Blutsbande✔ [Completed]

By SixthLy

91K 9.6K 1.4K

[Sekuel Hidden Freedom] Ikatan darah lebih dari segalanya, saudara sangatlah berharga apalagi saudara kembar... More

Blustbande
Prolog
Atention!
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Idul Fitri
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter spesial HUT RI
Chapter 25
Chapter 27
Chapter 28
[Belum Update]
Chapter 29
END
Epilog
FINAL DETERMINATION

Chapter 26

1.9K 275 43
By SixthLy

Hei! Ada yang nonton tim nas Indonesia dong? Huh! Kakak lagi gemes banget liat pertandingan mereka apalagi sekarang lagi lawan Negara Malaysia ya? Huh! Semoga mereka mendapat yang terbaik.

Fix! Pengen ngirim Finn DKK ke stadionnya, sebagai pemain dan memborbardir pertahanan mereka. (Abaikan)


JANGAN BACA JIKA KALIAN TIDAK SANGGUP!

....

"Defibrillator!"

Denyut jantung Finn semakin melemah, setelah beberapa kali kejang-kejang. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi dengan tubuhnya karena selama ini alat vitalnya terpantau normal dan dia dalam keadaan pulih.

Terdengar langkah cepat menuju ruangan itu, mereka memakai pakaian steril berwarna hijau. Sedangkan Ren serta David sedang berusaha menolong Finn. Selama beberpa tahun menghilang David menekuni pendidikan untuk menjadi dokter dan sekarang dia telah menjadi spesialis bedah.

"Tekanan darahnya menurun!" Lagi-lagi Rose yang mengatur anestesi berteriak kea rah mereka berdua.


Suasana semakin tegang begitu terdengar bunyi monoton dari alat pembaca denyut jantung. Tidak ada yang berani menarik napas sedetik saja atau bahkan berkedip. Beruntung, David tidak panik dan berusaha menenangkan pikiran dan tubuhnya.

"Isi daya 20 joule!" David berteriak sembari menggosokkan alat kejut jantung.

Dia mencengkram alat itu kuat begitu melihat tidak ada perubahan dari denyut jantung Finn, dia melirik Ania yang berada di sudut ruangan.

"Tolong selamatkan, adikku." ucap Ania tanpa suara, David mengangguk pasti.

"Isi daya 30 joule!"

David hampir melempar defibrillator itu karena emosi. Detak jantung Finn belum kembali.

"Isi daya 35 joule!"

Finn! Ayo berjuanglah! Kau tidak mungkin meninggalkan kakak dan saudara kembarmu seperti ini! ucap David dalam hati.

Oksigen di sekeliling mereka terasa hilang begitu malihat Detak jantung Finn tidak kembali setelah semua usaha yang dilakukan David. Dia melempar alat itu ke dinding hingga hancur. Dia naik ke atas brankar dan menocba memijat jantung secara manual.

"Satu! Dua! Tiga!"

Keringat membasahi wajah David, ini adalah usaha terakhir yang bisa dia lakukan. Jika ini tidak berhasil maka Finn tidak akan bisa lagi bersama mereka. Air matanya hampir menetes ketika Finn tidak menunjukkan sesuatu yang positive, bahkan sudah tidak ada lagi jejak udara mengembun di masker yang digunakannya.

"Satu! Dua! Tiga!"


Ania melihat pemandangan itu dengan ekspresi tidak terbaca, hatinya remuk. Di tambah bunyi alat pembaca detak jantung yang terus berbunyi nyaring di ruangan itu. Suasana semakin memburuk begitu terdengar teriakan dari ruangan yang dimana Jack sedang di rawat.

Devan segera berlari melalui connecting door diikuti Rose yang tadi berdiri tepat di samping Ania.

"SESAK! BIARKAN AKU BERNAPAS!"

Suara itu membuat semua orang ingin menulikan pendengaran mereka, teriakan Jack terdengar sangat menderita. Jack berteriak sembari meronta-ronta, denyut jantungnya meningkat mengakibatkan ada grafik tidak stabil di alat pembaca denyut jantung.

"BERENGSEK! BERI AKU OKSIGEN!" Mata Jack memerah. Sebelah tangannya berusaha menggapai apapun yang bisa membuat rasa sesak di dalam tubuhnya hilang dan satu lagi untuk memengang lehernya .

Devan berusaha memegang Jack, tetapi karena gerakannya yang terlalu cepat dia kewalahan.

"Tenanglah!" Rose memberikan masker agar Jack lebih tenang, tetapi masker itu malah semakin menyesakkan pernapasannya.

