Chapter 26

1.9K 275 43
                                    

Hei! Ada yang nonton tim nas Indonesia dong? Huh! Kakak lagi gemes banget liat pertandingan mereka apalagi sekarang lagi lawan Negara Malaysia ya? Huh! Semoga mereka mendapat yang terbaik.

Fix! Pengen ngirim Finn DKK ke stadionnya, sebagai pemain dan memborbardir pertahanan mereka. (Abaikan)


JANGAN BACA JIKA KALIAN TIDAK SANGGUP!

....

"Defibrillator!"

Denyut jantung Finn semakin melemah, setelah beberapa kali kejang-kejang. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi dengan tubuhnya karena selama ini alat vitalnya terpantau normal dan dia dalam keadaan pulih.

Terdengar langkah cepat menuju ruangan itu, mereka memakai pakaian steril berwarna hijau. Sedangkan Ren serta David sedang berusaha menolong Finn. Selama beberpa tahun menghilang David menekuni pendidikan untuk menjadi dokter dan sekarang dia telah menjadi spesialis bedah.

"Tekanan darahnya menurun!" Lagi-lagi Rose yang mengatur anestesi berteriak kea rah mereka berdua.


Suasana semakin tegang begitu terdengar bunyi monoton dari alat pembaca denyut jantung. Tidak ada yang berani menarik napas sedetik saja atau bahkan berkedip. Beruntung, David tidak panik dan berusaha menenangkan pikiran dan tubuhnya.

"Isi daya 20 joule!" David berteriak sembari menggosokkan alat kejut jantung.

Dia mencengkram alat itu kuat begitu melihat tidak ada perubahan dari denyut jantung Finn, dia melirik Ania yang berada di sudut ruangan.

"Tolong selamatkan, adikku." ucap Ania tanpa suara, David mengangguk pasti.

"Isi daya 30 joule!"

David hampir melempar defibrillator itu karena emosi. Detak jantung Finn belum kembali.

"Isi daya 35 joule!"

Finn! Ayo berjuanglah! Kau tidak mungkin meninggalkan kakak dan saudara kembarmu seperti ini! ucap David dalam hati.

Oksigen di sekeliling mereka terasa hilang begitu malihat Detak jantung Finn tidak kembali setelah semua usaha yang dilakukan David. Dia melempar alat itu ke dinding hingga hancur. Dia naik ke atas brankar dan menocba memijat jantung secara manual.

"Satu! Dua! Tiga!"

Keringat membasahi wajah David, ini adalah usaha terakhir yang bisa dia lakukan. Jika ini tidak berhasil maka Finn tidak akan bisa lagi bersama mereka. Air matanya hampir menetes ketika Finn tidak menunjukkan sesuatu yang positive, bahkan sudah tidak ada lagi jejak udara mengembun di masker yang digunakannya.

"Satu! Dua! Tiga!"


Ania melihat pemandangan itu dengan ekspresi tidak terbaca, hatinya remuk. Di tambah bunyi alat pembaca detak jantung yang terus berbunyi nyaring di ruangan itu. Suasana semakin memburuk begitu terdengar teriakan dari ruangan yang dimana Jack sedang di rawat.

Devan segera berlari melalui connecting door diikuti Rose yang tadi berdiri tepat di samping Ania.

"SESAK! BIARKAN AKU BERNAPAS!"

Suara itu membuat semua orang ingin menulikan pendengaran mereka, teriakan Jack terdengar sangat menderita. Jack berteriak sembari meronta-ronta, denyut jantungnya meningkat mengakibatkan ada grafik tidak stabil di alat pembaca denyut jantung.

"BERENGSEK! BERI AKU OKSIGEN!" Mata Jack memerah. Sebelah tangannya berusaha menggapai apapun yang bisa membuat rasa sesak di dalam tubuhnya hilang dan satu lagi untuk memengang lehernya .

Blutsbande✔ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang