Update tanggal 14 Agustus 2019
Jangan lupa follow instagram supaya tidak ketinggalan informasi mengenai MeloDylan :
asriaci13
NOW PLAYING | Aaliyah Masaid - Ulangi
SELAMAT MEMBACA CERITA MELODY
CHAPTER SEBELAS | Berharap Tak Berpisah
Gunung es itu mulai mencair, kecanggungan di antara kita pun sudah berakhir. Mungkinkah kisah yang lalu akan terulang kembali?
***
"LO apa kabar?" tanya Fathur canggung, satu tangannya menggaruk tengkuknya yang tak gatal namun hal itu untuk mengurangi rasa canggung yang terjadi di antara dirinya dan si lawan bicara.
Tadi selesai rapat pertama dadakan yang diadakan oleh Angga, dia menahan Bella untuk tidak pergi lebih dulu, dia mengatakan ada yang harus dibicarakan berdua dan itu cukup penting. Bella hanya mengangguk kecil kemudian dia mengikuti langkah kaki Fathur yang menjauh dari kumpulan teman-temanya.
Disini mereka sekarang, duduk berdua dengan dua gelas minuman yang baru saja di pesan. Bella hanya menunduk, tidak seperti dulu yang selalu antusias saat bersama dengan Fathur.
"Baik," jawab Bella dengan suara pelan, tangannya masih sibuk memainkan sedotan minumannya. Dia tidak nyaman.
"Kenapa lo ninggalin gue tanpa alasan?" Fathur menanyakan hal yang membuat Bella kini terdiam, gadis itu menelan salivanya susah payah seolah tenggorakannya begitu kering sebelum akhirnya manik mata cantik itu menatap lurus ke arah Fathur.
Senyuman yang dulu terukir di bibir manisnya kini kembali. Menandakan bahwa senyuman itu tak hilang dari sang pemilik.
"Gue gak punya alasan lagi untuk tetap tinggal."
"Kenapa?"
"Kenapa lo selalu bertanya kenapa? Kenapa lo enggak cari tahu alasannya sendiri? Tentang gue yang memutuskan pergi dan menjauh dari hidup lo?"
Sudah sejak lama ingin Bella utarakan kalimat itu. Menurutnya kepergian dia menyusul Dylan dan berobat masalah penyakitnya di luar negeri itu merupakan bukti nyata kalau dia sudah tidak ingin terlibat dengan Fathur, masa lalunya. Ada hal-hal yang harus dia relakan saat dia akan melangkah menuju dunia yang baru.
Dia tidak ingin lagi bersikap bodoh dan memaksa Fathur agar mau bersamanya, karena jika Fathur bersamanya karena terpaksa itu tidak hanya menyakiti perasaannya melainkan yang dia dapatkan hanyalah kebahagiaan palsu. Sebatas kamuflase.
"Gue minta maaf," ujar Fathur dengan nada lemah, seolah ucapannya tercekat dan tak berani menatap gadis di depannya, "gue telah belajar banyak hal setelah kepergian lo."
"Gimana rasanya? Menyenangkan?" Bella tersenyum seolah menyindir Fathur atas prilakunya terdahulu. Bukan Bella ingin membalas dendam atas yang terjadi di masa lalu, melainkan dia tidak ingin kembali ke arah hal-hal yang akan menyakitinya kembali.
Berharap seolah cinta akan hadir karena terbiasa, kalau dasarnya sudah tak suka ya akan sulit juga. Bella sudah terbiasa dengan Fathur, tapi Fathur tak pernah terbiasa dengan Bella.
"Enggak. Enggak sama sekali." Fathur menggeleng tegas, kenyataannya dia tak pernah merasa menyenangkan atas perasaan itu.
"Bell..."
Suara itu menginterupsi keduanya, sehingga mengakhiri obrolan antara Fathur dan Bella. Suara itu berasal dari Deva, yang kini menyentuh pundak Bella dengan lembut.
"Waktunya minum obat." Deva mengingatkan jadwal minum obat Bella seperti biasa, pemuda itu sudah seperti alarm dan manajernya yang mengaturkan jadwal untuknya, "Udah selesai atau belum?"
Hanya kepada Bella, Deva akan bersikap manis dan layaknya seorang cowok yang hanya menatap ke satu orang cewek. Entah mengapa ada perasaan sakit yang menggelitik hatinya, saat tangan itu menyentuh seorang gadis yang sempat mengejar-ngejarnya. Dia bodoh, karena pernah menyia-nyiakan dan menyakiti perasaannya.
