Update, 11 November 2019
NOW PLAYING | AALIYAH MASSAID - AJARIKU
SELAMAT MEMBACA KISAH MELODY DAN DYLAN
BAGIAN DUA PULUH DUA | JAWABAN DYLAN
Aku minta maaf sebelumnya jika jawaban yang akan aku berikan pasti menyakiti perasaanmu, namun aku mengatakan ini karena kamu yang memintanya. Baiklah, agar semuanya tidak terasa abu-abu dan kamu bisa paham akan maksudku.
***
"Gue akan menceritakan Alice dari awal, biar lo enggak salah paham sama dia," ujar Dylan diiringi dengan tarikan napas panjang, karena setelah ini dia akan menceritakan kisah yang cukup panjang.
Kisahnya bersama dengan Alice.
Pertemuan Dylan dan Alice bukan karena Dylan yang meminta maupun Dylan yang mencari. Mereka berdua dipertemukan karena kebetulan. Alice merupakan senior satu tingkat diatas Dylan, dan mereka mengambil satu mata kuliah pilihan yang sama. Dosen mata kuliah itu membagi mahasiswa menjadi berpasangan, klise, Alice berpasangan dengan Dylan. Mereka tidak bicara satu sama lain, bahkan Alice terlihat tidak peduli akan dia satu kelompok dengan siapa. Tepat disaat jam kuliah selesai, gadis itu mengetuk bahu Dylan dengan jarinya, setelah Dylan menoleh gadis itu beralih mengetuk kertas yang ada di meja. Isi kertas itu berisi sebuah alamat kafe dan jamnya.
Saat itu Dylan merasa Alice tengah menggodanya, dan dia mengabaikan hal itu. Bahkan dia pun belum tau siapa nama gadis itu dan menganggapnya sebagai angin lalu. Karena saat itu pun, dia merasa bahwa belum ada yang bisa menggantikan Melody di hatinya.
"Kak Dylan ambil kertas yang ditulis oleh Alice?" tanya Melody
Dylan menggeleng, "Enggak, gue abaikan. Gue saat itu balik ke apartemen dan main PS seperti biasa. Tapi, Deva datang dan maksa gue buat ikut hangout bersama dengan teman-temannya. Eh, disana ketemu Alice. Barulah setelah itu gue tau namanya dan dia juga ada keturnan Indonya, dia excited banget karena nemu orang Indo juga, cuman gue gak terlalu nanggepin dan gak denger omongan dia."
"Lalu?" Melody ingin tahu kelanjutannya
Singkat cerita, mereka sering dipertemukan karena acara keluarga mereka. Seperti saat pembukaan salah satu hotel di Amerika, entahlah Dylan diminta Ayahnya untuk menemani dan disana pun ada Alice, dia terlihat anggun dan cantik tapi kesepian. Senyum yang selalu ada di wajahnya memudar, dia memilih untuk menyendiri di balkon.
"Dari situlah awal kedekatan gue dengan Alice, gue merasa antara gue dan dia ada kesamaan. Cerita hidup Alice membuat gue mendengarkan, dia menceritkan banyak hal dan itu yang membuat gue tertarik sama dia. Gue gak bisa ceritain itu sama lo, karena itu privasinya dia."
Melody paham, karena dulu mereka terbiasa karena sering bersama dan selalu saja ada alasan yang menghubungkan keduanya. Mendengar penjelasan dari Dylan seperti ini, dia tidak merasa lagi dikhianati, karena setidaknya Dylan pernah memikirkannya meskipun tidak lama.
"Diluar dugaan saat gue mengenalkan dia ke Bella, mereka menjadi akrab. Alice bisa menyesuaikan diri dengan Bella, menjadi teman Bella. Gue menyukai Alice, karena dia bisa memposisikan dirinya ditempat dia berada, gue selalu mendengar keluh kesah dia tapi gue gak mau dia mendengar keluh kesah gue."
"Kenapa?"
