L♡DK: Living With You

Od duarekata

51.1K 6K 795

[COMPLETED] Bae Irene adalah seorang gadis SMA yang tinggal sendirian di flatnya sendiri. Kehidupannya begitu... Více

Cast Introduce
Volume 01 - Confession
Volume 02 - Accident
Volume 03 - Start
Volume 04 - Crazy
Volume 05 - Blushes
Volume 06 - He
Volume 07 - Realize
Volume 08 - Confused
Volume 09 - Actually
Volume 10 - SweetHun
Volume 12 - SOS
Volume 13 - Letting
Volume 14 - Leave
Volume 15 - Indestructible [END]

Volume 11 - Shattered

2.4K 368 66
Od duarekata

Author's side

"Irene kau tidak apa-apa?" tanya Sehun seraya berjongkok, mencoba untuk mensejajarkan wajahnya dengan wajah Irene. Irene tak menjawab, ia masih seperti semula. Pandangan kosong dengan tubuh bergetar hebat. Persis seperti orang yang sedang melihat hantu.

"Irene, jangan membuatku cemas!" Sehun menepuk-nepuk kedua pipi Irene dengan pelan, mana tahu perbuatannya tersebut bisa kembali merenggut atensi Irene.

"A-aku... ma-maksudku ja-jantung-ku ber-berdetak sa-sangat cepat..." vokal Irene terputus-putus, meski pandangannya masih kosong paling tidak dia sudah mengeluarkan suaranya. Sehun mengulum senyum, ingin rasanya ia kembali menghujami wajah Irene dengan kecupan-kecupannya jika ia tidak mengingat status diantara keduanya. Oh, ayolah, mereka hanya sebatas tetangga.

"Sungguh?" Sehun bertanya lembut, memperhatikan wajah Irene yang terlihat semakin cantik dalam jarak dekat. Ia mengulurkan tangan kanannya untuk mengusap sisa air mata yang masih menggenang di wajah Irene. Irene mengalihkan matanya pada pria itu lalu mengangguk pelan.

"A-aku sa-sangat gu-gup, sa-sampai a-aku ke-kesulitan be-bernafas...rasanya seperti aku akan mati.." lirih Irene pelan, lagi-lagi Sehun mengulum senyum. Ia berdehem pelan untuk mengurangi rasa kram di pipinya karena mencoba menahankan senyum yang ingin mengembang saat ini juga.

"Sudahlah, ayo, kita ke flat, aku sudah lapar."

Tiba-tiba Sehun mengangkat tubuh mungil Irene ala bridal kemudian membawanya menuju flat Irene. Irene kaget bukan main, tapi gadis itu memilih untuk diam dan mengalungkan kedua tangannya di leher Sehun. Namun, saat tiba di depan pintu, dengan berat hati Sehun harus menurunkan tubuh Irene karena ia tak bisa membuka pintu.

"Biar aku saja." tawar Irene masih dengan suaranya yang pelan namun lembut. Sehun mengangguk mengiyakan kemudian berdiri di belakang Irene. Memperhatikan gerak-gerik gadis yang tengah mengeluarkan kunci flat dari sakunya itu dengan seksama. Perlahan namun pasti ia melangkahkan kakinya mendekati Irene yang kesulitan membuka kunci pintu karena tangannya yang gemetar.

Kali ini Sehun benar-benar tersenyum, senyum yang sudah lama pudar dari wajah tampan nan dinginnya. Ia meletakkan dahinya di atas pundak Irene membuat gadis bermarga Bae itu tersentak kaget. Irene benar-benar membeku, jantungnya melompat-lompat riang di dalam sana. Perlakuan Sehun hari ini begitu manis namun justru membuat Irene jadi ketakutan. Takut jika Sehun bersikap manis hanya untuk saat ini saja.

"A-apa ya-yang ka-kau lakukan?" Irene tak bergerak, hanya mulutnya saja yang berkomat-kamit untuk menanyakan pertanyaan itu.