Apa ini karena Finn? ucap Rose dalam hati.

....

"MINGGIR!" Ania mendorong David yang sedang melakukan pijat jantung manual kepada Finn, membuat pria itu jatuh ke lantai.

Dia mengambil posisi David dan melakukan hal yang sama, "Ayolah, Finn! Bertahanlah! Jangan pergi secepat ini, kita baru saja bertemu!"

Ania merasakan dadanya di tusuk ribuan pisau ketika mendengar denyut jantung adiknya melemah, tapi begitu dia sampai di kamar ini langit seolah runtuh. Melihat kondisi Finn yang sudah bisa dikategorikan sekarat, membuat Ania kembali menyalahkan dirinya.

Tenaganya hampir habis namun Finn belum menunjukkan tanda-tanda positif.

"Ania! Cukup, kita harus merelakannya. Ini sudah beberapa menit setelah jantungnya tidak berdetak lagi." Daniel mencekal lengannya yang masih melakukan pijat jantung.

Dia memandang Daniel dengan tatapan terluka, "Dia masih ada harapan!" tolaknya tegas dengan air mata berderai.

"Waktu kematiannya,"

PLAK!

"Aku akan membunuhmu kalau kau mengatakan waktu kematiannya!" Ren tercengang, pipinya terasa panas namun hatinya mencelos begitu mendapatkan tatapan benci dari Ania.

Daniel mencoba menarik Ania dari atas tubuh Finn, "Berhenti! Kumohon!"

BUGH!

Sudut bibir Daniel mengeluarkan darah segar, Ania baru saja memukulnya dengan kekuatan penuh.

"Finn! Kau tidak akan meninggal, mereka bodoh!" ucap Ania putus asa sembari memukul dada Finn dengan kepalan tangannya.

Tidak ada yang berani mendekati Ania, aura wanita itu memancarkan kegelapan dan kesedihan. Sesuatu yang tidak pernah mereka rasakan lagi setelah sekian lama. Sementara itu Daniel dan Ren terpaku di tempatnya berdiri, mereka tidak bergerak sedikitpun karena terkejut.

Ania menangis di lekukan leher Finn, dia terisak. Suara tangisannya sangat menyayat hati, sampai membuat mereka ingin menulikan pendengaran karena tidak sanggup mendengarnya. Tanpa mereka sadari, Finn kembali bernapas dan Ania jelas-jelas mendengarnya.

Dia mengangkat tubuhnya dan matanya melebar begitu melihat jejak udara mengembun di masker Finn. Detik berikutnya mereka melihat detak jantung Finn kembali dan kenyataan itu membuat mereka semua bernapas lega.

Ania turun perlahan dari atas berankar, dia menatap wajah Finn penuh harap apalagi ketika melihatnya membuka mata. Dia melihat Finn mengejabkan matanya pelan, menatap sekeliling dengan gerakan pelan.

Ketika mata mereka berdua bertemu, Finn tersenyum tipis lalu kembali menutup mata dengan tidak menghilangkan jejak lengkungan itu di wajahnya.

"Ini benar-benar keajaiban," ucap David sembari memerika organ vital Finn. "ternyata dia masih menginginkan untuk bertahan. Keadaannya akan berangsur-angsur pulih, beberapa jam lagi dia akan sadar sepenuhnya."

Dia mencium kening adiknya, "Aku tahu dia tidak akan kemana-mana. Dia tidak akan meninggalkanku tanpa ijin." ucap Ania berbisik lalu menggenggam erat sebelah tangan Finn.

Terbukti, beberapa jam setelah itu Finn sadarkan diri. Sekarang dia bahkan sudah mulai makan, walaupun hanya makanan ringan, Ania sangat bersyukur adiknya selamat. Setelah satu jam berada di pantry untuk membuatkannya sup ayam, semoga ini bisa di makan ucap Ania dalam hati.

Aromanya lezat sup ayam memenuhi ruangan dan itu semakin membuat Finn ingin memakan sup buatan kakaknya, begitu Ania duduk di sampingnya dia dapat melihat uap mengudara dari permukaannya.

Ania terkekeh begitu melihat Finn menatap berbinar-binar ke arah sup buatannya. "Bagaimana rasanya? Enak?"

Finn mengangguk antusias, "Aku sangat lapar, kak." Dia terus memasukkan suap demi suap yang ada di dalam mangkok sampai wajahnya berada pas di atasnya, Finn berhenti sejenak untuk menyeka bernapas dan kembali melanjutkan suapannya.