"Gue hanya ingin kasih dia kebahagiaan aja, itu alasannya kenapa gue gak cerita tentang lo, ke dia. Tapi, ternyata itu enggak cukup buat dia, dia mulai mencari tahu, gue rasa itu bukan salahnya, karena biar bagaimanapun dia ingin tahu tentang masa lalu calon tunangannya. Gue hanya takut, Alice akan meninggalkan gue disaat dia tau masa lalu gue, Mel."
Melody mulai bisa membaca posisinya. Tentang alasan Dylan bersikap menyebalkan dihari-hari awal, meskipun hingga kini pemuda itu masih saja bersikap menyebalkan dan angkuh. Selama dia mengenal Dylan, dia belum pernah melihat Dylan seemosional ini dalam menceritakan sesuatu. Dylan benar-benar mencintai Alice, tak ada lagi tempat untuk dia di hati Dylan, sepertinya.
Aneh, rasanya sudah tidak semenyakitkan dulu. Mungkin, saat ini Melody sudah mendapat penjelasan dan dia sudah menerima akan semuanya.
"Alice gak akan ninggalin kak Dylan, dia sayang banget sama kak Dylan, meskipun dia tau masa lalu kak Dylan. Aku rasa dia akan tetap sama kak Dylan," ujar Melody
Dylan mengangguk, "Ya, gue harap begitu. Tapi, terkadang gue gak pernah ngerti jalan pikiran dia. Cukup cerita tentang Alice, kini giliran gue menjawab pertanyaan lo sebelumnya."
"Kenapa gue bersikap seperti ini sama lo?" tanya Dylan, namun pertanyaannya lebih kepada dirinya sendiri, karena yang tahu jawabannya hanya, "Pertama, gue minta maaf dulu mungkin yang gue katakan cukup menyakiti perasaan lo nantinya."
"Bukannya kak Dylan selalu menyakiti perasaan aku?" Melody balas bertanya disertai kekehan pelan.
Senyum tipis Dylan berubah menjadi sinis, Melody memutar pertanyaannya dan Dylan mengakuinya bahwa selama ini yang dia lakukan pasti menyakiti perasaan Melody. Namun, Dylan bersikap tidak peduli, karena memang dia tidak peduli akan Melody untuk sekarang.
"Lo tau Mel, lo itu munafik," ujar Dylan, "dan gue benci dengan orang munafik seperti lo."
Deg!
Perasaan Melody terasa sakit saat Dylan mengatakan hal itu, matanya berkaca-kaca kembali, tadi dia sudah berhenti menangis tapi karena perkataan Dylan yang baru satu kalimat itu begitu menyakiti perasaannya.
"Lo tuh lain di mulut lain di hati," kata Dylan
"Saat kita pertama kali bertemu, gue nanya sama lo. Apa ada yang mau lo tau kenapa gue pergi dan gak kasih kabar sama lo, dan jawaban lo adalah suatu hal yang basi. Bertingkah seolah lo gak mau tau, padahal lo mau tau semuanya kan?" Dylan tersenyum meremehkan, "dan itu yang membuat lo beda dengan Alice. Alice akan menyuarakan apa yang ada di dalam hatinya, sementara lo enggak."
"Kalau kak Dylan tau, kenapa kak Dylan gak kasih tau aku? Bukannya respons kak Dylan juga waktu di kafe emang gak akan jelasin sama aku?"
"Ya. Itu karena jawaban lo."
"Jawaban aku? Kalau aku minta penjelasan dari kak Dylan apa kak Dylan akan jawab jujur?"
Dylan mengangguk, dia akan menceritakan semuanya jika Melody bertanya kepadanya hari itu. Tapi, ternyata tidak ada perubahan kepada Melody semenjak dia tinggalkan dua tahun lalu. Melody tetap sama seperti biasanya, munafik dengan perasaannya sendiri. Bersikap seolah-olah dia tersakiti sendirian dan orang lain menyakitinya, padahal kalau dilihat lebih teliti, orang lain akan paham bahwa selama ini Melody menyakiti perasaannya sendiri akibat sikapnya yang terlalu bertingkah 'Aku gapapa'.
