BEST(BOY)FRIEND

By JJKHSB

43.5K 3.4K 592

Hwang Eunbi, gadis populer di sekolah. Tubuh ideal, tampang rupawan, pesona yang dimilikinya menguar memikat... More

Introduction
Best(boy)friend - 1
Best(boy)friend - 2
Best(boy)friend - 3
Best(boy)friend - 4
Best(boy)friend - 6
Best(boy)friend - 7
Best(boy)friend - 8
Best(boy)friend - 9

Best(boy)friend - 5

4K 365 70
By JJKHSB


"Ngomong-ngomong tidak hanya kau saja,"

Langkah kaki Jungkook terhenti, berbalik kearah Eunbi, menarik kerah bajunya kebawah.

Eunbi menganga lebar. Kemudian tergantikan senyum kikuk.

"Kau benar-benar.. liar," Jungkook kembali mengeluarkan pesonanya. Begitu kurang ajarnya, tapi Eunbi sangat menyukainya.

"Ah tidak,"

Smirk seduktif Jungkook.

"...kita berdua benar-benar liar,"

◾️◾️◾️◾️◾️


AUTHOR POV


"Jeon Jungkook~"

Eunbi berguling ke kanan-kiri sembari mengangkat tinggi ponselnya.

Bibir tipisnya mengerucut kesal, dahinya berkerut.

"Kau sudah berjanji padaku," ia pun akhirnya bangkit beralih duduk di kursi meja rias.

Menatap rambutnya yang sudah ia tata manis dengan bandana yang membentuk simpul diatas puncak kepalanya, wajah yang ia poles dengan make-up tipis.

Eunbi melirik malas pada jam tangan yang melingkari pergelangan tangannya kemudian menghembuskan nafas kesal.

"Sudah dua puluh menit." Eunbi berucap pelan.
"Apa mungkin dia masih berada di lapangan?"

Dengan kesal ia pun menyambar tas selempang kecil berwarna coklatnya dan memasukan beberapa barang yang menurut Eunbi penting untuk dibawa. Bergegas turun ke lantai bawah, memakai sneakers, dan berjalan cepat keluar rumah. Terpaksa ia harus berjalan ke halte terdekat karena mobil putih kesayangannya sedang dibawa oleh Eommanya untuk perawatan service tiap bulan.

Senja menampakkan diri di langit. Tak terasa hari akan memasuki waktu malam. Berarti, sudah tiga puluh menit pria yang berjanji akan menghabiskan waktu bersama di hari sabtu ini mengingkari waktu yang dijanjikan untuk menjemputnya, sekarang pukul setengah enam sore.

Memang benar jika pria itu tadi mengabari akan keluar bersama Eunbi setelah latihan mingguannya selesai. Namun apa buktinya sekarang? Satu chat saja tidak muncul di papan notifikasi ponsel Eunbi. Bahkan Eunbi berusaha menghubungi Jungkook dan tetap saja nihil hasilnya.

Ya, Eunbi sangat kesal saat ini.

Terlebih tidak ada tanda-tanda Jungkook akan menghubunginya.

Sekarang mau tidak mau Eunbi lah yang harus menghampiri pria itu. Dia sudah tidak sabar memaki-maki sahabat prianya itu, begitu terlihat dari ekspresi muramnya yang menahan kesal.

Di dalam bus Eunbi tak henti-hentinya menatap ponsel yang tergenggam erat di telapak tangannya. Sedikit berharap bahwa pria itu tidak lupa dengan janji yang ia berikan. Harusnya Eunbi tak ambil pusing dengan hal ini, toh dia bisa saja mengabaikan Jungkook, namun entah mengapa terbesit secuil rasa kecewa.

Apa karena tidak pernah sekalipun pria itu mengabaikan dirinya dan kini Eunbi baru merasakannya?

Yah mungkin saja.

Dalam hati Eunbi mengakui hal itu.



Lihatlah, sekarang malah ia sendiri yang berusaha. Tubuhnya yang lengkap dengan pakaian kencannya bersama Jungkook saat ini berada di tempat dimana pria itu biasa berlatih.

Jujur, ia malu dipandangi oleh beberapa siswa dari sekolah lain. Ugh, ini benar-benar bukan Eunbi yang seperti biasanya, dimana Eunbi yang beraura bitch girl terbiasa dengan pemandangan seperti ini?