"Aku mengantuk," jawab Sehun berbohong, jelas-jelas perbuatannya ini adalah modus untuk berkontak fisik dengan Irene. Ia juga tak paham kenapa ia menginginkan hal ini namun satu hal yang ia sadari ia bahagia. Ia bahagia melihat Irene jadi gugup karena dirinya. Ia sangat bahagia.

"Sehun! Jantungku rasanya mau copot tahu!"

Irene tak lagi bersuara, gadis itu memutuskan untuk membuka pintu dengan cepat karena dia sangat membutuhkan air saat ini juga.

L♡DK

"Jadi, kalau x-nya dikalikan ke dalam maka hasilnya—hoi, Bae Irene, kau mendengarkanku atau tidak, sih?" Sehun mendumel, menokok kepala Irene yang sedang melamun dengan pulpen yang ada ditangannya. Gadis itu lantas meringis pelan seraya mengelus bagian kepalanya yang baru saja mendapat ciuman dari pulpen Sehun.

Irene tak berani menatap Sehun, dugaannya tepat. Sehun hanya bersikap manis dan lembut hanya untuk siang tadi. Lihat, saat ini Sehun sudah berubah kembali ke wujud asalnya. Pria itu sama sekali tidak merasa canggung. Hanya Irene saja yang masih dugeun-dugeun tidak jelas.

"Sebentar lagi ujian, kau mau nilaimu rendah terus, hm?" tanya Sehun seraya menopang dagu, Irene hanya memberenggut sebal kenapa Sehun harus membawa-bawa nilainya yang selalu rendah?

"Hm... aku tahu kau pintar," desis Irene malas, gadis itu berusaha sekuat mungkin untuk bersikap biasa saja di dekat Sehun, pria yang mengecup ujung bibirnya dengan lembut siang tadi.

"Makanya kau belajar supaya—"

Atensi Irene dan Sehun kompak teralih ke ponsel Sehun yang berdering di atas meja bundar ini. Irene menelan kenyataan pahit saat melihat nama si penelpon. Krystal Jung. Oh, membaca nama itu saja Irene sudah merasakan cemburu yang luar biasa.

"—aku harus mengangkat panggilan ini dulu." Sehun beranjak setelah meraih ponselnya, ia berjalan menuju balkon meninggalkan Irene yang hanya mampu diam memperhatikan pria itu.

"Apa? Baiklah, aku akan segera ke sana!" Irene mengernyit mendengar suara Sehun yang terdengar panik, pria itu tiba-tiba bergerak cepat, mengambil jaketnya dari atas kasur tanpa memperdulikan keberadaan Irene lagi.

"Apa sesuatu terjadi terhadap Krystal-ssi?" tanya Irene penasaran karena melihat sikap Sehun yang mendadak seperti orang cemas.

"Aku harus pergi, kau belajar sendiri dulu, ya." tanpa melihat Irene, Sehun segera keluar dari flat setelah memakai sepatunya. Irene menatap pintu yang baru saja tertutup itu dengan pandangan terluka.

"Jadi yang tadi siang hanya pura-pura saja, ya? Hanya sebagai simbol minta maaf atas perbuatan kakaknya, ya?" Irene bergumam pelan seraya menyusun buku-bukunya kembali. Ia bangkit berdiri kemudian melangkah menuju dapur untuk membuat segelas susu coklat panas.

L♡DK

Langkah Sehun yang tadinya terkesan buru-buru perlahan-lahan memelan. Pemuda Oh itu menggeram kala ingatan mengenai kejadian dua tahun lalu itu kembali terputar di memori otaknya. Tak tahan, ia pun segera duduk di kursi taman yang kebetulan baru saja ia lewati. Sehun menangkup wajahnya, rasa bersalah itu kembali menghampirinya.

"Krystal, Krystal, bangun!"

"Sehun-ah, kau berjanji akan selalu melindungiku, 'kan?"

