Only Hope

By Camilaaz_

48.3K 5.1K 2.7K

"Bisakah aku menjadi - KAMU- untukmu? Sebagai orang pertama yang menjadi maksud pikiranmu." Kalimat itu, ada... More

Prolog
The beginning-part 1
Story of class- part 2
Why- part 3
Picture??- part 4
Last MPLS!- part 5
Begin!- part 6
Choice- part 7
Miss him!-part 8
Good news- part 9
Line!-part 10
Him-part 11
Meet- part 12
The place- part 13
Really?- part 14
About you- Part 15
Run- part 16
A beautiful day -part 17
Fake- part 18
Telling the truth- part 19
Free- part 20
Miscommunications- part 21
Lockers - part 22
Modus- part 23
First greet- part 24
Again - part 25
Prepare - part 26
Miracle - part 27
Thank you - part 28
Lucky day - part 29
Change (1) - part 30
Change (2) - part 31
Peka? - Part 32
Almost - Part 33
A Problem - Part 34
Mean - Part 36
Focus- Part 37
This's Over? - Part 38
Wrong Opinion - Part 39
For Reset - Part 40
Part 41

Letter - Part 35

852 60 56
By Camilaaz_

Langit kamar adalah satu-satunya pemandangan yang kulihat saat ini.

Pikiran yang sejak tadi memaksa sudut bibirku untuk melengkung tinggi, terus berputar.

Aku memikirkannya.

Dan aku membayangkannya.

Kuambil bantal yang sejak tadi menopang kepalaku dan ku tenggelamkan wajahku di sana.

Aaaaaaaaa.

Aku berteriak. Aku merasa akan meledak. Detak jantung ini ... Benar-benar menyiksa pernapasanku.

Aaaaaaaaa.

Oke. Stop.

Kulihat jam weker di atas nakas yang bersebelahan dengan tempat tidurku.

Pukul 01:23 wib.

Bagus. Ini sudah lewat tengah malam dan mataku masih terbuka lebar.

Aku terbangun dan duduk senyaman mungkin. Memandangi jaket varsity warna navy yang tergantung sempurna di belakang pintuku.

Oh my god.

This's reality?

Aku mulai meremas gemas bantalku lagi seraya menahan teriakan yang bisa mengganggu seantero rumahku.

Aku merebahkan kembali kepalaku di atas kasur yang kurasa sangat empuk.

Hey, lo harus tidur! Apa Ka Albyan harus punya kesempatan buat liat mata panda jelek lo itu?!

Seketika monologku bermain. Aku mengangguk-angguk setuju, lalu memaksa mata untuk terpejam.

1 detik...

2 detik...

3 detik...

Sial. Aku tidak bisa tidur.

Kubuka mata dan sekilas berpikir.

Oh! Mungkin ini bisa membantu.

Aku beranjak berlari lalu mengambil jaket Ka Albyan dan melompat ke kasur dengan jaket yang ku peluk erat.

Akhirnya...

Aku terpejam senang dan tertidur damai dengan perasaan nyaman di sertai senyuman lebar. Eummm.

*

"Ka, ini." Aku menyodorkan jaket itu dengan yakin.

Dia menerimanya.

"Makasih ya, Ka." kataku dengan tersenyum.

"Iya sama-sama," dia membalas senyumku.

Lalu setelah itu...

"Ih apaan nih?!" Dia melemparkan jaket itu kepadaku, "bau keringet! Iyuuhh. Cuci sana!" bentaknya dengan melotot.

Aku langsung memeluk erat jaket itu, lalu mencubit lengannya kencang.

"Aaaa sakit, Kei, sakittt." ringisnya.

"Rasain! Lagian lo berani-beraninya ngelempar jaket Ka Albyan." ujarku kesal, kemudian melepaskan cubitanku.

"Lagian sih, lo gak serius banget, Vel!" lanjutku kesal.

Vela hanya menggaruk kepalanya sembari nyengir. -anak ini emang gak bisa akting, err-

"Pake bilang bau keringet lagi." Aku mengendus jaket Ka Albyan, "eum, ini wangi banget anjir." gregetku.

"Haha iyaiya wangi kok. Sini coba gue cium lagi." pintanya.

Refleks, aku menjauhkan diri darinya, "Jangan! Punya gue nih." ucapku lalu memeletkan lidah menghadapnya.