Dengan mencengkram erat tali tasnya ia berhasil melalui sekelompok pria yang duduk beristirahat. Salah satu pria yang sedang meminum air mengalihkan fokusnya pada seorang perempuan yang baru saja melintas. Pria itu mengenali Eunbi.

"Hei,"

Langkah Eunbi terhenti mendengar sebuah suara tepat dibelakangnya. Ia sedikit mengerutkan dahi tidak mengenali pria yang memanggilnya.

"Perkenalkan, namaku Kim Taehyung. Sepertinya aku pernah melihatmu saat aku berlatih bersama dengan tim basket sekolahmu."

"Oh- hai, ya Kim Taehyung-ssi. Hmm benarkah? Tapi maaf aku tidak mengenalimu,"

"Ah, tidak apa-apa. Saat itu kau memang tak memperhatikan. Kalau tidak salah ketika kakimu terkilir dan Jungkook membawamu pulang."

Tiba-tiba ada yang menyentil memori beberapa  kemarin keluar dari otak Eunbi, "Aaa.. waktu itu." Kepalanya mengangguk-angguk.

Taehyung tersenyum sekilas. "Pasti kau mencari Jungkook?"

Eunbi menghentikan anggukannya dan otomatis kepalanya menengok cepat kearah Taehyung.

"Benarkan?" Tebak pria itu setelah menangkap ekspresi berbinar Eunbi. Sedangkan Eunbi hanya tersenyum kikuk.

"Kalau tidak salah ia sudah pergi sejak pukul empat sore tadi. Well, aku berpapasan dengannya ketika aku baru datang ke tempat ini. Dia sudah pergi bersama kelompoknya."

Penjelasan Taehyung membuat Eunbi merasa sedih usahanya sia-sia untuk datang kemari mendapati bahwa Jungkook tidak berada disitu.

"Tapi.. kalau tidak salah aku juga melihat ia membonceng seorang perempuan. Entahlah benar atau tidak, sepertinya ia mengantarkan pulang perempuan itu terlebih dahulu setelah berpisah dengan teman-teman sekelompoknya."

Sontak saja kelanjutan penjelasan Taehyung membuat Eunbi mendongak menatap pria itu, mencari jawaban apakah benar yang dikatakan oleh orang yang baru dikenalnya beberapa menit yang lalu.

Taehyung menangkap maksud Eunbi. Ia pun mengangkat pundaknya. "Kau bisa bertanya pada salah satu kawanku disana," Taehyung memutar balik tubuhnya dan menunjuk sekelompok pria yang ia sebut kawan. "Atau.. mungkin kau bisa bertanya kepada kawan-kawan Jungkook," usul Taehyung.

Tubuh Eunbi menegang. Seakan tidak percaya dengan omongan Taehyung.

Tidak mungkin.

Jungkook bukanlah tipe pria yang mudah bergaul dengan perempuan.

Baiklah, oke tidak berlebihan seperti itu, dia memiliki beberapa teman wanita namun hanya sebatas teman sekelas, teman kerja kelompok, yang intinya cuma 'teman' saja.

Katakanlah Eunbi terlalu percaya diri, tapi perempuan satu-satunya yang terdekat dengannya hanyalah dirinya.
Dan satu-satunya perempuan yang pernah berboncengan dengan Jungkook, hanya dirinya seorang.

Eunbi menuruti apa yang dikatakan Taehyung, ia meminta izin untuk menghubungi seseorang dan pria itu mengangguk. Eunbi mengambil jarak dan menarik ponsel dalam tasnya.

Mood Eunbi menjadi tidak karuan, ia terlihat uring-uringan.
Dengan kesal ia pun mendial nomor salah satu kawan Jungkook. Min Yoongi.

"Yeoboseyo."

Eunbi mendengar nada berat nan malas khas suara Yoongi.

"Yeoboseyo, Oppa!"

"Aish selalu saja dengan berteriak, cepat katakan ada apa? Aku lelah sekali,"

Eunbi memutar bola matanya malas, "Bukannya Oppa setiap saat setiap detik merasa lelah?"

"Ok, aku akan menutup-"

"Aaa! Oppa, aku ingin bertanya,"

"Mwo?"