"Gue udah selesai kok, kita pulang aja," putus Bella, dia beranjak dari tempatnya.
Tak ada keinginan untuk menahan kali itu di benak Fathur, dia hanya membiarkan Bella berlalu begitu saja. Ternyata sampai detik ini, dia masih belum sanggup mengutarakan semua yang ada di hatinya dan sepertinya semuanya telah terlambat, namun satu hal yang Fathur masih syukuri senyum gadis itu masih sama seperti dulu.
Saat itu tatapan mata Fathur mengekor ke arah Bella yang dirangkul oleh Deva keluar dari kafe, Bella tak menoleh ke arahnya sama sekali kali itu.
Benar-benar sudah melupakan ya?
***
"Masih tetep gak mau baikan?" tanya Anna, mereka memberikan ruang untuk Kate dan Liam, namun keduanya masih tetap bungkam dan membuang muka.
Angga meminta Liam pindah dan duduk di samping Kate, meski awalnya menolak tetapi setelah beberapa paksaan membuat Liam pindah juga dan duduk di samping kekasihnya itu. Masalah mereka tidak sesimpel biasanya. Keduanya masih sama-sama meninggikan ego masing-masing. Akibat dari pertukaran tempat duduk tersebut membuat Melody duduk bersebelahan dengan Dylan, dua remaja itu pun sama masih saling mendiamkan satu sama lain.
Sampai tak sengaja jari-jari mereka saling bersentuhan. Baik Melody ataupun Dylan keduanya menoleh, tak berlangsung lama karena keduanya langsung memalingkan tatapannya ke arah lain. Tak ada yang menyadarinya, teman-temannya tengah sibuk dengan pertengkaran fenomenal Kate dan Liam.
Saat itu, Alice sudah tidak ada di tempat, entah kapan gadis itu pergi meninggalkan kafe. Melody mengadahkan tatapannya ke arah lainnya. Dia melihat Louis tengah berbincang dengan David, keduanya tertawa tidak tahu tengah membicarakan apa, sampai akhirnya Fathur ikut bergabung dengan kedua cowok itu.
Satu tangan Melody menyapu rambut yang menutup sebagian wajahnya, menyelipkan ke bagian belakang telinganya. Bahkan dia tidak sadar kalau Dylan saat itu memperhatikan gerak-geriknya.
Sampai akhirnya Melody menoleh ke arah Dylan, manik mata mereka bertemu, kali itu mereka bertatapan cukup lama. Seolah ada yang ingin mereka katakan satu sama lain, namun tak ada yang keluar dari bibir kedua orang itu. Sampai lengkingan suara Kate menginterupsi keduanya, menyadarkan mereka dan kembali ke dunianya masing-masing.
"GUE GAK SALAH YA!" teriak Kate, kali itu suaranya benar-benar mengganggu, membuat sebagian pengunjung kafe menatap ke arahnya. Namun, sepertinya gadis itu tak peduli menjadi pusat perhatian akibat suaranya itu.
Sudah menjadi tabiat Kate, dia tidak mau disalahkan bahkan ketika dia salah. Dia penganut tim #CEWEKSELALUBENAR sementara Liam juga masih sama saja, egois seperti biasanya dan merasa dia paling dibutuhkan. Tak banyak yang berubah dari keduanya.
"GUE JUGA GAK SALAH!" Liam balas berteriak di depan Kate, membuat Angga langsung memukul kepala Liam.
Itu refleks.
"Aduh..." Liam mengaduh karena pukulan Angga barusan, "Apaan sih lo Ga!"
"Jangan teriakin cewek di depan umum! Cowok bukan sih," cibir Angga, hal itu membuat Liam langsung mendelikkan matanya.
"Gue yang salah udah," ujar Andre, seolah ingin menyudahi prahara yang terjadi di antara Liam dan Kate.
"DIEM YA LO!" keduanya kompak mengatakan tiga kata itu, membuat beberapa dari mereka mengulum senyumnya, kecuali dua orang yang terjebak dalam pikiran masing-masing.
"Udah sih baikan aja, masih kompak gitu juga kek anak kembar," saran Jane yang dibalas kikikan geli oleh teman-temannya.
"GAK!" keduanya kembali kompak mengatakan kata itu.
"Tuh kan..." kata Anna sambil menahan tawanya agar tidak meledak. Sementara Kate hanya memutar bola matanya kesana-kemari.
