My Love is You (Ending Soon)

By OchieTelekinetics

38.1K 2.1K 655

~Kevin Woo~ Laki-laki baik, ceria, sabar, penyayang, dan masih banyak lagi kesempurnaan yang ia miliki. Saya... More

Chapter 1~ Pertemuan yang Menjengkelkan
Chapter 2 ~ Terpesona
Chapter 3 ~ Kenyataan Hidup
Chapter 4 ~ What's Wrong?
Chapter 5 ~ He was in Pain
Chapter 6 ~ Pukulan Terberat
Chapter 7 ~ Comeback
Chapter 8 ~ Who is He?
Chapter 9 ~ I'm Beginning To Love Her
Chapter 10 ~ For you
Pemberitahuan
I'm Sorry
Chapter 12 ~ Kebencian yang tiada akhir
Chapter 13 ~ Maaf Telah Membuatmu Terluka
Chapter 14 ~ Hate
Chapter 15 ~ Guilt
Busy
Chapter 16 ~ Mianhae
Chapter 17 ~ Bersaing
Chapter 18 ~ Kecewa
Chapter 19 ~ Meet My Mom
Chapter 20 ~ Luka
Chapter 21 ~ Broken Heart
Chapter 22 ~ Bertahanlah Untuk Hyung
Chapter 23 ~ The Power of Love
Chapter 24 ~ A Big Problem
Chapter 25 ~ Bermuka Dua
Chapter 26 ~ Happiness
Terpaksa
Chapter 27 ~ Sakit Namun Tidak Berdarah
Chapter 28 ~ Rintangan Awal
Chapter 29 ~ Ketakutan
Chapter 30 ~ Aku Percaya Padamu
Chapter 31 ~ Retak
Chapter 32 ~ Pembuktian
Chapter 33 ~ Hilangnya kepercayaan
Chapter 34 ~ Cinta Kasih Ibu
Chapter 35 - Ketakutan Lagi
Chapter 36 ~ Tersadar
Chapter 37 - Selalu Bersama
Chapter 38 ~ Bad Insident
Chapter 39 ~ Kacau
Chapter 40 ~ Terungkap
Chapter 41 ~ Mencoba Berdamai

Chapter 11 ~ Jealous

875 61 7
By OchieTelekinetics

Bryan sampai di rumah mewahnya. Setelah pertemuannya dengan sang Ibu, pria itu menenangkan diri sejenak di sungai Han. Tempat favoritnya saat hatinya sedih. Karena hanya sungai han yang selalu bisa membuatnya tenang menghadapi semua masalahnya. Entah masalah penyakit Kevin maupun ibunya.

"Nawasseo..." panggilnya lemas. Sepi, tidak ada yang menyambutnya. Tidak biasanya rumah terasa sepi. Bahkan supir Jang juga tidak terlihat.

"Kevin-ah! Nawasseo!" tidak ada yang menyahut.

"Ahjussi! Nawasseoyo!"

Sama, tetap tidak ada sahutan. Hal itu membuat Bryan celingukan mencari-cari Kevin dan supir Jang.

"Kemana semuanya? Tidak biasanya rumah terasa sepi?" Gumamnya heran

"Bryan Doryeonnim! Gawat!" Panik supir Jang sambil menuruni tangga secepat mungkin. Mendengar sang majikan telah pulang, pria paruh baya itu bergegas menemui Bryan.

"Ada apa, Paman? Kenapa kau panik sekali?"

"Tuan muda Kevin---dia---" ujar supir Jang terbata-bata

"Kevin waeyo?! Dia kambuh?!" tanya Bryan cemas begitu sang adik di sebut-sebut.

"Cepatlah ke kamarnya. Anda lihat sendiri."

Secepat kilat Bryan menaiki tangga menuju lantai dua di mana kamar Kevin berada.
Melihat betapa paniknya wajah supir pribadinya itu ia yakin pasti terjadi sesuatu dengan Kevin.

Brakk!!