Sehun mengacak rambutnya frustasi, sebab kali ini rasa bersalah itu semakin kuat karena ia telah menyadari sesuatu yang amat penting. Pria itu merogoh saku celananya dan mengeluarkan kunci flat Irene yang ia sudah gandakan kemarin. Sehun mendesah pelan, ia pun kembali memasukkan kunci itu ke dalam sakunya dan beralih untuk mengambil ponselnya. Pria itu membuka galeri ponselnya, lalu memandang salah satu foto yang belakangan ini sering ia perhatikan.

Foto Irene yang diam-diam ia ambil sewaktu mereka pesta barbeque kemarin. Sehun mengusap layar ponselnya seraya tersenyum tipis.

L♡DK

Irene mengerjapkan matanya saat mendapati Sehun tengah berdiri di depannya saat ia membuka pintu flat-nya. Gadis itu menyingkir mempersilahkan Sehun masuk ke dalam.

"Apa Krystal-ssi baik-baik saja?" Tanya Irene sembari mengunci pintu flat-nya kembali.

"Ya," jawab Sehun singkat sembari melepas jaketnya kembali. Lelaki Oh itu berjalan ke dapur untuk mengambil segelas air mineral.

"Ah, untunglah.." respon Irene seadanya, gadis itu lantas duduk di atas kasur dengan kaki menyila.

"Kenapa kau belum tidur?" Setelah meletakkan gelasnya ke westafel, Sehun ikut duduk di kasur tepatnya di sebelah Irene.

"Aku belum mengantuk." Irene menoleh pada Sehun dan menyadari kalau Sehun agak lebih dingin dari sebelumnya.

"Apa kau ada masalah?" Sehun memalingkan pandangannya pada Irene, ia menatap gadis itu singkat kemudian menggeleng pelan.

"Tidak, memangnya kenapa?" tanya Sehun seraya menopang tubuh dengan kedua tangannya, matanya masih mengarah pada Irene.

"Aku jadi penasaran, sebenarnya apa yang terjadi antara kau dan Krystal-ssi di masa lalu karena belakangan ini kau terlihat tertekan," ucap Irene sembari memainkan jemarinya. Sehun yang mendengar ucapan Irene tiba-tiba berubah air mukanya. Pria itu lekas menegakkan tubuhnya dan memandang Irene tajam.

"Itu bukan urusanmu," ucap Sehun dingin setelah itu dia beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi. Irene hanya menatap punggung Sehun getir, ia menggigit bibir bawahnya. Kesal, ia pun berbaring di atas kasur kemudian menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya.

L♡DK

"Buat apa kita ke sini?" Irene merapikan rambutnya yang berantakan karena ditiup angin yang lumayan kencang. Ia menatap Wendy yang segera berlari ke pinggir atap sekolah dan menikmati pemandangan dari atas sana.

"Aku ingin memberitahumu sesuatu." Wendy menoleh ke belakang kemudian tersenyum misterius. Irene hanya menggelengkan kepalanya heran, gadis itu pun melangkah mendekati posisi Wendy.

"Apa itu?" tanya Irene penasaran, dia memandang Wendy yang berdiri di sebelahnya dengan rasa tidak sabaran.

"Nanti kau akan tahu." lagi-lagi Wendy hanya tersenyum membuat Irene akhirnya menyerah, gadis itu pun memutuskan untuk ikut menikmati pemandangan yang cukup menyegarkan mata itu.

"Wen, kau tahu, aku sedang takut," Wendy memalingkan pandangannya kepada Irene, dia mendapati gurat sedih di wajah cantik Irene.

"Kenapa kau takut?" Wendy bertanya cemas, Irene lantas menoleh padanya kemudian tersenyum getir.

"Aku takut Sehun pergi," jawab Irene pelan, matanya berkaca-kaca dan hal itu membuat Wendy segera memeluk sahabatnya itu dari samping.

"Hei, tenang saja, dia tidak akan ke mana-mana." Wendy mengusap-usap lengan Irene lembut membuat Irene merasa lebih baik.

"Kalian terlihat cocok, kok, sudah pasti Sehun itu jodohmu." Irene dan Wendy kompak terkekeh karena kalimat Wendy.

