Will You Ever Look at Me ?

By gsisoka

169K 12.3K 534

Tiba-tiba aku dapat merasakan chakra milik seseorang. Tapi sangat lemah. Tubuhku secara impulsif mengaktifkan... More

1
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15 : Epilog

2

14K 1K 65
By gsisoka

HINATA's POV

Aku terbangun dari tidur yang sangat nyenyak. Setelah meregangkan tubuhku, aku tersadar bahwa aku tidak berada di dalam kamarku. Melainkan di tempat terbuka dan di atas rumput tebal.
Aku mengusap kedua mataku untuk menghilangkan sisa air mata semalam.

Tiba-tiba aku menemukan jubah berwarna hitam menyelimuti tubuhku.

Aku terkesiap dan memelototi jubah itu seakan ingin menelannya, pikiranku diselimuti berjuta pertanyaan akan siapa ? mengapa ? kapan ? Sang empunya jubah menyelimuti tubuhku.

Kepalaku terasa sangat sakit akibat tertidur di atas rumput tanpa beralaskan apapun. Lalu aku berdiri dan mencoba mengumpulkan seluruh kekuatanku untuk berjalan, tak lupa aku juga membawa jubah itu pulang bersamaku.

💮💮💮

Sore hari...

Matahari sudah tergelincir di barat, menyihir langit menjadi lembayung raksasa yang bergantung di atas kepala. Aku bersiap untuk keluar dari rumah menuju surga kecil di pinggir sungai. Jujur saja sebenarnya aku merasa takut setelah kejadian kemarin malam, saat aku tertidur di sana seorang diri, lalu ketika terbangun, aku mendapati diriku sudah berselimut jubah berwarna hitam.

Tapi, hari ini aku harus kembali ke sana, karena aku harus mengembalikan jubah itu.

Alasan lain kenapa aku pergi ke sana pada malam hari adalah, agar aku dapat merenung sendirian lagi. Saat ini, aku merasa tak ada seorangpun yang dapat menghiburku. Aku hanya ingin sendirian di sana, dengan ketenangan bersama semesta.

Akhirnya aku sampai di tepi sungai itu, irisku berkelana menelanjangi segala sesuatu yang dapat aku lihat. Mencoba menemukan orang yang telah menyelimutiku saat aku tertidur di sana.

Tak ada seorang pun.

Angin membelai lembut wajah serta rambutku.

Aku duduk di atas rumput yang kemarin dia tiduri.

Aku memeluk jubah hitam itu, memeluknya tanpa bermaksud apapun. Karena aku butuh sesuatu untuk dipeluk. Aku butuh sesuatu atau seseorang untuk berbagi rasa sakit ini. Rasa sakit yang sudah membayangiku selama dua tahun setelah Naruto-kun menolak cintaku. Pria itu menganggapku hanya sebagai adik kecil yang harus selalu dilindungi.

Aku membenamkan wajahku di atas jubah hitam itu. Air mata terus mengalir tanpa bisa aku cegah. Bahkan sekarang aku tak ingin lagi menahan air mataku. Biar saja satu dunia tahu tentang kepedihan hatiku.

"Oi, jangan mengotori jubahku dengan airmata-mu."

Secepat kilat, tubuh tegap itu sudah berada tepat di sebelahku. Tatapan matanya sangat menakutkan. Aku mendongakkan kepalaku menuju asal suara itu. Aku sangat terkejut mendapati siapa yang berbicara. Satu detik kemudian, aku beranjak dari rumput dan berdiri. Aku sangat ketakutan.

"Su-Sumimasen Uchiha-san." Aku menundukkan kepalaku dan kalau aku tak salah dengar tadi, Sasuke mengatakan sesuatu tentang jubahnya ?

"Jubah ini adalah milikmu ?" Aku melihat jubah yang sekarang sudah basah oleh airmataku. Itu berarti, orang yang menyelimutiku malam itu adalah Uchiha Sasuke. Bagai disambar petir di siang bolong, aku hanya bisa berdiri pasrah. Masih tak mempercayai apa yang sedang terjadi.

