Match Made in Heaven[SUDAH TE...

By achaindigo

2.5M 184K 12.3K

[SEBAGIAN PART SUDAH DI HAPUS] [TERSEDIA VERSI CETAK & EBOOK] Bara, namanya. Lelaki berdarah Arab yang mungk... More

Satu
Dua
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua Belas
Tiga Belas
Empat Belas
Lima Belas
Enam Belas
The Late Night Video Call's
Tujuh Belas
Delapan Belas
Sembilan Belas
Dua Puluh
Dua Satu
Dua Dua
Dua Tiga
Dua Empat
Dua Lima
Dua Enam
Dua Tujuh
Dua Delapan
Dua Sembilan
Tiga Puluh
Tiga Satu
Tiga Dua
Tiga Tiga
Tiga Empat
Tiga Lima
Tiga Enam
Tiga Tujuh
Tiga Delapan
Tiga Sembilan
Empat Puluh
Empat Satu
Tanya Yuk!
Kalian bertanya, Kami Menjawab
Empat Dua
Empat Tiga
Empat Empat
Empat Lima
Empat Enam
Empat Tujuh
Empat Delapan
Empat Sembilan
Lima Puluh
Lima Satu
Lima Dua
Lima Tiga
Lima Empat
Grup LINE?
Lima Lima
Lima Enam
Lima Tujuh
Lima Delapan
Lima Sembilan
Enam Puluh
Enam Satu
Enam Dua
Enam Tiga
Enam Empat
Enam Lima
Enam Enam
Enam Tujuh [END]
Epilog
Sekuel Atau Ekstra Part?
Ekstra Part
Ekstra Part II
sekuel
Bara versi cetak, yay or nay?
halo!
OPEN PRE ORDER [25 FEBRUARI - 11 MARET 2019]
BARA TERSEDIA VERSI E-BOOK
TERSEDIA DI SHOPEE
OPEN PRE ORDER 2
sekuel nggak ya?

Tiga

51.4K 3.3K 230
By achaindigo

Bara berjalan menghampiri Mayang dan Rizal --kedua orangtuanya-- yang sedang menonton TV di ruang tengah. Mereka selalu saja bermesraan walaupun umurnya hampir menginjak kepala empat-- dan Bara iri dengan kenyataan ini. Disaat mereka saling berpelukan justru Bara hanya bisa memeluk guling kesayangannya yang sudah bau apek karena sarungnya gak pernah di cuci sejak dia berumur 15 tahun.

Dan sekarang umur Bara 17 tahun. Kebayangkan buluk plus baunya guling itu?

"Kalau mau mesra-mesraan tuh di kamar, jangan di ruang tengah. Emangnya Mama sama Papa mau Bara gangguin terus?" ujar Bara yang sudah duduk di tengah-tengah Mayang dan Rizal.

"Abang! Kan udah Mama bilangin berkali-kali-- jangan mandi malam! Nanti rematik tau rasa kamu!"

Bara mendengus kesal. "Ma, Bara kan udah berkali-kali bilang kalau itu cuma mitos. Lagipula, Bara masih muda kok. Masih fresh dan bugar, gak kayak Papa."

Rizal yang namanya di bawa-bawa oleh putra semata wayangnya pun angkat bicara. "Sembarangan kamu! Minggu besok kamu harus temenin Papa main golf lagi!"

"Boleh. Pulangnya beliin sepatu Nike lagi ya?"

Bara melonjak kegirangan saat Rizal mengangguk santai menanggapi ucapannya.

Tapi ...

"Papa beliin yang di pinggir jalan."

Dan ya, harapan Bara langsung jatuh gitu aja. Bara yang malang. "Ah, Papa!"

Rizal terkekeh, tangannya mengusap rambut Bara yang masih basah "Bercanda. Nanti Papa belikan."

"Bang, kamu pakai baju gih. Nanti masuk angin."

"Ya bagus dong berarti anginnya mau sama aku sampai masuk ke tubuh aku segala."

Bara memang begini, mandi setelah makan malam. Kata Bara sih biar tidurnya tambah nyenyak. Tapi sama aja kan gak bagus buat kesehatan? Ditambah sekarang dia hanya pakai boxer bermotif Powerpuff Girls. Tau kan tokoh kartun yang tiga cewek itu?

