Catatan : Kok ada Louis? Kok sedikit berbeda? Namanya juga, revisi. Jadi, kalian harus baca ulang yaaaa, biar ga bingung nanti.
***
NOW PLAYING | Dygta - Cinta Aku Menyerah
SELAMAT MEMBACA CERITA MELODYLAN
BAGIAN TIGA
Seharusnya melihatmu tersenyum aku bahagia, tapi entah mengapa kini aku merasakan luka saat kamu tersenyum. Mungkin, karena alasan kamu tersenyum itu dia.
***
"GIMANA kuliah di negara oramh lain? Nyaman? Betah? Apalagi lo Lan, gak pernah balik-balik, betah amat di negara orang." Tanya Angga, kepada Liam dan Dylan, meskipun tujuannya hanya untuk Dylan.
Dylan menatap ke arah Angga sekilas, "Karena ada alasan yang membuat gue nyaman tinggal disana," jawab Dylan
Melody ingin tidak mendengar semuanya, tapi percuma karena dia duduk tepat di samping Dylan. Melody hanya diam, perlahan-lahan lukanya kembali muncul ke permukaan dan terasa sakit. Luka yang di sebabkan oleh Dylan, dan kini di buka kembali oleh orang yang sama.
Tidak ada yang bisa menyembuhkan luka itu, kecuali si pembuat luka itu sendiri. Kini, Melody tak perlu lagi menunggu karena penantiannya selama ini telah sia-sia. Dylan telah menemukan penggantinya yang baru.
Dylan mengcek ponselnya, membacanya sekilas. Melody mati-matian mengarahkan tatapannya ke arah lain, dan berusaha untuk tidak menangis di depan Dylan.
"Alice berubah pikiran ternyata, dia nyusulin gue kesini, bentar ya." Dylan bangkit berdiri dan menjemput Alice yang sudah ada di depan kafe, tadi Dylan memang menyuruh Alice untuk datang kesini. Dylan merindukan Alice.
"Tunggu sebentar lagi, jangan pergi. Kalau lo pergi lo kalah dari Dylan," ujar Kate, "Mel, tunjukkin kalau setelah di tinggal sama dia lo baik-baik aja." Kate berusaha menguatkan Melody agar tidak pergi begitu saja, karena kalah dengan perasaannya.
"Lagipula sekarang udah ada Louis, kan?" Kate berusaha mengingatkan.
Ah, Melody melupakannya. Pacar macam apa dia, jika Louis tau, pasti dia kecewa pada Melody. Dan akhirnya dia menyakiti perasaan Louis, padahal itu satu-satunya yang tak ingin Melody lakukan. Menyakiti perasaan seseorang yang mencintainya.
Melihat ekspresi Melody seperti sekarang, sepertinya Kate tahu harus melakukan apa. Dia membuka ponselnya dan mengirimkan pesan kepada Louis. Kate sengaja, dia ingin tahu reaksi Dylan saat mengetahui Melody sudah punya pacar.
Sejujurnya Kate dan teman-temannya tidak mengerti mengapa Dylan bersikap seperti ini, menunjukkan bahwa dia telah melupakan Melody dengan mudah, bersikap kurang ajar dan terus menerus menyakiti perasaan Melody.
Benar saja Dylan kembali, dengan seorang perempuan yang sangat cantik, rambut coklatnya panjang bergelombang, sepertinya mereka berdua sangat pas dan cocok. Alice bisa terlihat seimbang dengan Dylan.
"Alice, kenalin ini teman-teman aku," ujar Dylan seraya mengenalkan pacarnya, Melody terfokus ke tangan Dylan yang di selipkan di pinggang Alice.
Dylan benar-benar mencintai Alice, karena pelukan itu sebagai tanda kepemilikan. Melody telah kalah sekarang, dia menyerah.
"Alice, salam kenal semuanya. Alice tersenyum ramah, kemudian Dylan mengambil kursi dan menyuruh Alice duduk di sebelah Melody sedangkan Dylan di kursi yang baru.
Anna, Kate, dan Jane tidak mau menatap Melody dia takut kasihan dan lepas kendali, memarahi Alice karena datang tanpa di undang dan menghancurkan segalanya. Alice tidak tahu apa-apa, jadi mereka lebih baik menghindari masalah ini.
"Sayang, kamu belum kabarin Bella kalau kamu balik ke sini ya?" tanya Alice kepada Dylan
Panggilannya menjijikan, Melody bangkit berdiri dari tempatnya lalu dia pamit izin ke toilet sebentar. Perasaannya terluka lebih dalam lagi, Melody pikir Dylan hanya akan memanas-manasi dia dengan membawa pacarnya, namun ternyata salah. Dylan memang benar-benar mencintai Alice, bahkan dia tersenyum begitu hangat kepada Alice. Senyum yang dulu pernah Melody dapatkan hanya untuknya.
