Jagoan

By Senaxxxyeol

1.4M 202K 20.7K

Pemuda itu bernama Daniel Alvis Romero. Ia adalah berandal yang menyebalkan. Namun orang orang menyebutnya se... More

Get Ready
1. Si Ketua Osis
2. Ketos dan Berandal Pulang Bareng
3. Pulang Bareng Lagi
4. Tentang Perkemahan
5. Grogi
6. Main di Rumah Samuel
7. Asal Muasal Paha Squad
9. Perjalanan
10. Kemping
11. Api Unggun
12. Balik
13. Perpustakaan
14. Terkena Panah Cupid
15. Nggak Diundang
16. Darrel Jadian
17. Luka
18. That Kiss
19. Bantuin Pindahan
20. Caption
21. Dilabrak
22. Confess
23. Love Shot
24. Adara Paradista
25. Tercolok Pesawat
26. Nonton Turnamen
27. Have a Badboy as a Boyfriend
28. Daniel Hates Hospital
29. Berbicara Tentang Mimpi
30. Akhirnya Bertemu
31. Gelisah
32. Gelisah Dua
33. Nyaman & Berarti
34. Bimbel
35. Teman Baru
36. Kabar Baik Tapi Buruk
37. Ternyata
38. Ketika Badai Datang
39. Penyudahan Luka
40. Kunjungan
41. Sembunyi
42. Blokir Perasaannya
43. Nasihat Bleki
44. Alasan
45. Jam Istirahat
46. Berdamai
47. Membuat Kenangan
48. Nggak Jadi Bimbel
49. Kotak Masuk Samuel
50. Pantai Pembawa Kenangan
51. Ujian
52. Kelas 3-2
53. Goodbye Samuel
54. Best Day Ever
56. Goodbye Daniel, Goodbye My Adolescence
Epilog : Halo, Cinta Monyetku
Epilog : Takdir
Sequel : Our Life
Kabar Gembira
OPEN PRE-ORDER
Open PO yang kedua
Open PO yang ketiga
Open PO yang ke empat!

8. Ketika Berandal Kembali Berulah

31.1K 4.9K 458
By Senaxxxyeol




Chapter 8

"Ketika Berandalan Kembali Berulah"

_____


Jabatan gue sebagai Ketua Osis Warwick High School menjadikan hari Senin gue lebih menarik dari sebelumnya. Seperti biasa, gue beserta OSIS lainnya berjaga di depan gerbang sekolah depan. Siap menghentikan siapa saja yang sekiranya melanggar peraturan yang telah ditetapkan sekolah. Sekedar memberi tahu, ngomelin orang itu asik.

"Itu bibirnya merah gitu, tolong dihapus dulu sebelum masuk" Seorang siswi dengan bibir berwarna kemerahan menarik perhatian gue. Adik kelas tersebut tersenyum kecil dan segera mengeluarkan tisu dari tas dan mengelap bibirnya dengan cepat, setelah itu gue tersenyum dan mempersilahkannya masuk.

Bibir berwarna itu memang bagus, apalagi pink atau merah-merah lucu gitu. Gue mah nggak munafik, gue juga suka pakai kok. Tapi nggak untuk sekolah. Palingan pakai lipgloss, soalnya tangan gue suka gabut. Tiba-tiba nakal aja maunya kopekin kulit bibir yang kering. Makanya gue pakai lipgloss terus.

Seorang cowok berambut kecoklatan muda berjalan ke arah gerbang. Wajahnya kebule-bulean. Tau dong sosok Samuel Cendric Abrisam, si teman embrio gue. Gue suka heran, padahal tadi pagi dia kan bareng gue, tapi kok ya masuknya baru sekarang.

"Apa lo?! Gue udah rapih nih" Semburnya cepat sebelum gue membuka mulut. "Santai aja dong comberan!"

Setelah gue katain comberan Samuel melangkah masuk ke dalam, tapi memang dasar titisan iblis sih ya. Dia usil banget narik iketan rambut gue sampai terlepas, udah mana kayak dijambak.

"SI ANJ---DASAR TUYUL PIRANG!"

"Buset, masih pagi udah tubir aja"

Gue menoleh ke arah Darrel dan Baejin yang baru saja datang. Gue segera menyuruh Baim untuk mengurusi mereka, lantaran gue udah males banget kalau displinin mereka. Soalnya songong, terus bacot banget, susah deh pokoknya.

