Just a Friend to You

By galaxywrites

740K 93K 11.3K

[Sudah Terbit] Ada dua alasan kenapa aku menganggap jatuh cinta sama Arka adalah sebuah kebodohan yang aku ci... More

Author's Note
Prolog
Chapter 2 : Tempered Glass dan Ducati Biru
Chapter 3 : Rasa Cemas
Chapter 4 : Jatuh dan Tertimpa Tangga
Chapter 5 : Kenapa Harus Izin Dulu?
Chapter 6 : Serasi
Chapter 7 : Pacar Baru Arka
Chapter 8 : Kembalinya Rafa
Chapter 9 : Baper?
Chapter 10 : Sesuatu yang Aneh
Chapter 11 : Ngajak Jalan
Chapter 12 : CoziCafe
Chapter 13 : Kemungkinan
Chapter 14 : Sakit
Chapter 15 : Merasa Tersisih
Chapter 16 : Lebih Dari Teman?
Chapter 17 : Kisah yang Tak Sama
Chapter 18 : Pesta Jess
Chapter 19 : Pengakuan
Chapter 20 : Lagu Untuk Kita?
Chapter 21 : Isyarat
Chapter 22 : Obrolan Ringan
Chapter 23 : Menatap Punggung
Chapter 24 : Dua Medusa
Chapter 25 : Rencana Pindah
Chapter 26 : Bukan Sosok yang Sempurna
Chapter 27 : Sebagai Teman
Chapter 28 : Diantara Kalian
Chapter 29 : Di Bawah Langit Malam
Chapter 30 : Keputusan
Chapter 31 : Teruntuk Kamu
Chapter 32 : Insiden
Chapter 33 : Gea Bagi Arka
Chapter 34 : Akhir Segalanya
Epilog
Pengumuman
Cover Just a Friend to You Versi Cetak
SPECIAL ORDER JUST A FRIEND TO YOU
Playlist
LOVE LETTER (PDF RESMI)

Chapter 1 : Teman

40.1K 3.6K 275
By galaxywrites

SATU

"Kalo ada cowok ganteng ngasih lo boneka babi lucu sambil bilang gini 'Pas gue ke toko boneka, gue ngeliat ini dan langsung keinget sama lo, jadi gue beliin deh buat lo, terima ya!'. Lo bakalan marah atau seneng, Kak?"

Sedetik setelah pertanyaan itu lolos dari bibirku, Kak Adri langsung tertawa terbahak-bahak sampai nyaris jungkir balik dari sofa. Wadah pop corn di tangannya pun sampai terbalik hingga menyebabkan isinya berhamburan di sofa dan juga karpet ungu di bawah kami.

"Ih Kak, gue serius tau!" Aku mencebik kesal. Sejak tadi layar TV plasma 29 inch di depan kami menampilkan acara talkshow yang dibumbui lawakan khas komedian selaku orang yang membawakan acara. Mendengar celetukan-celetukan konyol dari sang komedian, Kak Adri paling cuma senyum-senyum atau terkekeh geli. Masa cuma mendengar pertanyaanku dia langsung tertawa heboh begitu? Padahal menurutku, pertanyaanku tak lebih lucu dari lawakan di TV.

Lihatlah sekarang, Kak Adri masih setia dengan tawanya. Mata sipitnya sampai tertutup rapat-rapat dan mulutnya terbuka lebar. Itu ekspresi tertawa paling tidak jaim sedunia.

"Kak Adriiiii, jangan ketawa dong. Gue nanya, bukannya ngelawak."

Pertanyaanku sebenarnya memang terkesan nggak penting, sih, tapi itulah yang kualami di sekolah tadi. Arka memberiku boneka babi berwarna pink yang terlihat lucu sambil mengucapkan kata-kata yang sama persis seperti yang kuucapkan pada Kak Adri barusan. Reaksiku menerima perlakuan seperti itu adalah menolak pemberian Arka tersebut sambil tertawa dipaksakan. "Wah, Ar, sialan lo, gue muslim nih, jadi nggak mau nerima segala jenis babi. Makasih!" Tanpa kurencanakan, suaraku terdengar sinis. Dan aku memilih bungkam sepanjang jam sekolah tadi.

"Hahaha, ya ampun, Gea. Cowok mana coba yang ngelakuin itu ke lo?"

"Cukup jawab aja, Kak. Lo bakalan marah atau seneng atau biasa aja?"

Beberapa detik kemudian, Kak Adri berhasil mengontrol tawanya. Terlihat wajahnya memerah karena kegiatan tertawa yang dilakukannya selama seperempat menit membuatnya banyak mengeluarkan energi.

"Biasa aja sih. Soalnya gue kan nggak mirip babi, jadi ya nggak usah ambil hati, ambil aja bonekanya!" Kak Adri masih nyengir-nyengir geli sambil memungut pop corn yang tadi jatuh ke sofa, lalu memasukkannya kembali ke dalam wadah.