Dengan cepat Sasuke mengambil jubahnya dari tanganku dan memakainya kembali. Lalu dia merebahkan tubuhnya di rumput dan menopang kepalanya dengan kedua tangannya. Dia memejamkan mata, tak menganggapku ada di sana.

"Arigatou Uchiha-san, maaf jika aku merepotkanmu." Aku sudah bersiap untuk membalikkan tubuhku dan berlari sekencangnya untuk pulang. Aku takut sesuatu yang buruk akan terjadi jika aku berlama-lama di sana bersama Uchiha Sasuke.

"Lupakan saja si bodoh itu." Sasuke membuka mulutnya.

Aku menghentikan langkahku. Sasuke sudah mengubah posisinya menjadi duduk.

"S-sumimasen Uchiha-san, aku tak mengerti apa yang kau bicarakan." Dengan takut aku menjawabnya.

"Lupakan saja Naruto bodoh itu." Ada jeda, "Dia yang membuatmu menangis sepanjang malam di sini kan?" Kalimat itu lebih tepat disebut pernyataan daripada pertanyaan.

Perutku seakan bergejolak, seperti menerima ratusan chidori tepat di ulu hatiku. Ngilu, mendengar seorang Uchiha berbicara seperti itu kepadaku.

"Memangnya kau tahu apa tentang perasaanku ?"

Sasuke tetap diam. Dingin. Tanpa ekspresi.

"Aku tahu."

Angin menerpa wajah dan rambut keduanya. Hinata memutar tubuhnya untuk melihat wajah pria bermata onyx itu.


💮💮💮


HINATA's POV

Ini tidak baik, ini benar-benar tidak baik.

Tubuhku bergerak sendiri. Lalu saat menyadarinya, aku sudah berakhir di depan gerbang mansion Uchiha dengan bento di tanganku.

Tidak. Tidak. Aku tak akan melakukannya. Aku berbalik dan berjalan menjauh dari mansion itu. Tapi, bukankah aku membuat bento ini untuknya ? Dia tinggal sendirian bukan ?

Kakiku berhenti dan memutar balik mendekati mansion itu lagi.

Ahh! Apa yang kau pikirkan Hinata ? kenapa sekarang kau jadi peduli bagaimana dia makan ? selama ini dia juga baik-baik saja dengan hidupnya yang sendirian.

Aku ingin berbalik lagi untuk meninggalkan mansion itu.

"Oi, apa yang kau lakukan ?"

Aku sangat terkejut sampai berteriak saat mendengar suara Sasuke yang sudah berdiri di atas atap gerbang mansionnya. Aku tak dapat menyembunyikan perasaan malu yang mungkin sekarang sudah berubah menjadi rona merah di wajahku.

"Se-sejak kapan kau disana ?"

"Baru saja." Jawab Sasuke acuh.

"Kau itu bodoh atau apa ? Jika ada seseorang yang melihatmu berkeliaran di sini, kau sendiri yang akan dalam masalah." Mata rinnegan itu seolah menelanjangi semua kepercayaan diriku. Aku menjadi sangat panik jika ditatap seperti itu oleh seorang pria.

"A-ano Uchiha-san, aku ke sini karena ingin memberikanmu ini, anggap saja ini sebagai ucapan terimakasihku karena telah menjagaku... Tidur... malam itu..." Ucapku lirih, tanganku meremas ujung pakaianku, aku sangat gugup setengah mati.

Aku memberikan bento itu secepat yang aku bisa. Tiba-tiba bento itu sudah berpindah tangan kepada Sasuke. Tanpa memikirkan apakah dia mau menerimanya atau tidak, aku sudah mengambil ancang-ancang untuk berlari secepat kilat.

"Tunggu..."

"Kalau Uchiha-san tidak menginginkannya, buang saja." Aku memotong kalimatnya dan berlari meninggalkannya di belakangku.