"Dulu aku yang bicara begitu padamu." Irene memukul lengan Wendy pelan lalu mereka berdua lanjut tertawa.

"Wenwen!" Irene dan Wendy refleks menoleh ke belakang, mata Irene membulat kala mendapati sosok pria jangkung tengah tersenyum lebar sembari melambaikan tangan ke arah mereka.

"Chanchan!" Wendy juga ikut tersenyum lebar dan melambaikan tangannya kepada pria jangkung yang tak lain adalah Chanyeol.

"Wenwen? Chanchan?" gumam Irene keheranan, gadis itu menatap Chanyeol dan Wendy bergantian, kedua mahluk itu tak kunjung berhenti tersenyum.

"Irene-ah, jadi aku ingin memberitahumu kalau aku dan Chanyeol sudah resmi pacaran," jelas Wendy membuat Irene kaget bukan main, gadis itu bahkan menganga begitu juga dengan kedua matanya yang terbuka lebar.

"Ka-kalian berdua? Sejak kapan!?" tanya Irene histeris, gadis itu menepuk-nepuk pundak Wendy berulang-ulang.

"Kira-kira lima hari," jawab Chanyeol sembari tersenyum malu-malu dan hal itu membuat Wendy mengulurkan tangannya untuk mencubit kedua pipi pria Park itu.

"Imutnya.." Wendy menggoyang-goyangkan pipi Chanyeol dengan gemas membuat Irene menatap sepasang kekasih itu dengan geli.

"Astaga, selamat, ya! Semoga kalian langgeng," ucap Irene tulus seraya tersenyum bahagia, ia bersyukur akhirnya Wendy memiliki pria yang bisa menjaganya dengan baik.

Chanyeol dan Wendy tersenyum malu kemudian mengucapkan terimakasih pada Irene. Irene terkekeh geli melihat reaksi keduanya yang sangat menggemaskan.

"Aku heran kenapa Wendy terus bertanya mengenai Sehun ternyata itu untuk Irene." Chanyeol menaik-turunkan alisnya mencoba untuk menggoda Irene, mendengar hal itu Irene lekas menatap Wendy dengan mata menyipit. Seakan meminta penjelasan.

"Hehehe... iya, aku melakukannya demi kau, loh. Harusnya kau berterimakasih padaku." Wendy mendengkus, Irene memajukan kedua bibirnya sebal kemudian membuang muka.

"Sudah-sudah, kalian jangan bertengkar. Oh, Iya, Irene-ssi, hari ini Sehun ulang tahun. Apa kau tidak ingin memberi sesuatu untuknya?"

"Benarkah!?"

L♡DK

Irene menatap buku resep membuat cake di depannya dengan serius. Setelah itu dia mulai memecahkan telur dan mengocoknya dengan lihai. Irene ingin membuat kue dan beberapa makanan khas ulang tahun untuk Sehun. Entah kenapa ia merasa sangat semangat dan berharap agar Sehun pulang lebih awal hari ini.

Irene tak henti-hentinya tersenyum. Ia membayangkan bagaimana wajah Sehun saat mencicipi makanan dan kue buatannya nanti. Dia merasa Sehun akan terkejut saat pulang nanti, ah, Irene jadi tidak sabar.

Gadis itu menatap ke dalam oven, "Semoga kuenya lembut," ucapnya seraya mengetuk kaca oven dengan pelan.

"Sehun pasti suka."

L♡DK

"Kenapa kau tiba-tiba mengajakku bermain video game?" tanya Sehun seraya menghempaskan tubuhnya ke kasur Chanyeol yang spreinya bermotif avengers.

"Kita 'kan sudah lama tidak bermain game, jadi anggap saja sekalian buang suntuk." Chanyeol menyalakan televisi kamarnya dan mulai berkutat dengan kabel-kabel di sana.

"Sehun, kau tidak apa-apa, 'kan?" Sehun mengerutkan dahinya, pria itu pun mengubah posisinya menjadi duduk.

"Memangnya aku kenapa?" tanya Sehun tak mengerti, ia menatap Chanyeol yang masih sibuk dengan PS-nya.