"Kamu tuh durhaka--"

"Ya kalau durjana berarti lagunya Pak Haji Rhoma Irama dong, Ma?" potong Bara cepat sambil memakan keripik bawangnya.

Mayang memijat pelipisnya. Pusing dengan tingkah Bara yang selalu bisa membuat lawan bicaranya menyerah.

"Ya kalau angin aja bisa suka sama kamu, kenapa cewek enggak?" itu suara Rizal.

Bara terdiam sebentar. Lebih tepatnya menelan keripik bawangnya terlebih dahulu. "Ada kok, Pa. Bara udah incer dia dari lama. Mungkin sekitar semingguan. Lusa udah Bara deketin, eh malah kabur dia."

Mayang dan Rizal ketawa. "Kamu nyeremin sih," kata Mayang di iringi suara tawanya.

Bara mendengus jengkel dan mengunyah keripiknya dengan kasar.

"Jadi, kamu udah mau ngelupain dia?"

Bara terdiam sebentar. "Iya, Pa. Bara nyerah. Daripada Bara galau gak jelas, Bara berinisiatif buat nyari seseorang yang baru meskipun sedikit gak rela ninggalin dia."

***

Bara mengusap layar ponselnya yang menampilkan akun LINE Lea. Tadi Bara yang memintanya selepas mengantar Lea pulang. Seharusnya display namenya itu Alea Natasha, tetapi dengan isengnya, Bara justru merubahnya dengan Mbok Le.

Bara membasahi bibirnya dengan lidahnya. Menimbang-nimbang apakah dia harus mengirim pesan ke gadis yang sudah mengambil hatinya atau malah menelfonnya. Berkali-kali Bara mengetikkan pesan untuk Lea, tapi langsung di hapusnya. Uh, dia bingung dan gugup.

Setelah berpikir cukup lama dan mengumpulkan keberaniannya, Bara mulai menelfon Lea melalui free call.

"Halo?"

Bara tersenyum lebar. Refleks dia menggigit jari telunjuknya ketika mendengar suara lembut milik Lea. Dan sedetik kemudian dia menarik kembali jarinya. Dia ngerasa bodoh banget bersikap kayak gini. Kayak anak gadis, menurutnya.

"Eh, lagi apa, Tash?"

"Lagi maskeran. Ada apa, Bar?"

"Bar ... Bartender maksudnya?"

"Ya Bara. Emang kamu mau di panggil Ra gitu? Kayak anak cewek tau."

Bara tersenyum. Sial, dadanya kenapa berasa kayak mau meledak gini?

"Panggil Sayang aja gimana? Sweety, Honey, Baby, atau Suami juga boleh. Up to you."

Mendengar Lea yang nggak kunjung membalas ucapannya, malah membuat Bara kelabakan. "Sayang? Eh maksudnya Tasha?"

"Eh, iya? Udah dulu ya, aku lagi sibuk. Byee."

"Bilang aja lo malu. Pake bilang sibuk segala. Sibuk apa coba? Sibuk mikirin gue? Iya? Ah bodo lah!" gerutu Bara saat Lea memutuskan sambungannya secara sepihak.

Bara menatap langit-langit kamarnya dengan serius. "Gue yakin suatu saat nanti bakal bisa ngerubah sikap lo. Bukan sikap lo doang yang berubah, tapi hati lo juga. Dengan perlahan, gue bakal masuk ke dalam hati lo dan nendang si Ciko bajingan itu buat keluar dari sana. Good night, Sayang."

***

"Gak papa kan beli disini?"

Lea mengangguk meyakinkan. "Gak pa'pa. Emang kenapa?"

"Ya kirain lo alergi gitu beli makanan di pinggir jalan."

"Aku bukan orang yang kayak gitu." jawab Lea memutar bola mata dengan malas.

Bara terkekeh. Tangannya mengacak rambut panjang Lea yang membuat Lea mengerucutkan bibirnya. Hari ini sepulang sekolah, Bara memang menepati janjinya untuk mengajak Lea makan bakso sambil menceritakan alasan dia mendekati Lea. Tapi sekarang Lea gak ngerti kenapa Bara justru meminta baksonya untuk di bungkus.

"Ini den baksonya,"

"Oh iya Pak, jadi berapa ya?" ujar Bara mengeluarkan dompet dari saku celana abu-abunya.