Senyum Dylan itu langka, dia hanya memberikannya kepada orang-orang yang memang berarti untuknya.
Melody menatap dirinya di cermin, kemudian dia mengusap air matanya yang terjatuh. Kate benar, jika Melody kalah begitu saja. Dylan akan merasa menang, tapi mengapa perasaannya terluka dan terasa sakit.
Setelah beberapa menit berada di toilet, Melody memutuskan untuk kembali ke tempat mereka. Karena, pembahasan tentang reuni saja belum selesai. Namun, saat Melody kembali sudah ada Louis disana. Melody cukup terkejut, dia mengabsen semua teman-temannya, Jane dan Anna menggelengkan kepalanya, sementara Kate tersenyum sambil mengedipkan sebelah matanya.
Apa yang akan terjadi sekarang? Ah Kate membuatnya begitu rumit sekarang. Melody belum siap menjelaskan semuanya kepada Louis, dia hanya tahu kalau Melody pernah berpacaran dengan orang yang namanya Dylan san Louis tidak pernah membahasnya sama sekali. Jelas saja, dia tidak ingin terluka.
"Kamu--"
"Kate yang nyuruh aku dateng by, kamu keberatan?" Louis langsung memotong ucapan Melody yang belum selesai.
Mendengar ucapan Louis barusan Melody merasa bersalah, lalu dia menggeleng dan tersenyum.
"Aku cuma nanya, aku pikir kamu masih latihan Basket," ucap Melody
"Suasananya jadi panas gini ya, gue butuh AC nih 5 biji," ujar Arsen yang melihat Melody, Louis, Alice, dan Dylan duduk sejajar berempat.
Namun, tidak seperti harapan Kate. Dylan sepertinya tidak peduli dengan kehadiran Louis, dia hanya mengobrol dengan Alice dan terkadang dia terkekeh pelan mendengar ucapan Alice. Mereka seperti menyulap kafe ini hanya untuk berdua.
"Kita bahas masalah reuni aja. Jadi gue sama Anna kepikiran buat bikin reuni gitu. Terus acaranya sih gue pengin non resmi gitu, buat have fun aja. Kita kan beda-beda angkatan, jadi kalian kabarin aja di grup angkatan kalian, siapa aja yang mau datang dan mau jadi panitia." Angga memulai diskusi tentang alasan mereka berkumpul disini, sekaligus untuk meredakan kecanggungan yang ada.
"Yap, ide lo bagus, mending non resmi biar nanti bisa bebas disana." Kate merespons dengan senang hati, dia sumringah.
"Lo mau ngapain pengen bebas? Mabok-mabokan? Pake baju kurang bahan? Jadi, selama gak ada lo melakukan hal apa aja?" Liam jadi ngegas saat mendengar ucapan Kate barusan.
"Kalau gue melakukan hal aneh-aneh, mami udah bilang sama lo Li!" Kate sebal, karena Liam selalu saja seperti itu, tidak berubah dari masa SMA.
"Meskipun ini acara non resmi, kita tetep harus nyusun kepanitiaannya biar acara ini terlaksana sesuai kemauan kita. Gue mau nyalonin jadi ketua pelaksana dan Anna jadi wakilnya, ada yang keberatan? Gue juga udah kepikiran sih kalian ada di divisi apa, cuman biar gue gak terlu mengatur, kalian bebas pilih divisi apa aja semau kalian."
"Gue sama Liam kreatif dan pubdok, nanti gue yang ngatur dekorasi, banner, pamflet dan dokumentasi. Soalnya gue ada banyak kenalan potografer juga sih." Kate langsung menyambar dan mengajukan dirinya sendiri dan selalu saja membawa Liam, dan Liam hanya pasrah aja.
Angga mengangguk, selera Kate dan Liam memang harus di acungi jempol. Selain dari Kate tidak ada yang mengajukan diri lagi, terpaksa Angga harus mengambil tindakan, dengan menunjuk seenak jidatnya sendiri.
"Jane lo acara." perintah Angga, Jane hanya mengangguk, "Melody lo bendahara deh berhubung lo anak akuntansi." Angga menatap Dylan, "Lo logistik Lan, tinggal tanya yang lainnya butuh apa aja, lo siapin. Arsen dan Gery, kalian bagian konsumsi." Gery dan Arsen bahagia, karena mereka konsumsi, kombnasi yang sempurna. Arsen yang jago masak, sedangkan Gery yang doyan makan. Lalu Angga menatap ke arah Kate, "Kate, lo bisa hubungin Andre? Suruh dia bantuin Jane di acara."