Vela menaikkan sebelah sudut bibirnya, "Ihs, dasar."

Aku hanya terkekeh geli.

"Yaudah sono, kasih ke orangnya." suruh Vela.

Aku mendekat kembali, "Bentar dulu, gue belum latihan. Lo yang serius kek, kalo mau nolongin." kataku menyalahkannya.

"Lah Kei? Gue udah serius, tapi gue kan bukan Ka Albyan." jawabnya menarik urat, "gue gak tau gimana jadi Ka Albyan, tau!" tambahnya.

Aku menghela napas panjang.

Trinngggg- bel masuk berbunyi.

"Udah masuk, bye Kei!" Dalam sekejab, Vela lari meninggalkanku sendiri di kamar mandi.

Btw, sebelum membicarakan Ka Albyan, aku sudah mensterilkan ruangan ini dari para pengunjung agar bisa leluasa menyebut nama Ka Al-by-an. Hehe.

"Eh Vel, tunggu." Aku berlari keluar kamar mandi dan melihat punggung Vela yang sudah berlari jauh.

Buset dah, larinya kenceng amat. Kek di kejar apaan tau.

*
10:00

Sekarang aku berdiri di sini. Di koridor paling ujung lantai tiga.

Aku merasa ragu untuk melangkah. Pasalnya, koridor ini benar-benar penuh dengan kakak kelas.

Aku malu.

Apalagi saat beberapa kelompok kakak kelas yang duduk menghalangi jalan melirik-lirik ke arahku.

Itu membuatku tidak nyaman.

"Nanti aja kali, ya?" gumamku seraya melihat jaket yang ku tenteng.

"Dek, mau lewat? Lewat aja." ujar salah satu cowok yang duduk di sana.

Aku mengangguk ragu dengan tersenyum malu.

Cowok itu berdiri, "Kita gak gigit kok. Lewat aja, silahkan~" lalu tersenyum dan bertingkah seolah memberi jalan untuk seorang putri.

"Asique, eaaa haha." seru lainnya dengan tawa yang bergema di koridor.

Mereka ngeledek gue?

Aku mengumpat di dalam hati, tetapi hanya ekspresi malu yang bisa ku tunjukkan di hadapan mereka. Err.

Akhirnya aku mengurungkan niat untuk bertemu Ka Albyan dan pergi setelah tersenyum tipis dengan sangat ter-pak-sa.

"Yahh pergi, hayoloh~ bikin takut adek kelas lo, nyet."

Selagi menuruni tangga, aku masih bisa mendengar celoteh mereka di atas.

"Hm, dia bukan takut, tapi malu. Pasti mau pingsan liat senyum manis gue haha."

Najis.

Aku memandang jijik ke atas sembari berdoa agar Ka Albyan tidak segesrek mereka.

Saat aku ingin melanjutkan langkah menuruni tangga, tiba-tiba aku mendengar suara hentakan kaki yang sangat banyak dari atas.

Ternyata itu adalah segerombolan anak cowo yang berlari ke arah tangga.

"Misi-misi!"

"Awas woy!"

Ujar mereka seraya memberitahu siswa yang berjalan di tangga untuk bergeser.

Termasuk aku.

Aku menenggak lalu menyudutkan tubuhku di tembok.

Melihat banyaknya cowok yang berlari sembari berteriak, panik, tertawa di sertai dorong-dorongan.

"Jaga depan woy!"

"Tai! Si Rama lepas, njir!"

Kira-kira begitulah teriakan yang kudengar.

Yang aku tahu, saat ini mereka sedang bermain tangkep-tangkepan atau apalah itu namanya.

Aku geleng-geleng kepala dengan sedikit tersenyum, melihat segerombolan remaja yang bertingkah seperti anak kecil.

I think that's cute.

Tanpa ku sadari, ternyata aku mengenal salah satu dari mereka.

Itu Ka Albyan! Dia baru saja melewatiku.

Aku segera melangkah ke depan agar bisa melihat ke bawah, "Ka!" teriakku kencang.

Seketika waktu menjadi slow motion.

Aku memicingkan mataku. Merasa yakin kalau Ka Albyan mendengarku dan melirik ke atas untuk sesaat.