"16 ribu, den. Itu pacarnya?" Pria paruh baya itu menunjuk Lea.

Bara terkekeh. "Bukan, Pak. Dia Istri saya."

Heh?

"Walah, masih SMA udah nikah? Kapan nikahnya?" kata Bapak tua itu mengambil selembar uang 20 ribu dari tangan Bara.

"Semalam Pak pas saya lagi tidur. Ah iya, ambil aja kembaliannya, Pak. Kami pamit ya, makasih."

"Lho-lho, makasih ya, den!"

Bara hanya mengacungkan jempolnya sedangkan Lea masih melongo ngedengar Bara dengan santainya ngomong kayak tadi ke orang lain.

"Kenapa? Kok diem aja?" tanya Bara saat mereka sudah berada di dalam mobil.

"Kita mau kemana?"

Bara tersenyum geli saat Lea mengalihkan pembicaraannya. "Kemana ya? Kayaknya mau nemuin Tuhan."

Lea mendelik kaget. Nemuin Tuhan? Jangan-jangan mau meninggal?!

"Maksudnya? Sembarangan aja deh kalo ngomong!"

"Iya, gue mau ketemu Tuhan. Mau bilang kalo bidadari surganya ada yang jatuh ke bumi dan gue yang udah berhasil nemuin bidadari cantik itu." Lea terdiam dan lebih fokus ngelihat bangunan-bangunan yang ada di samping kirinya di banding ngeladenin omongan ngawur si Bara ini.

"Lagian, gue juga sekalian mau nanya ke Tuhan-- Tash."

Lea menoleh sebentar ke arah Bara yang masih serius dengan jalanan di depannya. "Oh ya? Nanya apa?"

Bara tersenyum lebar karena Lea merespon ucapannya.

"Nanya kalau gue boleh milikin bidadari itu atau enggak."

"Kalau Tuhan gak izinin?"

Bara mendengus kasar "Gue bakal buktiin ke Tuhan kalo gue pantes buat milikin dia."

***

Dan di sini lah Bara dan Lea, memakan semangkuk bakso yang Bara beli tadi di bawah langit BSD yang siang ini cukup terik. Ini adalah kawasan ICE BSD, yang hanya ramai jika ada konser atau acara tertentu. Tapi, bukannya merasa kepanasan justru Lea merasa mengantuk karena berada di bawah pohon rindang yang sesekali bergoyang karena sapuan angin. Dan ternyata, Bara sedari tadi membawa mangkuk berbahan styrofoam juga sendok plastik. Itu alasan dia memilih membungkus baksonya.

"Kok bengong? Gak enak ya baksonya?"

Lea menoleh ke arah Bara yang sedang mengunyah bulat-bulat baksonya. Itu membuat Bara terlihat menggemaskan. "Enak kok. Cuma ngerasa ngantuk aja, abis suasananya sejuk banget."

Bara tersenyum tipis. "Ini tempat favorit gue kalau lagi kangen sama seseorang."

Lea mengernyit heran. "Mantan?"

"Gue gak punya mantan. Belum pernah pacaran juga." dia terkekeh pelan lalu melanjuti ucapannya. "Lo cewek pertama yang gue deketin."

"Terus kangennya sama siapa?"

Bara mengusap rambutnya yang berwarna hitam legam. "Lupain aja."

Lea terdiam dan mencoba menghabiskan baksonya yang tersisa sedikit.

"Tash? Lo mau ngerubah teman lo itu kan?" Lea mengangguk pelan.

"Yang harus lo lakuin cuma bersikap egois dan belajar tega ke dia. Gak usah lagi ngasih dia contekan sampai nilai lo jadi korbannya. Lo juga harus bilang ke dia soal unek-unek yang lo pendam belakangan ini"

Lea menahan nafasnya. "Tapi, Bar-- Sisi itu sahabat aku sejak la--"

"Tasha. Dia itu cuma dateng ke lo di saat dia ada masalah doang, selebihnya dia ninggalin lo lagi. Lo itu sahabatnya atau seorang Psikolog?" Bara tertawa hambar.

"Dateng cuma buat konsultasi dan pergi setelah masalahnya kelar. Jangan bodoh, Alea Natasha." sambungnya masih tertawa hambar.