"Wah asoy! Hari ini Baim kayaknya makin tinggi nih, Beuh! Mantap rambutnya pakai pomad ya? Ganteng! Beneran nggak bohong!" Baejin tersenyum sembari sesekali menahan tawa. "Iya nih! Kita mah yang b aja bisa apa? Hehe permisi ya teman kita lewat dulu, mau masuk nih, mau belajar"

Baim mendengus. "Hehe-hehe palalu jontor"

"Loh setau gue bibir yang jontor" Celetuk Baejin tanpa dosa. Disamping itu Darrel mengangguk setuju. "Tau nih! PBB lo!"

"Pinter-pinter bego!" Lanjut Darrel lagi. Disebelahnya Baejin protes. "Lo maunya apa sih, pinter apa bego jadinya"

"Pinter! Tapi kadang bego!"

Gue memutar bola mata malas dan beralih pada sekumpulan cowok yang menyita perhatian semua siswi yang lewat. Siapa lagi kalau bukan hits Jakarta geng EXO. LOH?! Ada apa ini?! Upin Ipin belum masuk kuliah kan? Kok gue bisa ngeliat dimana Akai dkk datang tepat waktu sebelum bel sih?

"Halo cantik hehe" Gue berdecak-decak di tempat, melihat Akai yang lagi nyepik adik kelas bening yang kebetulan lewat. Itu anak kurang bersyukur apa gimana sih? Krystal Paradista yang cantik kebangetan sekaligus aduhai, tapi masih aja lirik sana sini. Btw Krsytal Paradista itu temen gue juga dari kelas 3-3, dulu pacaran sama Akai. Tapi lagi baclstreet katanya mau fokus UN. Alah! Yang ada gue pengen mengumpat.

"Eh Sena! Ngapain sih tiap Senin berdiri mulu disini, bosen gue liatnya" Pertanyaan bgeo yang terlontar dari mulut Bara gue abaikan. "Itu si Kai kandangin dulu napa Sen, nyepik mulu kerjaannya"

Gue hanya tertawa menanggapi sahutan Cakra. "Pakai dulu dasinya" Gue menunjuk Bara, Cakra, Kai dan Sein yang menjadi pelaku pelanggar peraturan. Oh iya disini juga ada Aldio, dia datangnya barengan sama temen-temennya. Kenapa dia nggak ikutan ngediplinin murid? Males katanya. Cuma Aldio doang yang berani ngomong gitu ke pembina Osis. Memang dasar sinting. Dio mah kerjaannya kalau ada acara-acara aja, untung pintar jadi pembina Osis santai-santai aja.

"Masuk aja coy, sepupu gue mah baik dan tidak sombong"

"Lo maju selangkah, jangan salahin kalau kepala sama badan lo udah misah" Ancam gue. Akai menggeleng-gelengkan kepalanya. "Astagfirullah Sena, dulu Tante ngidam apaan ya, lo udah gede mulutnya makin ampas"

Ngaca coba wahai bleki.

"Oh, jadi ini rasanya mendengar Akai ngucap istighfar" Celetuk Sein. Cakra mengangguk setuju. "Hm, suatu kemajuan"

"Nanti pulang syukuran dulu" Sahut Dio. "Oh gitu Yo! Jadi sekarang lo ikut-ikutan ngehujat gue?"

Sebelum sinteron dimulai gue buru-buru memukul kepala Akai menggunakan penggaris legenda. "Bacot! Pakai dulu dasinya! Ngerti bahasa manusia kagak sih?"

"Sakit Senanjing" Tuh kan, mulut Akai lebih ampas dari gue. "Elah, nurut aja napa sih gue cepuin ke Krystal nih lo goda-goda dedek gemes"

Kai mencubit gue pelan, kemudian dengan berat hati memasang dasinya di kerah kemeja. "Udah nih puas lo puas?" Cowok itu mendelik dan berjlan masuk bersma kawanannya. "Dadah Sena!" Ucap Bara riang gue balas dengan tatapan tajam dan membuat ia ikutan memelototi gue.

Selesai mengurusi anak hits, gue kembali dilanda musibah ketika cowok dengan rambut hitam berlari-lari dari arah jalanan menuju gerbang. "WEH MAS BRO!"

Son Honardian atau teman kita yang dipanggil Sonho. Gue menaikkan alis gue ketika ia datag sendirian, tumben biasanya dia sama Ethel berdua mulu kalau datang ke sekolah.

"Kok sendiri? Ethel mana?"

"Cie nanyain cie, baper ya kemaren masakin tetelan Indomie! Nanti gue bikin drama korea deh, cinta ku berkat Indomie"

Sinting kali. "Serius anjir"

"Nggak tau tuh, mau ditelat-telatin dulu kayaknya"

Yaelah dah. "Jef, si Jovan belum lewat?"