Tetapi,

Dia tidak berhenti.

Dan aku merasa terabaikan.

*

Aku menyusuri koridor lantai dua dengan langkah ragu.

Perasaanku kacau.

Aku sedikit sedih.

Diabaikan olehnya ... Itu sakit.

Tapi, hey! Mengapa aku harus sedih? Memangnya aku ini siapa, sehingga Ka Albyan tidak harus mengabaikanku?

Prak prak.

Aku menepuk-tepuk ke dua pipiku.

Berusaha menyadarkan, apa posisiku saat ini.

Dan itu membuatku semakin sendu.

Argh.

Oke, gak usah mikirin itu! Gue harus Positif thinking!

Semangatku sendiri.

Mungkin Ka Albyan gak liat gue...

Aku tersenyum.

Eh tapi, jelas banget kalo tadi dia liat gue!

Aku merenung.

Oh, mungkin dia punya penyakit mata. Sejenis min, picek atau mungkin ... katarak?

Aku sedikit terkekeh. Namun merenung kembali.

Khayalan bullshit!

Itu gak mungkin.

"Bodo amat ah!" umpatku kesal di sertai hentakan kaki kencang.

Seketika semua mata tertuju padaku.

Memandangku dengan tatapan -apaan sih?!-

Karena malu, aku langsung menunduk dan mempercepat langkahku.

Kulihat hanya beberapa langkah lagi aku bisa sampai di pintu kelasku.

One, two, three.

"Aman~." Aku mengelus dadaku sambil bernapas lega di balik pintu.

Suasana kelas sangat sepi, kurasa akhir-akhir ini semua orang jenuh berada di kelas mereka sendiri dan memilih keluar untuk menyentuh suasana baru.

Bahkan sekarang aku hanya melihat Niken yang duduk di pojok dengan tatapan kosong.

Tunggu,

Wajahnya terlihat murung.

Aku segera menghampirinya dengan langkah pelan.

"Dorr!" ujarku untuk mengagetkannya.

"Astaga!" Aku berhasil, Niken terkejut hehe.

"Keira? Kebiasaan deh, lo!" katanya lalu menumpu wajahnya dengan tangan dan menghadap ke depan.

"Hehe, lagian lo bengong gitu. Emang lagi mikirin apaan, sih?" tanyaku sembari memasukkan jaket Ka Albyan ke dalam tas.

Niken hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, "Gak ada," katanya pelan.

"Kalo ada apa-apa tuh cerita, Ken. Biar hati lo jadi plong~." ucapku di sertai cengiran.

Hening. Dia terdiam lagi.

"Kei," Tiba-tiba Niken menghadap ke belakang, menatapku dengan sendu.

Melihat tatapannya itu, aku langsung beranjak, lalu menarik bangku Aurel untuk berada di sampingnya. "Hm?" sautku.

Saat ini aku siap mendengar apa yang Niken pikirkan.

"Menurut lo, gue berubah apa engga?" tanyanya.

Aku mengerutkan dahiku, "Berubah dalam hal apa nih?"

"Sikap atau apa gitu?"

"Emm ..." Aku berpikir, sedangkan Niken mulai melihatku serius, "Engga ada." jawabku dengan tersenyum.

"Serius?"

"Iya serius. Lo itu masih baik dan cantik kayak pertama kali kita ketemu hehe." ujarku semangat untuk meyakinkan sekaligus menghiburnya.

Niken melihatku sembari melipat tangannya di depan dada, "Oh, jelas dong. Gue emang cantik dari dulu." ucap Niken dengan mengibaskan rambutnya.

Aku pun memasang ekspresi jijik, "Gak usah over, please!" singkatku.

Niken menghentikkan kegiatannya, "Haha...." dan tertawa kencang.

"Jadi, kenapa lo nanya gitu?" tanyaku agar dia berhenti tertawa.

"Emm, kenapa yak? Gue juga bingung." jawabnya enteng sambil nyengir gak jelas.

Oke, sepertinya anak ini kurang asupan. Hm.

Aku membalikkan tubuhku menghadap depan, menyimpulkan jawabanku untuk pertanyaannya sangat tidak berfaedah.

"Oiyah, cie-cie yang abis ketemu gebetan," Niken menyenggol lenganku, "gimana? Lancar gak?"