Sementara Liam mengalihkan tatapannya ke arah lain. Entah apa yang terjadi selanjutnya, karena kala itu Melody memutuskan untuk menghampiri meja pacarnya meninggalkan meja teman-temannya. Melody bergabung dengan Louis, David dan Fathur, dia ikut membicarakan hal-hal yang menyenangkan disana, sampai membuat tawanya meledak.
***
+62 821-1698-XXXX
BLOKIR | TAMBAH
Gue gak tau lagunya
Fathur memang sudah memberikan 4 list lagu yang akan dinyanyikan berduet oleh Melody dan Dylan. Melody hanya menatap roomchat itu. Dia tau, pesan itu dikirimkan oleh Dylan. Sengaja Melody tidak mensave kontaknya, karena takut kepo dengan snap WA yang dibuat oleh Dylan atau Dylan melihat snap WA yang dibuat oleh Melody.
Tanpa perlu membalasnya terlebih dahulu Melody mencari lagu yang akan di nyanyikan oleh dia dan Dylan nanti lalu mengirimnya.
www.youtube.com/watch?v=icY67U9PQS0
www.youtube.com/watch?v=yO28Z5_Eyls
www.youtube.com/watch?v=XJXKfq26N_w
www.youtube.com/watch?v=luuLltBSqA0
Gue jg bs dwnld
mksd gue, g tau pembagiannya
Oh
Bs latihan?
Hah?
Di rmh gue.
Kapan?
Lo pkir kl gue chat skrg latihannya bsk?
bsk gue hrs nemenin Alice.
Ga nanya sumpah :)
Gue otw.
Untung saja Melody sudah mandi sejak pagi. Bunda dan Ayahnya pergi entah kemana, katanya mau menghabiskan waktu berdua padahal sebelumnya mengajak Melody tetapi Melody menolak tidak mau ikut dengan alasan agar Bunda dan Ayahnya bisa berdua, mengingat masa-masa dulu saat masih berpacaran, sementara Musical jangan ditanya dia sedang ngebucin dengan sahabatnya Jane, tak akan mengingat Melody lagi.
Dari pesan terakhir yang dikirimkan oleh Dylan dia harus menunggu sampai satu jam barulah Dylan sampai di depan rumahnya. Rambutnya masih terlihat basah, dia masih duduk di atas motor, helmnya dia simpan di atas tangki motornya. Sungguh, pemandangan yang indah hari ini. Melody mengenali motor itu, karena dulu beberapa kali dia dibonceng Dylan menggunakan motor itu, kenangan masa lalu.
Tatapan Dylan barusan membuat Melody memalingkan tatapannya ke arah lain. Biasanya jika Dylan mengatakan akan datang ke rumahnya maka tidak lebih dari 10 menit maka dia sudah ada di depan rumah Melody, dan sekarang perlu waktu satu jam untuk sampai di depan rumah Melody.
"Masih aja lelet," cibir Dylan dengan tatapan sinisnya.
Sifatnya masih saja sama, dingin dan selalu mengomel jika segala sesuatunya tidak seperti yang dia mau.
Dengan sengaja Melody melambatkan langkah kakinya, biar tau rasa.
"Bunda lo mana?" tanya Dylan
"Pergi sama ayah," jawab Melody
"Tadinya gue mau ketemu, mau pamitan udah lama juga gak ketemu." Kata Dylan, "Nih," Dylan memberikan satu lagi helmnya kepada Melody.
Melody memasangkan helmnya sendiri, tanpa di bantu oleh Dylan seperti dulu. Tidak banyak pembicaraan setelah itu, Melody langsung naik ke motor Dylan dan pemuda itu langsung melajukan motornya keluar dari komplek perumahan Melody, melaju mengitari padatnya jalanan Kota Jakarta.
Tidak ada pembicaraan, keduanya benar-benar saling mendiamkan satu sama lain. Antara memang tidak ada yang harus di bahas, atau mereka canggung untuk saling menanyakan kabar satu sama lain.
Ini adalah kali pertama Dylan mengajak Melody ke rumahnya. Tetapi Melody pernah bertemu dengan Mamanya Dylan waktu itu di rumah sakit, sementara untuk Papanya Dylan? Dia belum pernah bertemu sama sekali, pernah di stasiun televisi saat Papanya Dylan mendapatkan penghargaan yang entahlah, Melody melupakannya.
"Udah sampe," kata Dylan, motornya berhenti di depan pagar rumah berwarna emas yang menjulang tinggi.
Melody turun dari motor Dylan.
"Ngapain lo turun?" tanya Dylan dengan kerutan jelas di dahinya.