💮💮💮


Sudah tiga hari sejak insiden bento di mansion Uchiha.

Sejak saat itu juga aku tak pernah keluar rumah. Yang aku lakukan hanya membaca buku di kamarku, memasak atau merajut. Bola mataku berputar kesana dan kemari, mulai bosan dengan buku bacaan yang sudah aku baca sejak dua jam yang lalu.

Tiba-tiba aku mendengar suara kunai yang dilempar dan menancap tepat di dinding depan kamarku.

Aku terkesiap, buku yang ku pegang tergelincir ke lantai. Aku berjalan menuju jendela. Benar saja, itu adalah pesan kunai. Di gagang kunai itu terdapat secarik kertas. Aku mengambil dan melihat apa isi dari surat tersebut.

Terima kasih atas bento-nya

Apakah ini dari Sasuke ?

💮💮💮

Entah setan apa yang menggerakkan kakiku ke tempat ini lagi.

Saat aku sadar, aku telah duduk di atas rumput yang bergoyang tersapu angin sore.

Lembayung senja masih menggantung di ufuk barat. Benda bulat besar bercahaya itu mulai melepaskan partikel-partikelnya menjadi semburat oranye di angkasa.

Tempat ini mulai menjadi candu buatku.

"Hyuuga sudah mulai pintar mencuri tempat bersantai seorang Uchiha rupanya."

Suara itu...

"S-sumimasen Uchiha-san. Tapi setahuku tempat ini bukan punyamu." Aku berbicara dengan sangat kurangajar kepada seorang pembunuh di hadapanku. Entah kenapa, aku sudah tak merasa takut padanya.

Sasuke hanya diam dan mengambil tempat di sebelahku, dia merebahkan tubuhnya dan menjadikan kedua tangannya sebagai bantal untuk kepalanya. Matanya terpejam. Jarak kami hanya tersisa satu meter.

Benar-benar situasi yang sangat canggung. Ternyata bukan aku satu-satunya yang ingin menikmati sore disini.

Sunyi menyelimuti kami berdua.

Tak ada di antara kami yang membuka mulut untuk memulai pembicaraan.

"Yo Hinata, Sasuke, apa yang kalian lakukan disana ?"

Seperti disambar petir di siang bolong, kami terkejut bukan kepalang mendengar suara itu. Dengan gerakan lambat, aku dan Sasuke menengok ke belakang dan mendapati di sana sudah ada Shikamaru, Chouji, Lee, Kiba, Sai, Shino dan Naruto. Mereka sedang bersama-sama dan parahnya lagi, mereka menuju ke tempat kami berada saat ini.

"Apa yang kalian lakukan di sini ?" aku berusaha bersikap biasa saja namun aku tahu bahwa aku gagal. Apalagi di sana ada Naruto-kun yang semakin membuat jantungku berdetak tak karuan. Aku dapat melihat wajah para pria itu dipenuhi pertanyaan.

"Bukankah seharusnya kami yang bertanya itu pada kalian berdua ?" Shikamaru tersenyum simpul.

"Itu benar. Apa yang kalian lakukan di sini ?" Lee tak mau kalah.

"Hmm... Aku mencium sesuatu yang sangat mencurigakan." Kiba dengan wajah mengejek yang ia tujukkan kepada Sasuke.

"Ah ! Teme apa yang kau lakukan pada Hinata di tempat seperti ini ?" Naruto menunjuk-nunjuk wajah Sasuke.

Aku gelapagapan. Tak tahu apa yang harus ku katakan. Apalagi kehadiran Naruto semakin membuatku tak dapat berpikir jernih. Kepalaku terasa berputar. Saat panik aku sama sekali tak tahu harus mengatakan apa. Aku hanya diam dan gelisah. Pasti wajahku sudah sangat merah sekarang ini.

Tatapan mata mereka mulai berpindah. Yang tadinya menatap penuh curiga ke arahku, mulai menatap Sasuke. Yang dimintai jawaban memasang tampang tenang dan bergeming, tetap pada posisi tidur di atas rumput. Sikapnya sangat berbeda denganku. Bagaimana bisa dia setenang itu dalam situasi ini.