"Soal Krystal dan kejadian dua tahun yang lalu. Kau tidak apa-apa menanggungnya sendirian?" Sehun akhirnya paham kemana arah pembicaraan mereka, kembali Sehun menjatuhkan tubuhnya ke kasur.

"Ah, aku sudah lama ingin membaca komik ini!" Sehun pura-pura membaca komik yang kebetulan berada di atas kasur Chanyeol sebagai bentuk pengalihan pembicaraan. Ia tak tahu kalau Chanyeol melihatnya membaca komik dengan kondisi terbalik. Chanyeol hanya menghela nafas pelan kemudian mengambil CD game-nya.

Sehun yang sudah yakin kalau Chanyeol tak lagi mengajaknya membicarakan perihal Krystal meletakkan komik itu ke posisi semula. Ia beringsut turun dari kasur lalu berjalan mendekati Chanyeol.

"Chan, kenapa kau pacaran dengan gadis itu?" Sehun duduk bersila di sebelah Chanyeol kemudian memandang sahabatnya itu dengan serius.

"Tentu saja karena aku mencintainya. Jadi karena apalagi? Kau tahu, saat aku memikirkan hal apa yang membuatku jatuh cinta padanya, aku tak menemukan jawabannya," ujar Chanyeol sembari tersenyum tipis, ia mengambil stik PS-nya lalu menyerahkan yang satu pada Sehun.

"Cinta datang begitu saja, aku bisa apa." Sehun masih memandangi Chanyeol yang tengah menyalakan televisi yang berada di depan mereka. Sehun jadi ingat seseorang yang selalu ia pikirkan belakangan ini. Ia belakangan ini bimbang karena gadis itu, Bae Irene.

"Cinta itu seperti flu, Hun. Kau tak sadar ia telah menyerangmu dan tahu-tahu ia sudah membuatmu menggigil. Cinta juga begitu, kau tak sadar ia sudah menghampirimu dan membuat hatimu bergetar, hahaha..."

L♡DK

Sehun berjalan dengan terburu-buru, hingga ia tak sadar kalau ia baru saja berpapasan dengan Bo Gum.

"Hei, Oh Sehun," Sehun mau tak mau menoleh ke arah Bo Gum yang tengah memandangnya dengan pandangan tak suka.

"Bukankah sudah ku bilang untuk tidak mempermainkan Irene?" tanya Bo Gum sinis, Sehun lantas membalas pandangan Bo Gum dengan pandangan dinginnya.

"Itu bukan urusanmu," sahut Sehun dingin dan tajam, Bo Gum mendengkus mendengar ucapan Sehun. Bo Gum berjalan mendekati Sehun dan menatap Sehun intens.

"Kalau kau hanya main-main saja dengannya, boleh 'kan kalau Irene untukku saja?" entah kenapa Sehun merasa tertohok dengan pertanyaan Bo Gum, namun dia segera mendecih kemudian membalas ucapan Bo Gum dengan dingin.

"Silahkan."

Setelah itu, Sehun segera melesat pergi tanpa memperdulikan apa efek ucapannya barusan.

L♡DK

Irene memandang kue dan makanan buatannya yang ia tata di atas meja dengan puas. Matanya beralih ke arah meja yang menggantung di dinding flat-nya. Nyaris pukul sembilan malam.

"Apa dia masih lama?" gumam Irene seraya berjalan menujum pintu balkon, gadis itu membuka pintu dan mendapati hujan turun lumayan deras.

"Setahuku hari ini dia tidak kerja." lagi-lagi Irene bermonolog sembari menutup kembali pintu balkon karena hujannya semakin deras.

Atensi Irene teralih kala suara deringan ponselnya menghampiri indera pendengarannya. Gadis itu mengambil ponselnya dari atas meja belajarnya dan mendapati bahwa Sehun tengah menelponnya. Dengan cepat gadis itu mengangkat panggilan itu.

"Yeoboseyo?"

L♡DK

"Yeoboseyo?"

"Ini Krystal." Krystal tersenyum miring sembari duduk di bibir kasur miliknya.