"Biar Sisi sadar kalau aku berkorban banyak buat dia." balas Lea pelan.

Tawa Bara terhenti. "Apa? Berkorban? Selain jadi seorang Psikolog lo juga jadi seorang pahlawan? Emangnya dia siapa sampai lo berkorban segala?"

"DIA SAHABAT AKU!" wajah Lea sudah merah menahan amarahnya.

"Sahabat? Tash, please. Jangan bodoh, seorang sahabat gak akan ngebiarinin sahabatnya sendirian kayak gini. Lagian lo tuh berkorban ke dia tuh biar apasih? Biar lo di kenang sama dia?"

Lea terdiam. Lebih tepatnya sedang menahan emosinya yang akan meledak jika di senggol sedikit lagi.

"Bar ... Jangan ngomong gitu lagi, aku mohon ..." lirih Lea dengan suara bergetar. Bara yakin air mata Lea sedikit lagi akan tumpah.

"Sorry, Tash. Gue cuma ngecoba buat ngesadarin lo aja. Kalo gue salah, gue minta maaf."

Lea terdiam menunduk dan Bara tau kalau gadis yang kini dia sukai itu sedang menangis.

"Jangan nangis, gue benci ngeliat air mata cewek." Bara menarik lengan Lea dan langsung memeluk gadis itu yang sedang terisak.

"Kalo benci ya gak usah di liat."

Bara mendengus kuat-kuat hingga anak rambut yang berada di puncak kepala Lea bergerak sedikit. "Gue emang gak lihat. Tapi gue bisa ngedenger suara tangisan lo yang kayak suara curut makan kodok."

Lea melepas pelukannya pada Bara. Kalau dari lubuk hati yang paling dalam sih, Lea sebenarnya gak mau. Masih betah berleha-leha di dada bidang Bara. Tapi untuk sekarang, Lea benar-benar marah dengan Bara yang sudah menamparnya dengan kata-kata.

"Ayo pulang," ajak Lea tanpa menatap Bara yang memandangnya dengan kecewa.

***

"Makasih buat bakso dan tumpangannya. Aku dul--"

"Tasha, tunggu."

"Apalagi?!" jerit Lea menepis pergelangan tangannya yang Bara pegang.

Bara terdiam menatap Lea. "Gue belum ceritain alasan gue buat ngedeketin lo kan?"

"Aku gak butuh."

"Gue mulai suka sama lo semenjak seminggu yang la--"

"AKU GAK BUTUH!"

"--gue bahkan selalu ngelihatin lo walau di keramaian seka--"

"BERHENTI, BARA!"

"--dan gue bakal terus berusaha ngedeketin lo walaupun lo menghin--"

"AKU BENCI KAMU! BERHENTI BUAT NGEDEKETIN AKU LAGI DAN JANGAN BICARA SEPATAH KATA PUN LAGI KE AKU! KAMU TUH ORANG YANG BARU KENAL AKU SELAMA 3 HARI!! GAK USAH SOK TAU LAGI TENTANG AKU DAN SISI!!"

Bara terperangah kaget. Lea mengatakan itu padanya?

"Lo aneh. Kemarin minta jawaban dari curhatan lo itu tapi pas gue kasih solusinya malah marah-marah." ujar Bara datar menatap jalanan kosong di depannya.

Lea memejamkan mata sejenak. "Aku emang aneh, makanya aku minta kamu buat berhenti deketin aku."

***

Continue Reading

You'll Also Like

65.1K 5.5K 36
[ C o m p l e t e ] Namanya Rama, kalian pasti ngeri kalau ketemu orangnya. || Copyright, 2019. Nabila Wardani - All Rights Reserved. Cover by vii_gr...
Pal In Love By Ayii

Teen Fiction

1.9M 132K 51
[TELAH TERBIT] "Selalu ada luka, diantara persahabatan dan cinta." ÷×+-=Pal in Love=-+×÷ Masuk kelas unggulan di sekolah barunya jelas bukanlah hal y...
581K 7.2K 23
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
4.4M 298K 33
TERBIT & TERSEDIA DI TOKO BUKU | Dunia Natasha berguncang. Natasha tidak pernah mengira bahwa permainan UNO bisa mendatangkan musibah untuknya. Perma...