"Belom"


Jagoan
____



Gue menghela nafas, menatap barisan para mantan—eh salah maksudnya para berandal yang sedang dihukum di tengah lapangan, dengan cuaca panas dan matahari yang terik. Gue nggak habis pikir, kenapa mereka tuh goblok banget. Masa bolos di cafe deket sekolah, jenius banget. Sedari tadi gue, Jeffrey dan Baim berdiri di belakanh kepsek yang saat ini berceramah panjang lebar pada mereka. Gue sedikit lega sih, ketika berandal pelaku bolos berkurang hampir separuh karena Geng EXO saat ini sudah berada di kelas. Hebat, suatu kemajuan.

"Sena!" Panggilan Ibu Kepsek membuat gue sedikit terkejut. "Iya bu?"

"Ini mereka yang ribut sama murid sekolah sebelah di parkiran kan?" Gue mengangguk mantap. Kemudian Bu Kepsek dengan gentarnya kembali berbicara dengan berapi-api.

Disamping Jeffrey mencolek pundak gue. "Apaan?" Ucap gue pelan. Wajah Jeffrey memeberenggut kepanasan. "Ini kenapa kita disuruh berdiri juga ya? Gue pegel anjeng"

"Jeffrey!" Panggilan Ibu Kepsek nyaris membuat gue dan Jeffrey mengumpat kencang lantaran kaget, apalagi si kampret sebelah gue habis memaki kasar.

"Iya bu!"

"Kamu dan Sena awasi mereka, jangan sampai masuk kelas sebelum bel jam pelajaran ke dua"

"Baik Bu!" Cowok itu mengucap dengan cepat, namun setelahnya memberenggut kembali, wajahnya malas sembari menatap barisan di depannya.

"Baim kamu mau olimpiade Fisika minggu depan kan? Yasudah kamu kembali saja ke kelas, belajar yang benar ya, harumkan nama sekolah" Baim tersenyum dan segera buru-buru kembali ke kelas. Sedangkan gue membuka mulut, si Baim mau olimpiade nggak bilang-bilang cukup tau aja Berbi.

Setelah Bu Kepsek selesai, beliau berjalan meninggalkan lapangan untuk kembali keruangannya. Sedangkan gue sama Jeffrey udah jongkok lelah aja karena kaki yang pegal ikitan berdiri, serta cuaca panas yang membuat kami lebih lelah dari biasanya.

"He Jovan!" Panggilan gue membuat si pemilik nama menoleh dan tertawa pelan menatap gue yang berdecak saat ini. "Btw, siapa yang ngusulin bolos?"


"Gue" Daniel menyahut dengan berani. Gue memutar bola mata malas, memang sudah pasti ia biangnya keributan. "Siapa yang ngusulin bolos di cafe depan?"

"Gue" Fidelis menyahut sembari nyengir dan menggarukkan leher belakangnya. Gue hanya bisa membuang nafas perlahan. Masalahnya, cukup logis untuk kalangan manusia gesrek macam Fidelis.


"Ck elah! Pegel banget kaki gue, tanggung jawab lo semua harus pijitin gue nanti" Jeffrey mendudukkan dirinya di bangku panjang di bawah pohon sembari mengomel tanpa henti, hingga sahutan Ethel membuatnya diam tak berkutik.

"Sorry? It's your job, don't blame us"

"Wayuluh di inggrisn Ethel!" Suara Waras nyeletuk dari barisan. Jefrrey terdiam, entah kesal atau memang di nggak ngerti. "Iya Thel iya" Pada akhirnya ia hanya iya-iya saja dengan pasrah.

Gue masih berdiri di bawah pohon, memerhatikan mereka yang mulai kepanasan. Waras berdiri seperti cacing kepanasan, tubuhnya bergerak kesana-kemari dengan gelisah. Fidelis mengipas-ngipaskan dirinya dengan almamater yang sengaja ia buka karena gerah. Jovan menunduk tidak mengangkat kepalanya sedari tadi, nggak tau lagi berdoa atau menghindari terik yang mengarah langsung ke wajahnya. Ethel kepanasan juga masih kalem aja, seakan-akan pasrah dengan keadaan. Daniel berkali-kali mencoba untuk duduk, namun ia urungkan ketika melihat gue menatap tajam ke arahnya.