"Apa kau tahu dimana Jungkook? Sekarang aku berada di tempat kalian biasa berlatih, tapi aku tidak menemukan Jungkook,"

"Aku tidak tahu, aku absen latihan hari ini karena flu,"

"Percuma saja menghubungimu Yoongi-a, bye."

"Hei! Dasar kau-"

Eunbi mengakhiri telepon secara sepihak, terkikik pelan membayangkan betapa emosinya pria itu setelah apa yang dia lakukan.

Eunbi menghembuskan napas berat. Wajahnya menjadi sebal.

Ia bertanya-tanya, sebenarnya dimanakah Jungkook berada. Ditambah dengan informasi yang ia dapatkan kalau pria itu pulang dengan perempuan lain.

Apakah.. mungkin Jungkook melupakan janjinya karena menghabiskan waktu bersama dengan wanita yang pulang bersamanya?

Setidaknya pria itu memberi kabar kalau membatalkan kencan mereka berdua, tidak menggantungkan Eunbi seperti ini.

Pikiran-pikiran negatif memasuki otak Eunbi.

Alasan mengapa Jungkook tidak mengangkat telepon maupun membalas chatnya adalah tidak ingin quality time mereka -ya, Jungkook dan perempuan entah darimana asalnya, terganggu oleh Eunbi.

Itu masuk akal.

Eunbi mengangguk.

"Bagaimana?"

Eunbi tersentak. Terkejut dengan suara berat seorang Kim Taehyung.
Menanggapi pertanyaan pria itu Eunbi menggeleng pelan lalu menunduk kebawah, memandangi layar ponsel miliknya yang terpampang foto mereka berdua ketika mereka berada di photo booth salah satu taman bermain, ya, foto Eunbi dan Jungkook.
Tidak ada satu notifikasi yang menunjukan nama Jungkook disana.

"Aku akan mengantarkanmu pulang,"

"Tidak- tidak usah, terimakasih Taehyung-ssi."

"Tidak apa lagipula latihanku sudah selesai. Sekarang sudah malam hari. Tidak baik seorang perempuan berpergian sendirian, kau tahu kan maraknya kasus pemerkosaan siswi-siswi sekolah menengah atas saat ini? Tenang saja, aku tidak akan melakukan apapun."

Taehyung berjalan menjauh menuju bangku dimana tas ranselnya berada. Setelah berpamitan dengan teman-temannya ia menghampiri Eunbi yang masih terpaku, menimang apakah ia harus pulang bersama Taehyung atau tidak.

Taehyung semakin dekat dengannya.

"Ayo." ajak pria itu yang telah berdiri didepannya.

Eunbi menimang ragu.

Akhirnya ia pun mengiayakan ajakan Taehyung.

Taehyung tersenyum simpul dan menggiring Eunbi keluar tempat tersebut menuju tempat mobilnya berada.

Tak luput dari jangkauan mata teman-teman Taehyung, mereka bersiul menggoda melihat Taehyung bersama seorang perempuan, yang salah satunya diantaranya adalah Jimin.

Jimin menggeleng pelan, "Pria itu bergerak cepat." ujarnya sambil tertawa kecil.

◾️◾️◾️◾️◾️


Mobil Taehyung berhenti di depan rumah Eunbi.

Eunbi pun melepaskan sabuk pengaman yang ia kenakan dan bersiap membuka pintu.
Namun gerakannya terhenti oleh cekalan di pergelangan tangannya.

"Kau bahkan belum memperkenalkan namamu,"

Eunbi meringis. Sungguh tidak sopannya ia setelah diberi tumpangan gratis.

"Hwang Eunbi." Eunbi mengulurkan tangannya, disambut balik oleh Taehyung.

"Kim Taehyung."

Eunbi segera melepaskan jabatan tangan mereka. Ia sedikit tidak nyaman dengan sebuah rasa asing menelusupi reseptor tubuhnya setelah bersentuhan dengan pria itu.

"Hmm, bolehkah aku meminta nomor ponselmu?" Taehyung mengusap belakang lehernya, yang Eunbi tilik dari gelagatnya bisa ia simpulkan pria itu gelisah.

Ini sudah biasa Eunbi hadapi. Lagipula apa salahnya ia memberikan nomor ponselnya, hitung-hitung ia menambah teman juga.

Ia pun menjulurkan tangannya, meminta ponsel Taehyung.

Pria itu tersenyum lega.