"Gak." jawabku malas.

"Kok engga? Emang ken--" Niken menggantungkan kalimatnya, "Lah? Ini kenapa masih di sini?" tanyanya lalu, mengangkat tinggi jaket itu.

Aku menurunkan tangan Niken, "Gak usah diangkat begitu, Ken." lalu menaruhnya di belakang, tepatnya di mejaku.

"Yang punya gak peduli sama gue." Aku mengerucutkan bibirku.

"Lo ... gak dipeduliin?"

Aku mangut-mangut sedih.

"Diabaikan, gitu?" Kali ini aku mendengar suara Niken yang melemah.

Aku menoleh ke arahnya.

Aku melihat matanya, matanya memancarkan sinar kesedihan.

"Ya ampun Ken, kenapa jadi lo yang sedih?" ujarku bingung.

Niken mendongak ke atas, berusaha mengontrol air matanya yang sepertinya akan jatuh.

"Emm, haha, sedih gue denger lo di gituin." katanya sembari tertawa hambar. Ya, aku bisa mendengar itu sangat hambar.

Seketika aku mengingat sesuatu.

Kejadian di toilet kemarin,

Apa Niken sedih karena itu?

Karena penasaran, aku memutuskan untuk bertanya.

"Ken, kemarin lo--"

"Bu Ratna comeback everybody~ move! Move!" teriak salah satu temanku yang baru masuk dengan di ikuti setengah penghuni kelas yang berlari di belakangnya.

"Lah? Emang udah bel?" gumamku yang di balas kendikan bahu Niken.

"Balik-balik! Tempat gue nih." usir Aurel yang baru datang.

"Yeee, slow mba." jawabku yang di balas cengiran olehnya.

Akhirnya KBM pun di mulai.

Mendengar ocehan yang keluar dari mulut Bu Ratna, membuat penglihatanku menjadi berbayang.

Astogeh.

Gue ngantuk.

*

15:50

"Lo mau kerja kelompok? Ya ampun, Vel. Aturan lo tuh bilang dari tadi! jadinya kan gue gak nungguin kaya gini."

Celotehanku terus keluar, mengintimidasi Vela yang sejak tadi menutup ke dua telinganya dengan sengaja.

Aku merasa kesal. Pasalnya, sejak duapuluh menit aku menunggunya untuk menyelesaikan kelas tambahan yang di berikan wali kelasnya.

Dan dengan polosnya, dia menghampiriku lalu mengatakan 'Kei, gue mau kerja kelompok.'

Very annoying you know?!

"Iya iyaaa, maafin gue, Kei. Gue juga kaget pas inget tugas Biologi gue harus di kumpulin nanti malem," Vela menghela napas sesaat, "gue dikejar deadline, Kei." lanjutnya lemas.

"Ya harusnya pas lo inget, lo langsung line kek, Whatsapp kek, Dm kek atau--" Vela membekap mulutku yang membuat suaraku terdengar seperti cuitan seekor tikus.

"Sstt gue kan udah minta maaf, Kei!" ucapnya, lalu aku menyingkirkan tangannya paksa.

"Tetep aja, waktu gue terbuang sia-sia, tau!" cetusku.

Vela mencebikkan bibirnya, "Emm, oiyah! Dio kemana ya, Kei? Gue gak liat dia dari kemaren," ujarnya sambil terlihat berpikir.

Aku menghela napas kasar, "Gak usah ngalihin pembicaraan!" ceplosku jutek.

Mendengar itu, dia langsung tertawa kikuk.

Dan aku langsung mengalihkan pandangan darinya.

"NIH!" sebuah kunci Vela perlihatkan tepat di depan wajahku.

"Apaan nih? Gak perlu. Gue bawa motor." ujarku sembari mengibaskan kunci itu.

"Yee siapa juga yang mau ngasih lo kunci motor?!"

"Terus itu kunci apaan?"

"My locker~" jawabnya dengan menaik turunkan alisnya.

Aku memutar bola mataku malas, "Ck, kunci motor aja gue gak butuh, apalagi itu." kutunjuk kunci yang di pegang Vela lalu geleng-geleng kepala.

"Ini kunci bisa membawa lo ke arah kebahagiaan," Vela terkekeh sendiri dengan ucapannya, "gue bisa ganti waktu lo yang terbuang sia-sia." tambahnya dengan tersenyum lebar.