"Ya," jawab Dylan
"Kenapa kak Dylan gak pernah kabarin aku?"
"Lo pernah gak nyoba kabarin gue?" Dylan menghela napasnya perlahan, "Jujur aja Mel, gue sengaja datang ke kafe waktu itu buat ketemu lo, gue memantapkan hati dan ya, gue kangen lo. Itu yang perlu gue akui sekarang. Hanya saja, respons lo jauh diluar dugaan gue, gue pikir lo akan marah dan memaki gue karena gue hilang tanpa kabar begitu aja, tapi lo hanya diam dan mengatakan hal-hal yang gak berguna, sama seperti dulu. Lo tidak menyuarakan pendapat lo, ketika gue memilih putus, bahkan saat gue memilih akan sekolah ke luar negeri pun, lo bahkan enggak datang ke bandara. Ya, itu wajar untuk seorang Melody yang selalu lari dari masalah. Gue pikir setelah dua tahun lo berubah, tapi ternyata enggak. Semenjak itu, gue mengambil keputusan untuk satu langkah lebih serius dengan Alice dan gue yakin dengan dia."
Hati Melody mencelos, Dylan kembali menyakitinya dengan semua perkataan yang dia ucapkan. Sekarang, Melody sadar bahwa selama ini memang dia yang salah, dia yang kurang berani menghadapi sikap Dylan. Melody tetap lemah, masih takut akan salah bicara di depan Dylan.
Melody mengakui hal itu, kalau dia hanya berusaha baik-baik saja di depan Dylan agar tidak jadi beban untuk pemuda itu. Tapi, sementara itu Dylan ingin Melody mengatakan kesedihannya, dan keingintahuannya mengapa Dylan pergi meninggalkannya tanpa kabar, namun jawaban yang di dapatkan dari Melody tidak sesuai ekpetasinya, hal itu membuat Dylan sadar bahwa Melody tidak layak lagi untuk di pertahankan.
Cantik, baik saja belum cukup untuk menjadi pasangan. Saling terbuka dan mengerti satu sama lain itu lebih penting.
"Lo tau kenapa kita bisa putus dulu, itu semua karena sifat sok dewasa lo Mel. Meminta ini dan itu, padahal kenyataannya lo menyakiti diri lo sendiri kan?"
"Jujur, gue bersikap kasar sama lo hanya ingin lo menyuarakan isi hati lo seperti tadi. Apa sekarang lo lega karena udah mengatakan semuanya sama gue?" tanya Dylan
Melody mengangguk, setelah dia mengutarakan isi hatinya dia merasa lega karena beban yang selama ini dia pikul sendirian sekarang telah dia utarakan.
"Apa salahnya sih ngomong jujur? Apa lo masih takut salah ngomong sama gue? Padahal lo pernah berstatus menjadi pacar gue, tapi itu gak merubah pandangan lo tentang gue, kan? Gue itu seperti spesies yang lo hindari, benar, kan?"
"Aku cuman gak mau nambah beban kak Dylan aja, aku pikir saat kita ketemu kita bisa ngulang semuanya dari awal dan tetap berteman."
"Beban?" jeda Dylan, "Memang gue beranggapan bahwa orang yang gak berkontribusi di hidup itu beban. Tapi, lo adalah pacar gue saat itu, dan lo adalah mantan gue kemarin. Gue rasa lo perlu penjelasan."
"Maaf." Melody mengatakannya dengan tulus, entah mengapa kata itu ingin Melody katakan kepada Dylan saat ini.
Melody juga merasa bahwa dia memang tidak cukup baik untuk Dylan. Dylan terlalu sempurna untuk dirinya yang biasa, dan Dylan adalah tipe orang yang tidak akan mengulang kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. Bagi Dylan kesempatan kedua hanyalah membuang waktu, karena proses kedepannya hanya akan mengulang kesempatan pertama yang diberikan sebelumnya.