Pintu dibuka dengan kasar. Lebih tepatnya lagi sih didobrak. Jungsoo sampai terlonjak kaget karena ulah Bryan. "Ya Bryan Woo! Kau bisa membuatku terkena serangan jantung!" omel dokter muda itu yang sedang mengompres Kevin.

Tanpa menanggapi perkataan sahabatnya itu, Bryan melangkah menghampiri Kevin yang terbaring lemas dengan wajah pucat. Lengannya tertancap jarum infus.

"Bagaimana kondisinya?" Tanya Bryan to the point. Jungsoo menghela nafas berat.

"Kondisi Kevin sangat drop. Demamnya sampai 40 derajat celcius."

"Tinggi sekali."

"Inilah yang aku takutkan jika mengizinkannya pulang lebih awal. Kondisinya masih belum stabil."

"Dia memang keras kepala."

"Tapi syukurlah, hanya serangan biasa. Kevin akan baik-baik saja."
Ujar Jungsoo menenangkan

"Apa yang terjadi? Bagaimana Kevin bisa kambuh?" Meski ia lega Kevin baik-baik saja, pria dengan tinggi 185 cm itu penasaran bagaimana sang adik bisa collapse.

"Dia lupa meminum obatnya."
Jawab Jungsoo membuat Bryan menatap Jungsoo tidak percaya.

"Mworago?!"

"Obat tuan muda Kevin hilang," supir Jang ikut menimpali. Bryan beralih menatap supir Jang.

"Hilang?" supir Jang mengangguk

"Ya Tuhan Kevin, kenapa kau ceroboh sekali?" ujarnya frustasi sambil mengusap wajahnya kasar.

"Jangan memarahi Kevin. Dia pasti tidak sengaja menghilangkan obatnya." Jungsoo menepuk bahu Bryan pelan. Tidak ingin sahabatnya itu emosi.

Bryan hanya menghela nafas berat. Jungsoo selalu membela Kevin.
"Aku sudah memberi Kevin infus vitamin agar nutrisi dalam tubuhnya tetap terjaga. Setelah bangun nanti, dia akan merasa lebih baik."

"Gomawo Jungsoo-ya." ujar Bryan tulus. Jungsoo tersenyum simpul

"Tidak perlu berterima kasih. Kevin kan sudah seperti adikku sendiri."

"Seharusnya yang lebih pantas mendapat ucapan terima kasih adalah paman Geunseok. Dia langsung sigap menghubungiku begitu Kevin collapse."

Bryan menggenggam tangan supir pribadinya itu. "Gomawoyo, Ahjussi. Aku tidak tahu apa yang terjadi pada Kevin jika tidak ada dirimu."

Supir Jang tersenyum malu
"Sama-sama, tuan muda. Sudah menjadi tugas saya menjaga tuan muda Kevin. Anda terlalu berlebihan."

"Kau memang pantas mendapatkannya."

♡♡♡

"Lukisan cantik untuk wanita yang cantik," Gumam Ochie senyum-senyum sendiri. Mata indahnya tidak lepas memandangi lukisan dirinya hasil karya Kevin. Pria tampan yang beberapa hari belakangan ini memenuhi fikirannya.

"Sepertinya kau berhasil membuatku jatuh cinta padamu, Kevin Woo. Pria menyebalkan yang hangat, romantis, dan pintar melukis. Itulah dirimu." sambungnya. Tangan Ochie mengusap kertas memo dari kevin. Menurutnya, tulisan tangan pria itu terlalu bagus untuk ukuran namja.

"Tidak pernah aku merasakan debaran aneh ini. Bahkan saat bersama Luhan sekalipun. Hanya di dekatmulah jantungku berdebar sangat kencang hingga aku tidak bisa mengontrolnya."

"Saat kita pertama kali bertemu, aku begitu membencimu. Karena kau sangat menyebalkan dan ceroboh. Menabrakku hingga membuat bajuku kotor terkena minuman. Tapi siapa sangka jika pertemuan tidak mengenakkan itulah awal dari rasa cinta ini." Ochie kembali tersenyum membayangkannya.