"Kalo sama matahari aja udah lemah, nggak usah banyak tingkah"

"Katanya bandel, bolos aja ketahuan"

"Elah, jadi nggak ikut mapel Inggris kan gue"

Gue masih terus mengoceh ketika suara Daniel membuat gue terhenti. "Lo ngomel mulu makin cantik, pusing gue liatnya"

"PUSING PALA EBI PALA EBI AW! AW! AW!" Suara Waras yang memperkeruh suasana membuat gue mendudukkan diri di sebelah Jeffrey dengan mengabsen kebun binatang ketika melihat Daniel tersenyum kecil di tempat.

Jagoan
_

___

Jam Pelajaran olahraga tiba. Gue sudah selesai mengganti baju bersama anak perempuan lainnya di toilet, dan sekarang sedang sibuk melipat seragam untuk dipakai lagi nanti setelah ini. Anak lelaki meutuskan untuk berganti baju di dalam kelas tanpa beban, bermodalkan kaos oblong mereka santai-santai saja ganti baju di depan murid perempuan. Selesai berganti baju kelas 3-2 masih sibuk bercanda di dalam kelas.

Saile sama Darrel yang sibuk ngadu panco di meja guru dengan Baejin, Handaru, Joy, Jeane, dan Lisa sebagai tim sorak. Mark sama Jeno asik ketawa ngakak di depan pintu ngeliat Sonho kebingungan nyariin seragam putihnya yang ditaruh di laci meja guru sama Samuel.

"Woy! Wahai penghuni nerakeuh! Udah ditungguin bapak Jaehwan di lapangan! Buruan! Nggak pake lama! Atau nggak kelas kita dihukum lari 10 kali ngitarin lapangan" Baim datang dengan bola basket yang baru saja dari lapangan.

Seruan Baim membuat kelas yang rusuh semakin rusuh. Murid-murid keluar dengan terburu-burru melalui pintu yang tak cukup muat jika gerombolan orang melewatinya. Anak lelaki lebih memilih melompat jendela. Begitu juga dengan gue yang ditarik oleh Samuel.

Kelas kami yang berada di lantai dua membuat kami berduyun-duyun melewati tangga. Nggak ada yang milih loncat dari lantai dua kok, anak cowok juga lewat tangga. Suara Bapak Jaehwan yang menghitung 1-10 di pengeras suara yang ia bawa membuat kami semakin mempercepat lari.

Gue menyipitkan mata ketika melihat kelas 3-3 sudah berbaris di lapangan. Anjir, baru sadar kalau olahraganya di gabung sama kelas sebelah.

Ketika hitungan sudah sampai ke sembilan Bapak Jaehwan meniupkan peluit dengan kencang membuat Sonho mengumpat latah. "EH AYAM AYAM! ANJING YA GABISA NYELAW APA!" Untungnya Bapak Jaehwan kayaknya nggak dengar.

Gue dan Jovan lagi ngakak di tengah berlari, soalnya Samuel jatoh nyusruk ke depan karena nginjek tali sepatunya sendiri yang lepas ikatannya. Alhasil gue, Jovan sama Sonho menjadi orang paling akhir yang sampai ke barisan karena nungguin Samuel ngiket tali sepatunya.

"Kalian tuh masih muda, tapi kok lelet? Kalau bunyi peluit pertama udah bunyi berarti kalian harus ke lapangan saat itu juga!"

Mark menyenggol lengan Jeno di sampingnya. "Emang ada bunyi peluit pas kita di kelas?' Jeno menggeleng. "Yaudah berarti kita nggak salah"

Positif thingking sekali Mark ini.

"Loh pak, kok olahraganya di gabung sama kelas 3-2?" Suara Naomi yang agaknya kurang suka olahraga bareng kelas 3-2 membuat gue mendesis kesal.

"Iya soalnya guru olahraga yang ngajar kelas 3-2 izin hari ini jadi berhubung jam kalian sama, saya satuin aja"

Gue melirik Geng Naomi yang sudah mencibir sambil ngeliatin gue. Idih, plis ya dikira Raisa ini juga mau apa olahrga bareng dia? Ogah anying.

"Oke berhubungan kelas 3-2 telat, saya pengen perwakilan kalian yang memimpin pemanasan kali ini"

Gue yang berada di barisan depan menunduk ke bawah. Di belakang anak-anak mulai ricuh saling dorong-dorongan ke depan. "Jeno aja nih pak!" "Anj! Samuel aja pak dia goyangannya enak" Gue menghela nafas, asu malu-maluin banget rakyat 3-2. Anak-anak masih saling dorong-dorongan membuat gue yang berada di depan terdorong kedepan berkali-kali.