Sedangkan kerutan di dahiku mulai timbul.

"Vel ayooo," terdengar suara yang memanggil Vela yang membuat aku dan dia mencari sumber suara.

Ternyata itu temannya.

"Nih, lo buka loker gue," Vela memberikan kuncinya padaku, "terus lo liat isinya ada apaan."

Sebelum aku bertanya lagi, Vela sudah berlari menuju temannya.

"Nanti malem gue ke rumah, lo!" serunya dari kejauhan.

Aku hanya mengangguk tanpa mengharapkan balasan lagi.

Dan akhirnya aku pun pergi ke lorong loker dengan langkah yang malas.

"Awas aja kalo gak ada apa-apa, gue bacok tuh anak." umpatku sambil memutar kunci loker Vela.

Krek.

Dalam sekejab mataku berbinar melihat barang yang kini ada di hadapanku.

"YNWA! Kyaaa ... Jungkook ... V... Huahhh~" Aku memeluk benda itu sambil jingkrak-jingkrakan di tengah suasana lorong yang sepi ini.

Meneliti setiap bagian benda itu dengan teriakan histeris.

Aku selalu tidak bisa mengontrol kebahagiaanku saat melihat benda-benda yang berbau K-pop seperti ini.

Apalagi yang ku lihat sekarang adalah Album BTS di sertai poster, mini standee photo card yang membuatku ingin jungkir balik melihat ketampanan para suami. Wkwk.

Fangirl, lebay, alay, gesrek mode: on!

Aku mengambil ponsel di saku jaketku, saat benda itu kurasa bergetar.

New message from Vela.

Velorr: gimana? Gue udah di maafin? 😏
Velorr: gue gantiin noh yang lebih wow
Velorr: entar malem kita karaokean, oce!

Aku tersenyum melihat pesannya.

Keira: GUE UDAH MAAFIN!!!!
Keira: GUE DOA'IN LO BAHAGIA TUJUH
TURUNAN 😂😂
Keira: THANKS BEB 😘😘
Keira: GUE TUNGGU LO DI KAMAR 😉
Send.

Aku memang merasa sangat senang karena aku belum mempunyai album BTS yang satu ini. Alasannya? Karena tabunganku selalu habis untuk membeli accessories K-pop yang lain.

Jika kalian adalah seorang fangirl K-pop, pasti bisa mengerti perasaanku, dong? hehe.

Dengan segera aku memasukkan sumber kebahagiaanku itu ke dalam tas, tapi secara perlahan senyumku mulai menghilang.

Aku melihat jaketnya di sana.

Duh kenapa jadi sedih gini, sih?

Dengan cepat aku menyumpal album BTS masuk ke dalam tas dan menutupnya rapat.

Lo lebay, kalo lo masih sedih cuma gara-gara itu, Kei!

Aku menggelengkan kepala, lalu mengunci loker Vela kembali.

Sejenak aku menengok kanan-kiri dan hanya mendapati diriku seorang di sini.

Seketika bulu kudukku merinding.

Tempat ini terlalu sepi!

Aku bergegas pergi dengan langkah besar dan cepat, rasa takutku mulai menjadi, saat membayangkan film horor yang kutonton tadi malam.

Tap.

Tap.

Tap.

Karena tersadar akan sesuatu, aku menghentikan langkahku.

"Itu...," gumamku seraya mundur beberapa langkah.

Aku memiringkan sedikit kepala, lalu mengambil sticky note yang terselip di lokerku, "Surat?"

Kubaca dengan saksama dan hanya mendapati kalimat,

'FIRST MEET'

***

Wah wah wah surat dari siapa itu yaaa?

Penasaran? Penasaran?

Stay read~~~😉

P.s : Tolong kasih gue vomment, biar gue cepet update wkwk.

💞🙏🙏🙏💞

050717

#5K

Continue Reading

You'll Also Like

294K 17.6K 36
JANGAN LUPA FOLLOW... *** *Gue gak seikhlas itu, Gue cuma belajar menerima sesuatu yang gak bisa gue ubah* Ini gue, Antariksa Putra Clovis. Pemimpin...
2.6M 140K 62
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
932K 13.5K 26
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
2.7M 133K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...