"Aku hanya ingin memberitahu kalau Sehun mungkin tidak pulang hari ini," ucap Krystal dengan penuh kemenangan, ia bahkan memain-mainkan ujung rambutnya.

"Kenapa?" Suara polos disebrang sana nyaris membuat tawa Krystal pecah. Ia lagi-lagi tersenyum, "Kami akan berhubungan badan," ucapan Krystal sukses membuat si penerima telepon bungkam.

"Kau pasti paham apa yang aku maksud. Ah, sudah dulu, ya."

Krystal memutuskan panggilan dan meletakkan ponsel Sehun di atas nakas karena ia mendengar suara derap langkah kaki mendekat. Ia berjalan menuju pintu dan menyunggingkan seulas senyum manis kepada Sehun yang baru saja muncul.

"Kau belum tidur?" tanya Sehun seraya melangkah masuk ke dalam kamar Krystal dengan sebuah kantungan plastik berisi obat di tangannya.

"Aku ingin melihatmu sebelum aku tidur," ucap Krystal kemudian bergelayut manja di lengan Sehun. Sehun tak member reaksi apapun, ia justru mengeluarkan isi plastik itu dan meletakkannya di atas meja yang berada di kamar Krsytal.

"Sehun-ah," kali ini Krystal memeluk tubuh Sehun dari samping dengan manja, "Hm?" Sehun hanya berdehem masih fokus dengan obat-obat yang baru saja ia keluarkan dari dalam kantungan itu.

"Tinggalah bersamaku."

L♡DK

Hujan semakin deras malam ini. Irene masih duduk sendirian memeluk kedua kakinya di dalam flat mungilnya seraya menatap berbagai hidangan yang tertata rapi di atas meja bundar berukuran kecil itu. Jarum pendek di jam dinding flat-nya sudah menyentuh angka sebelas dan Irene masih saja setia menunggu kedatangan Sehun yang katanya akan melakukan hal itu dengan Krystal. Namun Irene tak percaya, ia tahu Sehun bukan pria semacam itu.

Kepala Irene tertoleh saat ia mendengar suara pintu dibuka. Gadis itu lekas bangkit berdiri dan memasang senyum sumringah ke arah Sehun yang baru saja datang.

"Selamat datang!" Irene menyambut Sehun dengan riang, ia tak pernah sesenang ini. Ia merasa usahanya seharian ini akhirnya berbuahkan hasil juga.

"Kau belum tidur?"

Irene tak menjawab pertanyaan Sehun, ia malah memandangi Sehun yang tengah diam mematung melihat hidangan buatannya. Mungkin Sehun terkejut kalau ternyata Irene mengetahui hari ulang tahunnya.

"Ini semua, kau yang membuatnya?" Irene segera mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Sehun, lalu gadis itu tersenyum sangat manis.

"Boleh aku makan?"

"Tentu saja!"

Irene dan Sehun duduk berhadapan. Irene tersenyum melihat Sehun yang tengah mencicipi makanan buatannya.

"Enak." Sehun berucap seraya tersenyum tipis membuat Irene terharu, ia bahkan sudah merasa kenyang hanya dengan melihat Sehun tersenyum. Akhirnya, Sehun tersenyum meski sangat tipis. Irene tak paham ia terlalu senang atau sedih sehingga air matanya mulai mengalir di kedua pipinya.

"Hiks.."

Sehun mendongak, menatap Irene kaget sekaligus bingung.

"Kenapa?" tanya Sehun kemudian, Irene hanya menggeleng kemudian mengusap pipinya.

"Aku senang akhirnya kau tersenyum," Irene berucap sembari meraih sumpitnya, ia menyumpit salah satu hidangan namun entah kenapa ia tak berniat memasukkannya ke dalam mulutnya.

Sehun terdiam akibat ucapan Irene. Pria itu merasa terhenyak, bagaimana Irene begitu peduli padanya. Sayangnya, ia tak bisa membalas gadis itu tak akan pernah bisa.