Tak berselang lama sebuah suara berasal dari dalam tas Eunbi bisa berbunyi. Ia mengembalikan ponsel tersebut kepada pemiliknya. "Sudah."

"Gomawo." ucap Taehyung.

Eunbi menggeleng pelan, "Ani, justru aku yang seharusnya berterimakasih karena sudah memberikan tumpangan gratis."

Eunbi keluar dan menutup pintu mobil.

Taehyung menurunkan kaca mobilnya sehingga mereka dapat bertatapan secara langsung tanpa penghalang.

Senyum Taehyung mau tak mau membuat Eunbi juga ikut melakukan hal yang sama.

Gadis itu melambaikan tangan seiring Taehyung mulai melaju meninggalkan dirinya.

Setelah mobil Taehyung menjauh Eunbi menghentikan lambaiannya. Tubuh gadis itu berbalik dengan langkah riang memasuki halaman rumahnya. Senyum masih terpatri di bibirnya.

Eomma Eunbi yang menemukan putrinya tersenyum tidak jelas mengangkat sebelah alisnya.
"Eunbi? Ada apa denganmu?"

Eunbi terkejut menemukan Eommanya. Dia cepat-cepat mengatur ekspresinya senormal mungkin.
"Tidak apa-apa Eomma."

"Eomma akan berkumpul bersama teman-teman Eomma di restoran biasanya,"

Eunbi mengangguk pelan, ia sudah paham dengan kegiatan rutin tiap minggu ibunya, yaitu arisan.
Baru saja Eunbi membuka pintu rumah Eomma Eunbi mengajaknya kembali berbicara.

"Eunbi, Eomma meminjam mobilmu ya hari ini." Belum sempat Eunbi melontarkan protes ia kembali disela. "Lagipula jika ingin berpergian kau bisa pergi bersama Jungkook."
Eommanya menunjuk motor sport Jungkook yang berada di samping mobil Eunbi.

Tentu saja Eunbi kaget bukan main. "Jungkook ada disini?!"

"Ya, dia baru saja datang kemari. Sudah ya, eomma harus pergi."

Eomma Eunbi buru-buru menghidupkan mesin mobil, meninggalkan Eunbi yang masih memaku ditempat.

Ia menamati motor sport berwarna hitam tersebut. Ya itu motor Jungkook.

Seketika moodnya langsung menjadi jelek. Di otaknya sudah tersiapkan kata-kata pedas. Dia mengambil ancang-ancang harus bagaimana beraksi menguarkan rasa kesalnya.

Baru saja ia membuka pintu rumah. Dihadapanya Jungkook sudah berdiri tegap.

Tatapan matanya begitu menusuk Eunbi. Akting yang sudah ia siapkan tak bisa berjalan mulus, keberanian Eunbi menguap entah kemana setelah melihat betapa mengerikannya pria itu.

"Darimana saja?"

Seakan tidak terima Eunbi mengikuti gaya bicara pria tersebut. "Harusnya aku yang bertanya, darimana saja kau sampai-sampai kau melupakan janjimu, bahkan kau tidak menjawab teleponku."

"Aku-"

"Ah, satu lagi." Eunbi memincingkan mata. "Siapa perempuan yang pulang bersamamu?"

Mata Jungkook ikut menyipit, "Darimana kau tahu?"

"Aku datang ketempatmu berlatih." Ia membuang muka, enggan menatapnya.

"Siapa yang memberi tahumu?" Jungkook memijat pangkal hidungnya. Kepalanya terasa pening. Ditambah lagi sikap Eunbi yang harus ia tangani.

"Wae? Apa kau takut aku mengetahuinya?" ejek Eunbi mencondongkan tubuhnya seolah menantang Jungkook.

"Ya itu benar. Aku mengantar salah satu junior karena-"

"Apa? Wae? Wae? Wae? Wae-!"

Cup

Eunbi otomatis berhenti mengomel karena bibir Jungkook mengunci bibirnya. Mata Eunbi membulat.

Gadis itu merasakan bibir Jungkook yang hangat, bukan, terasa panas.

Jungkook pun menarik diri. Membuat Eunbi terdiam dengan satu tindakan saja.

"Bisakah kau tidak menyelaku berbicara?" Pinta Jungkook dengan nada serak dan lemah. Dari situ Eunbi baru menyadari ada yang tidak beres dengan pria itu.