Kate mengangguk, Andre tidak datang karena tengah pulang kampung dan lusa dia baru akan balik lagi ke Jakarta.
"Mel lo masih kabar-kabaran sama Fathur, kan? Kasih tau dia langsung reuni ini ya, suruh dia bantu-bantu juga," ujar Angga
Melody mengangguk, dia masih menjalin komunikasi yang baik dengan Fathur dan Dylan menoleh ke arah Melody saat mendengar nama Fathur disebut. Sepertinya ada yang mengganggu pikiran Dylan tentang Fathur.
"Iya kak, nanti aku kabarin kak Fathur."
Setelah masalah kepanitiaan selesai, mereka makan di traktir Dylan. Melody ikut makan, dan makanan yang di pesan Melody dan Dylan menu yang sama, mereka menyebutkan makanannya berbarengan. Melody langsung mengalihkan tatapannya ke arah Louis dan tersenyum, begitupula dengan Louis. Louis merasa ada yang cukup aneh dengan sikap pacarnya itu, mungkin karena Dylan adalah mantan pacar Melody. Louis tidak ingin tau masalah mereka berdua itu bagaimana dan seperti apa.
Namun sepertinya, Melody masih belum melepaskan Dylan sepenuhnya. Dia masih terlihat canggung dan sedih dari raut wajahnya, seperti ada yang dia tahan untuk tidak diketahui orang lain. Tetapi Louis tau, dia mengerti akan perubahan itu. Meskipun dia tidak ingin berpikiran negatif terhadap Melody, karena yang terjadi hanya akan menyakiti perasaannya.
"Ga, kalau Alice ikut gimana? Gue ikut kalau Alice ikut," kata Dylan
"Lan ini kan acara kamu, aku gak apa-apa. Kamu bersenang-senang sama teman-teman kamu, kan udah lama juga." Alice menatap Dylan, dia tidak suka jika Dylan bersikap berlebihan seperti ini.
"Kita udah mau tunangan Alice, dan aku gak mau kita salah paham nanti. Siapa tau akan ada masalah kan?" Dylan kembali menatap Alice, senyumnya melebar. Alice kalah dan lemah jika sudah di tatap seperti oleh Dylan, Dylan memang tau kelemahan Alice.
Ternyata Dylan dan Alice sudah sampai tahap serius seperti itu, mungkin ini alasan yang jelas Dylan melupakannya.
Dylan seperti sengaja mengatakan hal ini di depannya, Melody menundukkan kepalanya, namun ada satu tangan yang kini ada di bahunya. Melody melirik ke sampingnya, tangan Louis.
"Jangan nunduk, ada aku, jangan sedih dia udah bukan siapa-siapa," ujar Louis
"Maaf," ujar Melody tanpa suara, namun Louis hanya mengangguk dan tersenyum.
Kalimat itu begitu mudah diucapkan oleh Dylan. Dylan menghancurkan semuanya, padahal dulu mereka akan adalah pasangan bahagia, seperti tak menyakiti saat Dylan mengatakan itu seolah Melody tidak pernah menjadi bagian besar dalam hari-hari Dylan.
"Panas banget, ini ac gak jalan kali ya. Yam tiupun gue dong, kegerahan nih berasa mau meledak panas banget." Kate mengipas-ngipas dirinya sendiri dengan tangan, Liam hanya menggelengkan kepalanya karena tau maksud dari ucapan Kate barusan.
Kate memang berlebihan jika ada orang yang menyakiti perasaan temannya, contohnya saja Angga saat dia menyakiti Anna dia adalah tim sukses Anna dan memarahi Angga ini dan itu, Kate peduli dengan teman-temannya. Liam memakluminya, karena menurut Liam, Dylan salah melakukan ini di depan Melody.
"Oke deh Lan, lo boleh ajak Alice." Angga terpaksa mengiyakan permintaan Dylan barusan, padahal Angga punya rencana kalau dia akan membuat Dylan berurusan dengan Melody. Logistik akan membutuhkan dana, mau tidak mau dia akan meminta kepada keuangan. Tapi, kalau Alice ikut semua rencana Angga gagal.
"Kalau gitu Louis ikut aja," ajak Kate, "kan Alice juga dari luar gak kenal sama sekali, jadi Louis bisa kok ikut," Kate tersenyum, "gapapa kan Ga? Alice juga gapapa tuh." Kate sengaja mengeja nama Alice menjadi 'alis' bukan 'eilis'.