"Mau buka gerbangnya," jawab Melody polos
"Ck," Dylan berdecak, "ada satpam yang bukain."
Benar seperti apa yang dikatakan oleh Dylan, tak lama dari situ ada satpam yang membuka pintu gerbang rumah Dylan. Karena Melody yang sudah turun terlebih dahulu, membuat dia harus berjalan masuk ke dalam rumah Dylan. Halamannya luas, dan rumahnya pun besar. Tidak salah jika Dylan merasa bahwa dia mempunyai segalanya.
Dylan anak tunggal, mempunyai keluarga yang benar-benar kaya raya itu membentuk sifat Dylan yang egois. Kasih sayang orang tuanya tidak pernah terbagi, mungkin itu alasannya Dylan bersifat seenaknya sendiri. Anak tunggal, yang kesepian dan mencoba menarik perhatian orang-orang untuk memperhatikannya.
Kedua darah muda itu berjalan beriringan menuju pintu utama rumah pemuda itu. Saat pertama kali Melody melangkah masuk ke dalam rumah, dia sudah di sambut oleh wanita yang tak pernah berubah sejak terakhir kali Melody bertemu dengannya.
"Halo Melody, apa kabar?" sapa Elena dengan senyuman ramah.
Melody membalas senyuman itu, "Kabar baik Tante, Tante apa kabar?"
"Sama, baik Tante juga. Kalian mau latihan nyanyi, kan?"
"Tante tau?" Melody balik bertanya, heran.
Elena mengangguk, "Tau dong, Anna yang kasih tau Tante kemarin saat dia ke rumah sama Angga, main sama Dylan katanya kangen kaya dulu main bareng. Yaudah, Tante tinggal dulu harus nyusul Om di acara amal. Baik-baik ya Lan."
"Iya Ma," jawab Dylan dengan anggukan kecil.
"Iya Tante, hati-hati."
Setelah kepergian Elena, Melody melihat banyaknya lukisan dan foto yang terpajang di rumah Dylan. Ada foto keluarga di sana, di pajang dengan sangat besar, lalu selain itu ada foto keluarga besar Dylan juga, Melody mengenali ada Anna disana.
"Yuk," ajak Dylan yang melangkah lebih dulu menuju lift. Gila! Rumah atau Mall? Ada lift segala.
"Bella waktu itu sering kesini, karena susah dia kan pake kursi roda, jadi Papa bikinin lift buat dia supaya gampang," kata Dylan seolah mengerti apa yang jadi pertanyaan di benak Melody, sementara Melody hanya beroh ria.
Pintu kamar Dylan terbuka. Begitu rapi, tata letak perabotannya di tata sedemikian rupa. Tak heran, pemuda itu kan perfeksionis. Lalu Dylan memberikan print out lirik lagu yang akan mereka nyanyikan, beberapa camilan, gitar serta piano yang ada di sudut kamar.
"Tandain bagian mana yang mau lo nyaniin," pinta Dylan
Melody mengangguk mengerti. Dia duduk di karpet dengan meja kecil di depannya, membaca perlahan lirik demi lirik. Dia sudah tau bagian mana saja yang akan dinyanyiikannya nanti, namun ini lagu duet, jadi dia harus menerima saran dari Dylan juga.
"Kak Dylan juga tandain mana lirik yang ingin kak Dylan nyanyiin," ujar Melody
"Gue gampang. Tinggal sisa lo aja."
"Gak bisa gitu dong, ini lagu duet lho kak."
Tak mau berdebat lebih panjang lagi, Dylan duduk di sebelah Melody. Ikut membaca bagian lirik lagu itu dan memberi masukan bagian siapa dan siapanya, sementara Melody menandai dengan pulpen yang ada di tangannya. Karena jarak mereka yang cukup dekat membuat debaran jantung keduanya terasa begitu kencang, entah, mungkin karena canggung. Sudah lama tidak berada dalam jarak sedekat itu.
Untuk melepas kecanggungan yang ada, Dylan membuka ponselnya dan ada pesan masuk yang dikirimkan oleh Anna.
Anna
Lo nanti anterin Melody balik kan?
Y
Baguslah
Gue kan yg jmpt jd gue yg atr dia plg
Semoga aja lo bisa balikan ya? wkwk
Ini doa gue lho wkwk
Bd
Pap Melody dong lagi apa
Dylan melihat ke arah Melody, ternyata dia sudah duduk di atas sofa dan memainkan ponselnya dengan serius, entah sejak kapan gadis itu berpindah posisi. Dylan menyalakan kamera ponselnya dan memotret orang yang ada di depannya
HEHE MELODY CANTIK YA LAN?