"Ya benar aku pulang bersama salah satu junior dari tim basket perempuan. Dia Na Eunjoo dari kelas sepuluh, ia terluka parah dibagian lutut. Aku harus melakukannya karena Yoongi yang notabene kapten basket sedang absen dan sebagai seorang wakil kapten aku harus menggantikannya. Otomatis tanggung jawabnya teralihkan kepadaku."

Hening sesaat. Eunbi menyimak semua penjelasan Jungkook.

"Lalu.. mengapa kau tidak membalas chat atau mengangkat teleponku!" cecar Eunbi.

Jungkook mengambil sebelah tangan kanan Eunbi dan meletakkannya di dahinya sendiri.
Panas. Itu yang Eunbi rasakan.

"Maafkan aku. Aku terlalu lelah dan tiba-tiba aku merasa tidak enak badan. Awalnya aku hanya ingin beristirahat sebentar, ternyata aku tertidur melebihi 'sebentar'," Jungkook menyandarkan badannya dibalik dinding karena tidak kuat menahan rasa pening yang menyerangnya.

Kadang ia ingin berhenti bicara karena tenggorokannya terasa kering, namun apabila ia tidak menjelaskan semuanya Eunbi bisa salah paham. Ia tidak ingin Eunbi memikirkan hal yang macam-macam dan memperumit masalah mereka.

"Aku buru-buru datang kemari sampai melupakan ponsel dan dompetku," Jungkook berhenti sebentar, berdeham agar tenggorokannya tidak serak.

"Ternyata kau tidak ada dirumah, dan Eomma mu menyuruhku untuk tidak kemana-mana dengan kondisi seperti ini dan memberikan benda ini,"  Telapak tangan Jungkook menunjukkan plester penurun panas.

Eunbi tertawa kecil. Dia pun menuntun Jungkook menuju sofa ruang tamu. Menidurkan pria itu di sofa dengan bantal sofa menyangga kepalanya.

Eunbi duduk menyamakan tinggi tubuhnya disamping sofa agar sejajar dengan kepala Jungkook. Gadis itu menyibak poni Jungkook dan menempelkan plester itu di dahi Jungkook.

Eunbi menamati wajah Jungkook. Wajah pria itu memerah akibat suhu badan yang tinggi.

"Apa kau sudah minum obat?" Tanyanya yang dibalas gelengan kepala Jungkook.

Eunbi buru-buru pergi ke dapur. Membuka rak khusus obat-obatan dan menemukan satu obat untuk demam. Ia buru-buru kembali dengan segelas air putih ke samping Jungkook.

Membantu Jungkook untuk bangun sekedar untuk meminum obat.

"Sudah beristirahatlah saja," Eunbi menepuk lembut kepala Jungkook dengan tetap setia berada di samping pria itu.
Dengan kepala miring, meletakkan kepala pada kedua lutut yang ia tekuk, Eunbi memposisikan wajah agar leluasa melihat Jungkook. Mata sayu pria itu balas menatapnya, terkadang berkedip pelan, tetap terarah kepada Eunbi.

Namun Jungkook tiba-tiba bangkit kembali. Sekedar untuk menarik tubuh Eunbi duduk di sofa, kemudian merebahkan kepalanya diatas paha gadis itu,  Jungkook akhirnya baru mau memejamkan mata.
"Bukankah seperti ini lebih baik daripada dibawah sana?"
Jungkook memeluk pinggang Eunbi dan menyembunyikan wajah diperutnya.

"Katakan, dengan siapa kau pulang tadi?"

Dengan suara yang teredam Eunbi masih bisa mendengar kata-kata Jungkook.
Ah, pria itu mengetahui apa yang terjadi di depan rumah tadi.

"Dia menawariku untuk pulang bersama. Tenang saja aku tidak pergi kemana-mana kok, langsung pulang kerumah."

"Nugu?"

"Namanya.. eum" karena memori yang pendek dan daya pikir yang lamban Eunbi berusaha keras re-calling memori tadi sampai dahinya berkerut, berpikir keras.
"Kim.. Kim Taehyung!"

Kepala Jungkook menghadap kearahnya. "Kim Taehyung?" tanyanya memastikan. Eunbi hanya mengangguk dengan polosnya.

"Berhati-hatilah.. dia seorang player."

"Sepertinya tidak," ucap Eunbi tidak yakin sembari mengingat gerak-gerik Taehyung yang terlihat berkebalikan dengan seorang 'player'.