"Oke boleh kalau dia mau ikut." Angga menyumpahi dirinya sendiri, maka acara reuni ini akan membebankan Melody. Semua orang yang terlibat dalam hidup Melody ikut dalam acara ini.
Maaf Melody sepertinya kali ini akan terjadi sesuatu dengan kehidupanmu nanti.
"Louis mau ikut emang Kate?" tanya Jane
"Gue usahakan kalau enggak ada kegiatan lain," jawab Louis
Ponsel Alice berbunyi, Alice mengakat teleponnya sambil berjalan pergi meninggalkan meja. Percakapan di sana hanyalah Kate yang bercerita tentang kejadian-kejadian lucu yang di alaminya, kemudian Jane yang mengatakan bahwa hubungan dia dan Musical semakin membaik. Melody dituntut bercerita pertemuannya dengan Louis oleh Arsen, dia hanya bercerita garis besarnya saja dan sesekali Louis ikut menceritakan, sementara Dylan, dia hanya diam saja seperti tak tertarik dengan obrolan mereka.
"Dylan, kayanya aku harus duluan. Mama kamu kabarin aku buat fitting baju," pamit Alice, lalu dia mencium pipi Dylan dengan lembut, "bye sayang."
Entah mengapa setelah Alice pergi, tiba-tiba Louis menerima panggilan dari Mamanya. Mamanya meminta Louis segera pulang, karena ada neneknya datang. Dia sempat mengajak Melody untuk ikut dengannya, namun Melody menolaknya karena dia tidak ingin mengganggu waktu Louis dengan keluarganya, lagipula dia juga masih dengan teman-temannya. Louis mengangguk mengiyakan, lalu dia izin pamit pulang duluan.
Setelah tak ada orang di antara Dylan dan Melody, Dylan menoleh ke arah Melody yang tengah menatapnya. Dylan tersenyum ke arah Melody, senyum yang berbeda, senyum yang membuat dada Melody sesak dan sakit.
"Cowok lo?" tanya Dylan
Melody terkesima dengan pertanyaan Dylan bahkan teman-temannya juga, lalu Melody mengangguk, "Iya."
"Mobil lo kosong Lan?" Angga kembali bertanya
"Kenapa?"
"Gue kan pasti balik sama Anna, Kate sama Liam soalnya Liam gak bawa mobil tadi dia naik gojek, terus Arsen sama Gery pasti berdua, Jane di jemput sama kakaknya. Karena Louis pulang duluan, Melody gak ada yang mengantar pulang, Alice juga gak ada kan?"
Dylan menghela napasnya perlahan-lahan, lalu dia menggeleng dan menatap ke arah Angga dengan tatapan sinis.
"Gue gak mau." Kata Dylan
"Nganterin doangan Lan, gue gak minta lo balikan, kan." Angga frontal mengatakan itu karena kesal dengan tingkah Dylan.
"Gue gak mau nganterin cewek lain saat gue udah punya pacar, bukannya Melody paham akan hal itu juga ya? Dia kan pernah sama gue dulu." Jawab Dylan datar sambil meminum minumannya sampai habis
Harga diri Melody hancur sekarang, lalu dia menatap ke arah Angga. Melody harus kuat, dia harus bisa melakukan hal yang sama seperi yang Dylan lakukan.
Jika Dylan bisa melakukannya, artinya Melody juga bisa melakukannya.
"Kak Angga tenang aja, aku bukan anak kecil lagi yang takut pulang sendirian. Sekarang banyak ojek online, taxi online, kenapa harus minta dianter sama kak Dylan?" kata Melody, lalu tatapannya beralih ke arah Dylan.
"Aku paham. Kak Dylan salah besar, aku sama sekali gak kepikiran buat duduk di mobil kak Dylan, kak Dylan gak usah merasa hebat karena telah berhasil patahin...," kalimat itu tertahan di bibir Melody, lalu air matanya turun. Melody membenci ini. Dia bangkit berdiri dan pergi dari kafe, meninggalkan tas beserta ponselnya.
Dylan tak sengaja melihat ponsel Melody yang dia taruh di atas meja, ponsel itu menyala karena ada pesan baru. Dylan melihat lockscreennya, itu foto Melody yang sedang menatap ke arah kamera sambil tersenyum. Dylan tahu akan foto itu, karena dia yang mengambil gambarnya.
***
BAB 3, gimana perasaan kalian? Campur aduk gak sih?
Terima kasih yang sudah membaca sampai chapter ini. Aku harap kalian akan menyukainya.
Follow instagram :
Asriaci13
With Love,
Aci istri sah dan satu-satunya Oh Sehun