"Hey! Kok ricuh? Yasudah ketosnya aja sini yang pimpin"

TUH KAN! Pantesan perasaan kok nggak enak banget. Anak kelasan gue udah ketawa-ketawa aja mendengar gue disuruh maju. Sialan, kenapa giliran gue mimpin pemanasan pas kelas gabungan sih. Tengsin anjir. Gue tuh nggak jago-jago banget bidang olahraga, disuruh lari aja ngeluh mulu lah ini disuruh mimpin pemanasan.

Males banget.

Saile di belakang ngedorong gue maju ke depan. Namun gue kembali mundur beberapa langkah hingga Bapak Jaehwan sendiri yang menarik gue ke depan. Sesampainya di depan, gue menatap tajam anak kelasan 3-2 yang nyengir-nnyengir ngeliat gue berdiri di depan.

"Sena panutanku!" Suara Bara dan Akai berbunyi dari barisan kelas 3-3 membuat gue semakin malu.

Gue mulai dari jalan ditempat dan nyuruh anak anak berhitung dari satu sampai delapan. Setelah itu gue mengangkat kaki sebelah macam olahraga keseimbangan gitu. "Satu, dua, tiga, emp---"

"Tiga, tiga, tiga, tiga, tiga"

Tiga aja terus sampai gue jadian sama Sehun EXO. Gue melotot menatap Daniel pelaku keisengan sedang tertawa disusul anak cowok lainnya. Kaum ciwi udah berjatuhan aja lantaran nggak seimbang, begitupun juga dengan gue. "Kampret si Daniel" Kesal Wendy.

"Ih Daniel, kamu mah iseng deh" Suara manis dari seberang sana menarik perhatian gue, si Naomi sedang mempoutkan bibirnya.

Ini Mpok Indun ngapa genit banget sih, gemes pengen gue toyor jadinya.

"Sena pantat lo kotor noh!" Seru Sonho. "Bacot" Tak lama kemudian gue menyesal dan menutup mulut lantaran keceplosan ngomong kasar di depan Bapak Jaehwan.

"Santai saja, lanjutkan"

Ternyata Bapak Jaehwan tidak seperti guru kebanyakan. Gue pun kembali memimpin pemanasan dengan khidmat. Setelah selesai dengan semua gerakan, gue pun buru-buru kembali ke barisan. Namun apes, belum benar-benar sampai ke barisan kaki gue tersangkut sesuatu hingga nyaris saja wajah gue ini bertubrukan dengan lapangan kalau Saile nggak buru-buru menahan gue.

Gue menoleh ke arah teman Naomi yang menarik kakinya buru-buru dan tertawa kecil bersama yang lain.

"Anjir, untung nggak jadi cipokan sama lapangan" Sonho menambahkan. Gue melirik ke arah Bapak Jaehwan yang sibuk melihat kertas absen, niat untuk meminta keadilan namun gue urungkan.

"Santai aja dong lo sama temen gue!" Joyi ngegas.

"He sudah-sudah kok jadi ribut, jadi olahraga kali ini-----"

Gue nggak mendengarkan Bapak jaehwan dengan baik, sibuk masuk ke dalam barisan. Di belakang Samuel mencolek bahu gue. "Nggak apa apa kan lo?" Gue mengangguk. "Iya, santai"

Gue kesal setengah mati dan nggak mood melanjutkan pelajaran. Apalagi ketika gue melirik ke kelas 3-3, menemukan Daniel yang sibuk bercanda dengan Ethel. Dan itu membuat kekesalan gue semakin menjadi.

Dia yang biasa-biasa aja, kenapa gue yang repot.


_______

Tbc

_______

See you next❤ maaf menghilang beberapa minggu di work ini.

Xxx
Mona

Continue Reading

You'll Also Like

SENIOR By K.O.H

Teen Fiction

21.2M 349K 35
[SUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU TERDEKAT] Berawal dari rasa penasarannya pada Nakula, ketua MOS yang gantengnya membelah tujuh benua. Aluna, mulai menca...
39.9K 4.4K 29
Warning BxB, Yaoi, BL Sakusa Kiyoomi adalah atlet volly dari SMA Itachiyama. Dia sedang berteduh di sebuah toko tutup terdekat karena hujan melanda d...
206K 11.6K 50
"Berbahagialah... Aku harap, kita tidak pernah bertemu lagi." • • • Dia datang kembali sebagai obat, memang menyembuhkan. Tetapi, aku lupa, bahwa...
Abighea By cell.

Teen Fiction

32.4M 2.8M 56
Abi sayang ghea, abi juga sayang vanya. Walaupun sayang abi pada vanya hanya sebatas teman, terkadang ghea sering merasa tidak berarti karna perlakua...