"Terimakasih, Irene. Malam ini aku akan pergi, aku tidak ingin merepotkanmu lagi."

Don't push me away, don't leave me

Irene mendongak kaget, memandang Sehun yang tiba-tiba bangkit berdiri dengan pandangan memburam karena air matanya kembali bertumpuk di pelupuk matanya. Irene tahu suatu saat Sehun akan pergi, tapi kenapa secepat ini? Kenapa disaat ia belum sempat menyatakan isi hatinya kepada pria itu?

Even though you make me cry

Tangis Irene pecah saat ia mendengar suara pintu ditutup. Ia meremas ujung bajunya kuat dan karena mengingat suatu hal ia segera berlari menyusul Sehun.

Even though you hurt me

"Se-Sehun!"

Gadis itu berlari dengan cepat, menuruni tanggal secepat yang ia bisa tak peduli dengan hujan yang semakin deras. Yang ia tahu, ia harus segera menahan Sehun.

But, please know this, you are my last love

"Sehun tunggu!"

Irene berteriak saat ia mendapat sosok Sehun yang tengah berjalan menjauhi flat. Sehun berhenti melangkah namun tak menoleh ke belakang. Irene lekas berlari mendekati Sehun dengan tubuh yang sudah sangat basah kuyup begitu juga dengan Sehun.

I only have you, forever be by my side even tomorrow

Irene mempercepat langkahnya dan ia pun memeluk tubuh Sehun dari belakang. Pelukannya sangat erat sebagai isyarat bahwa ia tak ingin Sehun pergi menjauh darinya. Sehun masih diam, tak bereaksi apapun. Tangis Irene semakin kuat, begitu pula dengan rengkuhan gadis itu.

Can you tell me that you love me, just once?

"Aku hiks mencintaimu hiks Se—"

Kalimat Irene terpaksa terhenti ketika Sehun tiba-tiba mencium bibirnya dengan lembut. Tubuh Irene tiba-tiba merasa lemas seakan dia tak memiliki tulang. Kedua tangan Sehun menangkup kedua pipi Irene berusaha untuk memperdalam ciuman mereka. Menikmati bibir plum Irene tanpa terlewat seinci pun. Tak peduli dengan rinai hujan yang terus saja menjatuhi kedua tubuh mereka. Hingga beberapa detik kemudian, Sehun menghentikan tautan mereka. Menatap Irene sangat dalam dengan mata elangnya.

Don't go if you love me

"Maaf.." hanya sebuah kata yang bahkan Irene tak tahu apa tujuannya yang Sehun ucapkan, setelah itu pria itu segera melenggang pergi menerobos hujan. Meninggalkan Irene yang sama sekali tidak paham apa yang tengah terjadi, kepalanya kosong namun dadanya berdenyut nyeri. Irene tak menyangka ciuman pertamanya akan semenyedihkan ini.

"Kenapa kau menciumku kalau ternyata kau pergi juga?"

Irene jatuh terduduk di atas tanah menangisi nasibnya. Ia memegangi dadanya yang terasa sangat sakit dan nyeri. Malam ini, hujan menjadi saksi, bagaimana menyedihkannya kisah cinta seorang Bae Irene.

Don't push me away, don't leave me, Oh Sehun.

to be continue

aku gak yakin part ini bakal nge-feel 😢

maaf ya updatenya lama :") dan makin aneh aja :'( 

jangan lupa vommentnya ya guys 💋

Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti líbit

506K 37.6K 59
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
10.1K 956 21
Apa yang terjadi selama tiga tahun Dosan dan Dalmi berpisah? Akankah mereka menemukan jalan untuk bersatu kembali? "Does my dream have to be success...
6.4K 433 8
Setelah perjalanan mereka hingga dapat menjadi seorang suami dan istri akibat 'pernikahan kontrak' yang berakhir bahagia, masalah belum berhenti begi...
1.2K 331 12
Chanyeol mengamatinya lagi dari kursi belakang. Perempuan itu persis seperti yang digambarkan berita dari mulut ke mulut yang didengarnya. Sang targe...