"Eonni palli naeryo*! Waktunya makan malam!" Ketika asik melamunkan perlakuan manis Kevin, teriakan Eunji membuyarkan lamunannya.

"Ish, anak itu mengganggu saja," umpatnya kesal

"Arraseo! Aku akan segera turun!"

Ochie merapikan meja belajarnya dan bergegas turun untuk makan malam bersama. Ia menuruni tangga perlahan, terlihat keluarganya sudah berkumpul termasuk Tn.Shin.

"Tumben Appa sudah pulang? Sudah bosan di kantor?" tanya Ochie sambil menarik kursinya. Pertanyaan itu ia lontarkan sebagai sindiran juga untuk sang Ayah.

"Ochie-ya," Ny.Lee mencegah putrinya memancing amarah sang suami. Ia tahu watak Ochie sama seperti Tn.Shin.

"Jaga ucapanmu. Cepat makan dan jangan membuatku marah." ujarnya memeeringati. Ochie tersenyum meremehkan

"Marah? Bukankah aku bicara fakta? Kenapa Appa harus marah?"
Lagi, sindiran itu kembali Ochie ucapkan. Ia sengaja menyindir Tn.Shin berharap ayahnya itu sadar jika uang bukanlah segalanya. Ia tidak butuh uang, tapi kasih sayang.

"Sudah-sudah. Kalian selalu saja berdebat jika bertemu." lerai Ny.Lee

"Aku makan di kamar saja," putus Ochie sesaat setelah mengambil nasi dan lauk lalu segera membawanya ke kamar. Wanita itu tidak tahan jika berlama-lama berada di dekat ayahnya.

"Tidak tahu sopan santun!" rutuk Tn.Shin

Ochie menghentikan langkahnya lalu berkata, "Aku tidak pernah diajarkan apa itu sopan santun. Ayah lupa?" Dan melanjutkannya langkahnya menuju kamar. Tempat di mana tidak ada seorangpun yang bisa mengganggunya.

"Anak itu benar-benar."

"Yeobo, tenanglah." ujar Ny.Lee mengusap lengan Tn.Shin

"Bagaimana aku bisa tenang? Anak itu semakin kurang ajar saja."

Ny.Shin menghela nafas panjang. "Kau tahu sendiri sifatnya menurun darimu."

"Geun Eomma, Geun Appa, kapan kita mulai makan?" tanya Eunji membuat pasutri itu tersadar, jika Eunji mereka abaikan sejak tadi.

"Mianhae, Eunji-ya. Ayo kita makan." ajak Ny.Shin segera. Ketika mereka bertiga mulai makan, bel rumah berbunyi.

Ting Tong!

"Biar aku saja, Geun Eomma." Eunji melangkah sedikit cepat lalu membukakan pintu.

"Luhan Oppa!" pekiknya senang

"Selamat malam, calon adik ipar." ujar Luhan dengan senyuman manis yang menghiasi wajah imutnya. Membuat Eunji mencebik.

"Mmm...percaya diri sekali kau, Oppa."

"Tentu saja." Eunji hanya merespon dengan gelengan kepala.

"Ayo masuk." ajak gadis remaja itu sambil menggandeng lengan Luhan

"Mana kakakmu?" tanya Luhan sambil celingukan mencari keberadaan Ochie.

"Eonni ada di kamarnya."

"Oohh Luhan-ah. Ternyata kau."
ujar Ny.Lee begitu tahu Luhanlah yang datang.

"Anyeonghaseyo Abeoji, Eomeoni,"
Luhan membungkukkan badan memberi salam.

"Geurae. Ayo ikut makan malam." ajak Tn.Shin senang melihat calon menantunya itu. Meski pada kenyataannya ia memaksakan kehendak untuk menikahkan Ochie dengan Luhan.

"Terima kasih, Abeoji. Aku sudah makan bersama Ayah barusan." tolak pria imut itu halus.

