue lanjut marah lagi sama lo," ujar Julian lalu kembali mengambil bukunya dan langsung membacanya.

"Ih, Julian, kok gitu sih?"

Tak ada respon. Sepertinya Julian kembali menjadi Julian yang dingin. Lalu kenapa tadi Julian sangat baik?

"Julian, bantuin gue buat PR fisika ya!" pinta Juli sambil menarik-narik tangan Julian.

"Lo telat pulang!" kata Julian.

"Maaf, tadi gue keasyikan jalan sama temen," kata Juli.

"Nggak nanya."

"Ih, Julian, jangan gitu dong!" rengek Juli. "Julian! Plis!"

"Besok jangan telat pulang lagi!" perintah Julian.

"Yey! Berarti lo mau ngajarin gue kan?" tanya Juli senang.

"Iya, tapi setelah lo pakai baju," ucap Julian membuat Juli tersadar. Segera gadis itu berlari masuk ke kamarnya. Lagi-lagi Julian tersenyum melihat tingkah Juli.

«»«»«»

Akhirnya aku update juga setelah sebulan aku nggak update. Maaf ya! Soalnya aku sibuk nonton drama jadi aku lupain cerita. Aku kira nggak ada yang minta update, tapi ternyata banyak yang kirim pesan di tl sama di pc buat next ini cerita. Semoga ga lupa ya! Kalau lupa baca ulang boleh kali :v

Jangan lupa vomment! Aku bakalan cepet update kalau vomment nya banyak!

25-09-2017

Continue Reading

You'll Also Like

3M 254K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
621K 42.1K 40
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...
664K 32.3K 40
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
2.1M 206K 53
Story by @andhyrama [Sudah tersedia di berbagai toko buku!] Aku Naga yang ingin bebas! Bagaimana tidak? Aku yang hobinya memasak di dapur dan tidak s...