Dia menatap jemari sembari meremasnya pelan, "Katakan apa yang terjadi padaku—setelah aku terjatuh dari helikopter?"

Ania menyapukan tangannya ke rambutnya, "Aku sangat lega melihatmu sekarang,"

"Kak, kau tidak menjawab pertanyaanku."

"Itu, kau koma dan beberapa kali aku dan yang lain hampir gagal menyelamatkan nyawamu. Puncaknya kemarin, tapi aku tidak mau mengingatnya lagi." jawabnya dengan suara serak.

Finn menarik tangan Ania lalu menggenggamnya erat, "Aku tidak akan meninggalkanmu semudah itu kak, aku telah memimpikan banyak hal bersamamu dan itu tidak akan ku lepaskan dengan mudah."

"Terimakasih telah menemaniku saat aku koma," Ania membeku. "kau,"

Dia mengangguk, "Aku bisa mendengar kakak, saat itu kupingku sakit karena mendengar kakak berdebat dengan kak Daniel. Jadi aku memutuskan untuk tidak bangun dan—Kak! Sakit!" Finn mengelus kasar pipinya yang baru saja di cubit Ania.

"Apa kau bilang! Dasar anak nakal!" Finn menjulurkan lidah kepada Ania lalu cepat bersembunyi di bawah selimut begitu ada gerakan untuk membalas apa yang telah dia perbuat.

Senyum menghiasi wajah keduanya, yang lain hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah keduanya. Bahkan Jack yang telah di pindahkan ke samping brankar Finn mendengus geli.

"Sepertinya kalian tidak membutuhkan bantuan kami untuk menyelamatkan anak laki-laki itu!"

Semua senyum itu hilang, mereka membeku begitu melihat siapa yang baru saja berbicara, sebuah ilusi tidak mungkin senyata ini. Ania bahkan tidak mempercayai apa yang dilihatnya, dia turun dari brankar Finn dengan gerakan pelan.

Matanya tidak berkedip sejak melihat tiga orang yang berdiri di ambang pintu. Melihat orang yang sudah lama tidak terlihat, membuatnya sangat terkejut. Apalagi melihat orang yang telah meninggal telah hidup kembali.

"Kami tahu, di pikiran kalian pasti bertanya-tanya kenapa kami kembali hidup setelah dinyatakan meninggal selama bertahun-tahun. Bahkan kami kembali dengan wajah yang tidak berubah,"

Ren membuka masker yang digunakannya selama menangani Finn tadi. "Bagaimana kalian bisa sampai di tempat ini?!"

"Kau pikir apa guna micro-chip yang selalu kalian bawa kemana-mana?" Pria itu menyeringai sebelum kembali melanjutkan ucapannya. "walaupun telah keluar dari tubuh penggunakanya, micro-chip itu masih aktif dan itu yang kami gunakan untuk mencari lokasi kalian."

Mereka semua membenci perasaan ini, perasaan terkekang, sesak dan merasa semua usaha mereka kembali ke titik nol.

"Finn! Jack! Saatnya kalian mendapatkan pencuci mulut!" Rose datang dengan membawa sebuah nampan berisi kue tart, namun langkahnya terhenti begitu melihat siapa yang berada di ambang pintu.

Tubuhnya bergetar membuat pegangannya goyah dan membuat kue yang ia bawa langsung jatuh tidak berbentuk di atas lantai.

"Yuri! Di—dimas! Tidak mungkin kalian sudah lama MATI!"






tbc

....



Maaf lama, semoga lain kali updatenya bisa agak cepat ya! Semangatin author.

Continue Reading

You'll Also Like

CLASS F By Syin 🌻

Teen Fiction

96.1K 12.7K 44
Kelas F di mata penghuni sekolah : 1. Kumpulan anak dengan IQ jongkok. 2. Penghuni tetap ranking 20 terbawah di jurusannya. 3. Solidaritas dalam kela...
27K 6.3K 70
Kecintaan enam remaja pada gelapnya kasus kriminal pada akhirnya menimbulkan sebuah petaka: kutukan kematian. Terlalu congkak menerima tantangan dari...
70.3K 10.1K 32
[Sebelum baca, follow akunku dulu yah!] #1 di Thriller [21 Juni 2020], #1 di Teror [21 Juni 2020] Bagaimana perasaanmu jika mendapat undangan untuk m...
5.5K 1.3K 104
Hancur. Itulah kata yang paling tepat untuk mendeskripsikan Panti Asuhan Bakti Mulia setelah kepala sekolah mereka, Pak Stenley, menjadi terdakwa ata...