"Ingatkan kah dirimu yang pernah menyakiti aku..."
Suara itu menginterupsi Dylan yang tengah berbalas pesan dengan Anna. Kini fokusnya tak lagi roomchatnya dengan Anna, melainkan gadis yang berada di depannya ini.
"Kau kecewakan aku, tapi ku maafkan salahmu." Melody belum sadar, jika Dylan memperhatikannya sedari tadi, terbukti dia masih melanjutkan lirik lagu selanjutnya.
"Kini berganti kisah ku menyakiti dirimu, tapi apa yang terjadi kau meninggalkanku. Izinkan aku untuk terakhir kalinya, semalam saja bersamamu, mengengang asmara kita."
Setelah lirik itu, Melody berhenti, namun fokusnya tetap sama ke arah ponsel yang masih ada dalam genggamannya.
"Dan akupun berharap, semoga kita tak berpisah dan kau maafkan kesalahan yang pernah ku buat."
Itu bukan suara Melody melainkan Dylanlah yang melanjutkan bait lagunya. Barulah Melody mengalihkan tatapan dari ponselnya dan berganti menoleh ke arah Dylan dengan raut wajah terkejut.
"Lanjutannya, kan?" smirk kecil keluar dari sudut bibir Dylan, "Itung-itung latihan, lanjutin."
"Ingatkah kan dirimu yang pernah menyakiti aku," suara Melody masih terdengar sumbang, dia canggung, namun dirinya tetap melanjutkan lirik lagu selanjutnya dengan santai, "Kau kecewakan aku tapi ku maafkan salahmu, kini berganti kisah ku menyakiti dirimu, tapi apa yang terjadi, kau meninggalku."
"Izinkan aku, untuk terakhir kalinya, semalam saja bersamamu, mengenang asmara kita. Dan aku pun berharap, semoga kita tak berpisah dan kau maafkan kesalahan yang pernah ku buat." Dylan melanjutkannya dengan nada sempurna, tanpa cacat.
Kini kembali giliran Melody menyanyikan bait selanjutnya.
"Mengapa kau begitu mudahnya..." lirik ini pikir Melody, dia tidak bisa berhenti, namun lirik selanjutnya membuatnya ragu untuk menyanikannya.
"Berpikir hanya dalam waktu yang sekejap mata." Tepat seperti dugaan Melody, kali itu Dylan menatap ke arahnya, tak berpaling ke arah lain sama sekali.
"Ku tau hanya bibirmu yang bicara. Tapi hati kecilmu, masih mencintaiku..."
Dylan tersenyum kecil setelah lirik terakhir itu dan dibalas senyuman lagi oleh Melody. Mencairkan kecanggungan yang ada, membuat mereka menikmati menyanyi bersama di reffrein terakhir.
"Izinkan aku untuk terakhir kalinya semalam saja bersamamu mengenang asmara kita dan akupun berharap semoga kita tak berpisah dan kau maafkan kesalahan yang pernah ku buat. Oh... izinkan aku untuk terakhir kalinya semalam saja bersamamu mengenang asmara kita dan akupun berharap semoga kita tak berpisah dan kau maafkan kesalahan yang pernah ku buat."
***
TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA CERITA MELODYLAN
LAGU YANG DISARANKAN OLEH FATHUR :
1. REZA ARTAMEVIA - BERHARAP TAK BERPISAH (karena reffreinnya sangat masuk dengan tema reuni mereka 'izinkan aku untuk terakhir kalinya, semalam saja bersamamu mengenang asmara kita')
2. MELLY GOESLAW FT ARI LASO - JIKA (Lagu ini mengingatkan mereka yang berpisah namun hati mereka tetap berdekatan 'Jika teringat tentang dikau jauh dimata dekat dihati')
3. FIERSA BESARI - WAKTU YANG SALAH (Terkadang mereka jatuh cinta namun dipertemukan dalam waktu yang salah)
4. REWRITE THE STARS (PENGEN AJA AKU LAGU INI HAHAHAHA)
OH IYA ADA TAMBAHAN SATU LAGI.
LAGU KELIMA.
5. DEVANO FT AISYAH - TEMAN CINTAKU (REQ PALING BANYAK DARI READERS)
***
Menurut kalian, sudah paham arti dari blurb "kesalahan manis yang dirahasiakan?"
***
WITH LOVE, ACI ISTRI SAH DAN SATU-SATUNYA OH SEHUN