"Ini yang membedakan lo dan Alice, lo akan meminta maaf atas kesalahan yang gak lo perbuat. Untuk apa lo minta maaf?"
"Aku emang beda dengan Alice, Alice pacar kak Dylan sedangkan aku hanya mantan aja."
"Kedua, kenapa lo merasa abu-abu? Gue mengajak lo hari itu ke rumah gue, pure untuk mendekatkan diri karena lo akan menjadi teman duet gue, juga saat itu gue gak ada pikiran khusus untuk membuat lo bingung dengan perasaan gue. Lo terlalu percaya diri kadang-kadang Mel, dan itu akan membuat diri lo terlihat bodoh." Dylan tersenyum meremehkan, dan Melody hanya menatap Dylan datar sambil menggigit bibir bawahnya.
"Gue nganterin lo pulang karena gue yang jemput lo, apa gue brengsek? Bukankah itu adalah suatu kewajiban seorang laki-laki? Bertanggung jawab."
"Kak Dylan datang tanpa kabar dengan membawa pacar baru, apakah itu mudah untuk aku menganggap semuanya biasa saja?"
"Apa gue mengkhianati siapa, apa lo merasa di khianati? Gue pacaran sama Alice setelah putus sama lo, jadi gue gak mengkhianati siapa-siapa. Lagipula lo pun sama, punya pacar."
Memang itulah kenyataannya. Keduanya sudah memiliki masing-masing pasangan. Seharusnya, mereka tidak mendebatkan apa yang pernah terjadi di masa lalu.
"Kalau kak Dylan tanya kenapa harus Louis, aku boleh nanya kenapa harus Alice?"
"Konteksnya beda Mel. Louis sama lo itu beda agama dan gue gak mau lo ditinggalin lagi, lo harus perhatiin diri lo sendiri sebelum merhatiin orang lain. Mau sebaik apapun Louis sekarang sama lo, tetep aja kalian gak akan sama-sama. Pilihannya hanya dua, ganti pacar atau ganti Tuhan. Gue rasa kalian berdua cukup mencintai Tuhan kalian masing-masing."
"Kenapa kak Dylan khawatir sama aku? Bukannya kak Dylan bilang kalau kak Dylan gak peduli sama aku?"
"Justru itu, gue bingung. Gue gak suka liat lo nangis, apalagi karena gue. Disaat gue udah melakukan hal yang buruk sama lo, gue selalu kepikiran. Itu alasannya gue mengirimkan pesan saat Deva berusaha menggoda lo. Di mata gue pun lo tetap sama Mel, polos, harus tetep dijagain gak bisa sendirian. Lo gak bisa membuat gue berhenti khawatir?"
Melody menggigit bibir bawahnya, dia menundukkan kepalanya. Dia melakukan itu tanpa sadar, karena dia hanya menjadi dirinya sendiri bukan orang lain. Tapi, dia tidak tahu kalau yang dilakukannya membuat orang lain khawatir.
"Plis Mel, jangan bikin gue bingung dengan perasaan gue sendiri." Dylan menggenggam tangan Melody, "Kita masing-masing aja, ya, sekarang?"
***
TERIMA KASIH TELAH MEMBACA MELODYLAN SAMPAI SEJAUH INI
TADINYA MAU BAHAS MELODY DAN LOUIS JUGA, TAPI KEPANJANGAN DEH KAYANYA SOALNYA UDAH 2000 WORDS HAHAHAHA
Semangat gas terossss, dukung Melody dan Dylan balikan. Emang akan?
Mamposs buat yang spoiler alur sebelumnya, aku ganti HAHAHAHA
Follow instagram untuk sekedar info Melodylan.
Asriaci13
melovedy_
dylanarkanaa_
***
With Love,
Aci istri sah dan satu-satunya Oh Sehun