"Kami sedang kencan."

*hening*

...

...

...

"Hmmm..." Naruto semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Sasuke.

"Kencan ?" Kiba mengulangi kata kencan sambil melongo.

"Sasuke kencan dengan Hinata ? HAHAHA! Itu tidak mungkin-ttebayo !" Naruto tertawa terbahak-bahak dan diikuti dengan yang lainnya.

Wajah Sasuke mulai terlihat kesal.

"Apanya yang lucu ?" Tatapan itu lagi, tatapan membunuh yang sangat menakutkan.

Dengan kompak, mereka pun terdiam. Hening kembali.
Aku semakin salah tingkah dibuatnya.

"Ti-tidak... tidak seperti itu kok teman-teman..." Aku tak tahu harus melanjutkan kalimatku dengan apa lagi. Lalu hanya dapat tertunduk lemas.

Mereka terlihat berpikir keras, memegang dagu dan mengangguk-angguk.

"Baiklah, ayo kita ke onsen Teme, Hinata juga." Shikamaru melihat Naruto dengan tatapan -yang benar saja- entah bodoh atau apa, disaat seperti ini dia malah mengajak Sasuke ke onsen.

"Hn"

"Oi Sasuke, aku bicara denganmu !"

"Kalian pergilah, nanti aku menyusul." Sasuke mengubah posisinya menjadi duduk.

"Aahhh kau ini ! Kenapa tidak sekarang saja kita pergi ke sana bersama ?"

"Pergilah, atau kalian ingin aku antar dengan susanno'o milikku ?" Iris onyx-nya melotot, pertanda Sasuke sudah sangat gusar.

Gerombolan pria itu begidik ngeri. Melihat wujud susanno'o saja sudah sangat menakutkan, apa kabar jika harus digendong oleh monster ungu milik Sasuke sampai ke onsen ?

Kiba dan Lee menggelengkan kepalanya karena mambayangkan digendong oleh susanno'o sampai ke onsen.

"Ba-baiklah, kami akan pergi duluan. Jaa sasuke, Hinata." Lee menarik tangan Naruto agar dia segera menyingkir dari sana.

"Oi jangan Tarik aku ! Hinata, kalau sasuke berbuat jahat padamu beritahu aku yaa ! Akan kuberi pelajaran pada si teme itu-ttebayo !" Naruto berteriak-teriak, suaranya semakin tak terdengar karena mereka akhirnya pergi.

Aku membuang napas lega.

"Si usuratonkachi itu, benar-benar berisik !" Sasuke menghempaskan tubuhnya di atas rumput dengan kesal, matanya terpejam lagi.

"Ano, Uchiha-san, kenapa kau mengatakan hal itu kepada mereka ?" Aku memberanikan diri untuk bertanya padanya.

"Memangnya apa yang sedang kita lakukan sekarang kalau bukan berkencan ?" Sasuke menjawab seenaknya dengan tatapan acuh.

KENCAN ? AKU DAN SASUKE ?

💮💮💮

Continue Reading

You'll Also Like

143K 14.3K 36
[Canon] Setelah perang dunia shinobi ke - 4 berakhir, seorang gadis bermarga hyuga menemukan seorang uchiha terakhir terbaring dalam keadaan yang me...
32.5K 2.9K 22
|fanfic||canon||tamat| sebuah takdir konyol yg membuatnya harus hidup dengan penuh penderitaan tak membuat Hinata Hyuuga menyerah begitu saja. Akan...
167K 15.5K 18
Naruto Milik Masashi Kishimoto. SASUHINA CANON! [COMPLETED] Kau segalanya.
97.4K 9.4K 23
Tentang kita, dan dunia yang kita tinggali. Aku yakin bahwa segala sesuatu yang ditakdirkan bertemu, pasti akan bertemu. Selebihnya hanya masalah jal...