"Kalau begitu, kau langsung temui Ochie saja." suruh Tn.Shin

"Ne," jawab Luhan semangat. Memang itulah tujuannya.
Pria itu menaiki tangga menuju lantai dua di mana kamar Ochie berada.

Tokk! Tokk! Tokk!

"Siapa?" tanya Ochie

"Naya.*"

Ochie langsung tahu jika itu Luhan. Ia sangat hafal dengan suara pria itu.
"Deureoga.*" suruhnya

Luhan membuka pintu bercat cokelat itu perlahan. Terlihat Ochie sedang memandangi sesuatu. Lalu ia masuk ke kamar bernuansa biru muda itu dan duduk di pinggiran tempat tidur queen size milik Ochie.

"Apa aku mengganggu?" tanya Luhan memastikan. Ochie tersenyum lalu menggeleng

"Tidak kok. Santai saja."

"Kenapa tidak ikut makan malam?"

"Aku malas melihat wajah Appa." ujarnya singkat. Benar tebakannya, pasti ayah dan ank itu bertengkar lagi.

"Jangan seperti itu. Bagaimanapun beliau tetaplah ayahmu yang harus kau hormati." nasihatnya

"Kenapa Appa tidak seperti ayahmu yang begitu penyayang dan sabar?" tanya Ochie sedih

"Ochie-ya, dengar aku," Luhan menangkup pipi wanita itu, menatap lekat wajah cantik yang selalu ia kagumi, "setiap ayah mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kau harus tahu itu." Sambungnya

"Kenapa juga aku tidak bisa sebijaksana dirimu?" tanya wanita itu lagi.

"Karena semua manusia mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing." jawab Luhan bijaksana. Ochie mengangguk lemas.

"Kau benar." Luhan tersenyum puas.

Tanpa sengaja, ia melihat lukisan yang Kevin buat untuk Ochie saat di kampus tadi. "Ini dirimu?" tunjuknya pada lukisan itu. Ochie mengangguk.

"Eoh, cantik bukan?"

"Mmm... neomu Yeppeo*. Siapa yang melukis?" Luhan tersenyum memandangi lukisan wajah Ochie.

"Kevin. Tadi pagi dia melukis potretku diam-diam. Ternyata dia manis sekali." Sontak senyum Luhan memudar begitu mendengar nama si pelukis.

"Mwo? Kevin?" Ochie kembali mengangguk

"Dia juga menulis ini,"
Wanita itu menunjukkan memo yang Kevin tulis.

"Quotes yang Kevin tulis juga manis. Dia memang pria yang hangat dan romantis." mata wanita itu berbinar senang membayangkan kejadian di kampus tadi pagi.

Sungguh, Luhan ingin marah sekarang juga. Rasa cemburu di hatinya tidak bisa ia tahan lagi. Kenapa Kevin dengan mudahnya meluluhkan hati Ochie. Sedangkan ia yang sejak kecil menyukai wanita itu tidak juga bisa mengambil hatinya.

"Lagi-lagi karena pria itu. Dia selalu punya cara membuat Ochie jatuh cinta padanya. Awas saja Kevin Woo, kau berurusan dengan orang yang salah." Batinnya geram. Tangannya mengepal kuat menahan emosi yang memuncak di ubun-ubun. Seakan siap meledak.

°°°

Aku hadir lagi, gais! Semoga gk pada bosen ya sama author maupun ceritanya😁Jangan lupa votementnya. Buat aku, gk ada yang lebih bhgia selain mndapatkan votement dari kalian. See you next week😉

Note :

1.Naeryo : turun (informal)
2.Naya : ini aku (informal)
3.Deureoga : Masuklah (informal)
4.Yeppeo : cantik (informal)

Continue Reading

You'll Also Like

91.6K 12.9K 28
Renjun mengalami sebuah insiden kecelakaan yang membawa raganya terjebak di dalam mobil, terjun bebas ke dalam laut karena kehilangan kendali. Sialny...
50.8K 5.4K 20
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
70K 14.5K 161
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
36.1K 5.3K 34
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...