"Entahlah, itu yang aku kudengar dari anak-anak." Jungkook mengambil kedua tangan Eunbi dan ia letakkan pada samping sisi wajahnya. Rasa dingin meresap pada kulitnya.

"Lain kali jangan terlalu dekat dengannya."

"Wae? Tidak biasanya kau seperti ini bila aku dekat dengan seorang lelaki,"

Masih dengan terpejam ia dengan santainya menjawab, "Firasat, mungkin?"

"Heol." Eunbi mengejek jawaban Jungkook.
Sembari mengusap-usap kepala Jungkook Eunbi baru teringat sesuatu, "Oh ya, aku ingin ikut latihanmu selanjutnya!" serunya menuntut.

Jungkook hanya diam, menanti apa yang wanita itu katakan.

"Aku ingin tahu junior mana yang mencuri kesempatan untuk pulang bersamamu," ucap Eunbi dengan ketus.

"Aniya, dia memang-"

"Hello~ Jeon Jungkook. Dengan tampang seperti ini apapun akan dilakukan adik-adik imut itu untuk mendapatkan perhatianmu," Eunbi begitu kesal dengan ketidakpekaan seorang Jeon Jungkook. Ia menekan kuat dari sisi kanan dan sisi kiri wajah Jungkook secara bersamaan.

"Darimana kau tahu?"

"Well, kau mengerti uhm yaaah aku juga seperti itu untuk melancarkan taktikku mendekati seorang pria,"

Jawaban Eunbi balik mendapatkan balasan cubitan gemas dari Jeon Jungkook. "Berhentilah menjadi seorang 'playgirl'"

"Yah aku sempat berpikiran seperti itu, sepertinya aku akan benar-benar berhenti." Senyum Jungkook terbentuk.

"Bagus. Itulah gadisku."

Setelah mengatakan itu, Jungkook baru membuka mata dan bangkit dari tidurnya.
Untuk yang kedua kalinya, bibir panas Jungkook melumatnya pelan, lembut dan perlahan-lahan.

◾️◾️◾️◾️◾️

"Hatchi!" Eunbi cepat-cepat menyambar kotak tisu di nakas sebelah tempat tidurnya.

Jungkook yang duduk di sofa kamar Eunbi tertawa kecil melihatnya.

Dilihatnya Eunbi duduk bersandar di tempat tidur dengan plester penurun panas, hidung dan bibir yang memerah.

Pemandangan itu begitu menggemaskan bagi Jungkook.
Ingin ia mengecup pipi atau bibir yang memerah itu namun ia urungkan niatnya karena jika tidak, siklus flu itu akan terus bergantian.

"Sialan kau Jeon. Tahu begitu aku menolak ciumanmu kemarin." Baru berhenti mengoceh Eunbi kembali bersin.

Sekali lagi Jungkook tertawa, "Aku tahu kau takkan bisa menolakku." ejek laki-laki itu.

Satu detik kemudian Jungkook pun langsung berlari menghindari kejaran Eunbi yang ingin menciumnya.




TBC

*author ngintip dr balik tembok*
hai para readers tersayang, author yg udah lama hilang tbtb datang sendiri.
Sebenernya ditagih muluuu kapan mau lanjutin, yah karena kesibukan dan mood susah banget dikumpulin akhirnya berhenti hampir setengah tahun 🙃
Btw seneng bgt sekarang dah banyak ff sinkook jd author pasif, aktif jd pembaca aja🙂
Bonus dr update ini aku bikin lebih panjang semoga enjoy bacanyaaa❤️

Entah ff ini masih ada feel atau engga karena gap yg lama banget dan penulisanku sedikit kaku, maaf kalo tidak maksimal😭

Udah ah tu aja, sampai ketemu entah kapan 😂👋🏻

Continue Reading

You'll Also Like

239K 35.9K 65
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
47.2K 3.4K 49
"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layakn...
78.4K 5.1K 68
Why did you choose him? "Theres no answer for choosing him, choosing someone shouldn't have a reason." - Aveline. ------------ Hi, guys! Aku kepikir...
45.5K 9.3K 12
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 21+ ‼️ Apa jadinya jika si berandal Jasper Ryker yang dijuluki sebagai raja jalanan, tiap malam selalu ugal-ugalan dan babak...