Aku mulai merenungi jawaban Kak Adri. Iya juga sih, harusnya aku tidak tersinggung. Tapi...

"Tapi mungkin tanpa sepengetahuan lo, dia nganggep lo kayak babi. Dia sedang berusaha nunjukkin pendapatnya." Aku menyuarakan dugaanku.

"Aish, pikiran lo negatif mulu. Coba pikir, mungkin dia emang niat ngasih lo hadiah. Emang siapa sih cowok ganteng yang lo maksud itu? Calon pacar lo?"

"Temen," tukasku. Cuma temen.

"Yaela, yang namanya temen itu kan emang kadang suka nyablak aja. Mungkin maksudnya dia cuma ngelucu."

Aku manggut-manggut.

"Tapi dalam rangka apa dia ngasih lo boneka? Ultah lo masih lama, kan?"

"Kan udah gue bilang dia lagi ke toko boneka, liat boneka babi warna pink, lalu keinget gue. Dia beliin deh."

"Wah, gue mencium sesuatu yang mencurigakan nih. Mungkin dia suka sama lo dan pengin nunjukkin kepeduliannya dengan ngasih lo hadiah. Tapi karena gengsinya gede, ya alibinya pake boneka babi sambil bilang hal nyebelin kayak gitu."

Aku terdiam, otakku berusaha mencerna omongan Kak Adri lebih lanjut.

"Arka, ya?"

Eh?

"Bukan lah," aku tertawa canggung.

"Kirain Arka. Soalnya setau gue temen lo yang ganteng cuma dia doang."

Aku mencibir.

Kak Adri tiba-tiba berdiri dari duduknya sambil menepuk jidatnya dengan gaya dramatis. "Astaga, astaga, hampir lupa."

"Kenapa, kak? Lo abis masak sesuatu tapi lupa matiin kompor?" tanyaku kaget bercampur panik.

"Enggak, bukan itu," decak Kak Adri. Dia mengulurkan wadah pop corn ke arahku. "Taruh ke dapur, ya, Ge. Sekalian matiin TV-nya kalo lo udah nonton. Gue mau pantengin Instagramnya Arsen dulu, dia pasti posting foto soalnya tadi siang dia ada pemotretan majalah."

"Hastagaah, kirain apaan. Penting banget ya nge-stalk akun Arsen yang nggak terkenal-terkenal amet itu?"

"Terkenal tau! Buktinya lo tau tuh sama dia," bela Kak Adri. Kemudian dia berlenggang antusias memasukki kamarnya yang terletak tak jauh dari ruang TV ini.

Aku menghela napas panjang kemudian turun ke karpet, mengambil ponselku yang sedang di-charge di dekat televisi. Ada notif LINE yang masuk dari Arka. Aku membaca pesan terakhir yang dikirimkannya sekitar lima menit yang lalu.

Arkavin Narendra : Marah, Ge?

Sebelumnya, pesan-pesannya membahas tentang boneka babi yang diberikannya di sekolah tadi. Jadi, boneka babi yang kutolak tadi jadi bahan mainan anak-anak kelasku, dioper sana-sini karena mereka gemas melihat babi pink berbulu lembut yang dibawa oleh cowok terganteng di kelas.

Sebetulnya aku nggak marah sih. Cuma agak kesal aja. Aku tahu hari minggu kemarin dia pergi ke toko boneka dan membeli boneka teddy bear untuk pacarnya yang sedang berulang tahun. Lalu tadi pagi tanpa sengaja aku melihat postingan Selly, pacar Arka, yang muncul di explore instagramku. Dalam foto itu tersebut, terlihat bagaimana manisnya hubungan Arka dan Selly. Selly memeluk boneka teddy bear, dan di samping Selly ada Arka yang memakai topi kerucut khas orang merayakan ulang tahun sambil tersenyum simpul.

Ada sebagian dari diriku yang amat sangat terusik melihat foto tersebut. Dan di sekolah tadi, Arka malah memperparah suasana hatiku dengan memberikan boneka babi itu dan melemparkan kata-kata menyebalkannya itu di depan mukaku.

Tapi di detik ini aku kembali sadar. Buat apa aku marah dan kesal? Bukankah aku tahu sejak dulu bahwa Arka memang begitu? Dan menunjukkan emosiku di depan Arka itu bukan aku banget!!

Astaga! Sadar Gea! Aku mengutuk hati kecilku. Di hadapan Arka harusnya aku tetap bisa mengendalikan emosiku seperti biasanya.

Aku mengetik balasan untuk Arka.

Gea Givanna P : Siapa yang marah?

Balasan dari Arka muncul secepat kilat.

Arkavin Narendra : ya yang gue bahas ini elo lah Ge. Emang siapa lagi :(

Gea Givanna P : Wkwk, ngapain gue marah cm karena dikatain oleh lo mirip boneka-yang-mau-lo-kasih itu?

Balasan yang terdengar santai, padahal dalam hati aku nyesek minta ampun.

Arkavin Narendra : Bercanda, Ge. Pas gue beli kado sendirian kemarin, gue tiba-tiba kangen lo aja. jadi gue beliin sesuatu deh buat lo. Maaf nih. Jangan bad mood lg dong.

Kangen? Untuk ukuran cowok ganteng yang menyandang gelar playboy, dia kira aku percaya dengan kata-kata darinya tersebut?

Aku harusnya tak percaya, tapi hatiku berkhianat. Hatiku ingin pernyataan tersebut benar adanya.

***

Mungkin ada yang bertanya-tanya, hubungan seperti apa sih yang terjalin antara aku dan Arka? Sejauh ini, berdasarkan apa yang kurasakan (bukan dari apa yang Arka rasakan, entah apa yang dia rasakan padaku!), diam-diam aku melabeli hubungan kami dengan istilah flirtationship. Aku pernah melihat istilah itu di tumblr. Istilah itu merajuk pada makna 'more than friendship but less than a relationship'. Tapi itu terdengar konyol dan ditarik hanya berdasarkan kesimpulan satu pihak. Jadi, aku tak akan mau lagi melabeli hubungan kami dengan istilah itu.

Arka adalah salah satu teman terdekatku sejak dua tahun yang lalu. Kami sekarang menginjak kelas 3 SMA, di kelas yang sama.

Sejauh ini, Arka adalah cowok terganteng yang pernah kulihat secara langsung. Tubuhnya tinggi dan kurus, aku yang setinggi 160 cm ini saja hanya mencapai bahunya. Rambutnya hitam dan tidak terlalu panjang. Arka punya hidung yang tidak terlalu mancung, namun proposional dengan bentuk wajahnya. Alis tebal dan bulu mata panjang yang lentik memayungi mata belo nya yang tampak berbinar. Sekilas, aset itu membuatnya seperti lelaki keturunan Arab.

Arka adalah bentuk nyata dari cowok ganteng yang bisa membuat cewek manapun terpesona. Sialnya, aku menjadi satu dari korbannya yang berjumlah puluhan bahkan mungkin ratusan itu. Gara-gara tatapannya di suatu pagi ketika aku bertugas membagikan lembar tugas di depan kelas, hatiku dengan tidak elegannya langsung berdebar-debar tak karuan.

Waktu itu aku berkata bahwa aku telah membentengi diriku agar tidak jatuh cinta sama cowok ganteng. Namun, Arka hadir, dengan pesonanya dia berhasil merobohkan benteng yang kubangun tersebut. Meskipun begitu, awalnya aku berusaha membangun benteng itu kembali dengan segenap tenaga yang kupunya. Namun, sialnya, sejak saat kami bertatapan itu, Arka berubah menjadi ramah kepadaku. Sangat ramah sampai tiada hari yang kami lewati tanpa saling menggobrol, tanpa tertawa bersama, tanpa saling memedulikan. Bahkan, hampir setiap pagi, ketika dia sampai ke kelas, aku adalah orang pertama yang dia beri senyum. Kenyataan itu benar-benar membuatku gila. Aku tak punya kekuataan lagi untuk membangun benteng tersebut.

Aku dan Arka memang dekat. Tapi tidak cukup dekat untuk menyimpulkan bahwa Arka punya perasaan yang sama kepadaku. Pada kenyataannya, dia sudah punya pacar. Sejak kami dekat, tak terhitung berapa banyak cewek yang dia pacari. Putus dari si A, dia jadian sama si B, putus dari si B, dia jadian sama si C, dan seterusnya. Semudah itu dia mencari pacar. Itu cukup membuktikan bahwa bagi Arka, kedekatan kami bukanlah apa-apa.

Ya mungkin aku terlalu terbawa anganku sendiri. Padahal tanpa penjelasan panjang dan berbelit-belit, ada kata-kata sederhana yang bisa mewakili hubungan macam apa yang terjalin antara aku dan Arka sebenarnya.

Kami hanyalah teman.

***

Continue Reading

You'll Also Like

594K 28K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
865K 67.4K 35
[Sudah terbit dan bisa didapatkan di Gramedia dan toko buku terdekat atau WA ke nomor : 0857 9702 3488] Aldeo punya mantan namanya Sandria. Sedangkan...
Sandi's Style By fly

Teen Fiction

4.7M 231K 36
SELESAI ✔️ "Lo tahu percepatan gravitasi bumi berapa? Sembilan koma delapan meter per sekon kuadrat. Dan gue butuh lebih dari angka itu di diri gue...
1.1M 18.8K 28
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+