Spring Rain (Yoona-Sehun)

De xohorat

12.7K 2.4K 551

[on going] ; Bahasa Indonesia Hidup bersama setelah 7 tahun tak membuat perasaan Yoona berubah pada suaminya... Mais

Pemeran
One
Two
Four
Five
Six
Seven

Three

1K 283 50
De xohorat

Somin menunggu teman se-apartemen nya dengan penuh kesabaran. Bahkan ia rela meminta managernya untuk menghentikan segala aktifitas dunia permodelannya khusus satu hari ini.

"Nona Jung, dokter Oh sudah datang dan ia menyuruhku membawa pasien keruang operasi."

Somin mengangguk dan menatap nanar pada gadis berusia 17 tahun yang terkulai lemah dengan mata terpejam. Gadis sebatang kara yang bertekad menjadi model setelah melihat dirinya. Ya, gadis itu adalah fans nya yang berusaha keras untuk masuk di agensi yang sama dengannya.

Hal itu membuat Somin prihatin karena sisi dirinya yang memang dikenal tak sungkan untuk membantu orang lain. Makanya dia dengan berbaik hati menyuruh gadis itu untuk tinggal diapartemennya daripada diasrama yang agensi sediakan.

Dua orang perawat yang tadi datang mendorong keluar ranjang rumah sakit yang ditiduri oleh Kim Jina. Somin mengikuti dari belakang.

Mereka tiba didepan ruang operasi dan para perawat menyuruhnya untuk menunggu diluar. Ia mendudukan diri disalah satu kursi yang ada dengan perasaan gelisah kepalanya menunduk untuk sekedar berdoa agar operasi jantung Jina berhasil.

"Somin?"

Gadis itu menoleh. Senyuman mengembangkan diwajahnya. Namun ia penasaran pada sosok yang berada digendongan Sehun.

"Sehun, dia..."

Sehun menurunkan Hanna dari gendongannya. "Namanya Hanna."

"ah jadi yang tadi siang menelponmu adalah gadis kecil ini ya. Hai, Hanna. Namaku Somin."

"Hai, aku Oh Hanna."

"Oh Hanna? Sehun...jadi kau sudah menikah dan ini anakmu?"

Sehun mengangguk. "Bisakah aku titipkan Hanna padamu selagi aku menjalani operasi?"

"Ya, aku akan menjaganya."

"Terimakasih. Hanna kau bermain dulu dengan Somin eonnie ya?"

"Tapi daddy jangan lama-lama ya."

"Ya, setelah ini kita akan pulang."

Sehun mengusap rambut Hanna yang sewarna dengan rambutnya. Dia pun memasuki ruang operasi untuk ketiga kalinya dihari ini.

"Hanna?"

"Ya."

"Berapa usiamu?"

"7 tahun tapi sebentar lagi 8 tahun."

Somin meringis. Ternyata selama dia fokus pada dirinya sendiri mantan kekasihnya itu sudah memiliki kehidupan baru. Tapi dengan siapa?

"Dimana Ibumu?"

"Mommy sedang sibuk."

Somin tersenyum kaku. Dia menyadari wajah gadis kecil itu sangat cantik bahkan lebih cantik darinya. Dan sebenarnya wajah itu mengingatkan Somin pada sosok senior dikampusnya saat ia mengambil jurusan desain mode.

"Kau sudah makan?"

"Sudah. Eonnie kenapa kau berpakaian serba hitam?"

"Karena aku artis."

"Artis? Apa itu artis?"

"Seseorang yang banyak bermunculan ditelevisi. Tunggu sebentar..." Somin membuka topi yang dikenakannya. "...Apa kau mengenaliku?"

Hanna menggeleng. "Eonnie cantik tapi mommy lebih cantik."

"Benarkah?"

"Iya. Apa ini? Kenapa eonnie memakai lipstik dipipi?"

Somin tertawa. Yang gadis kecil itu tunjuk adalah pipinya yang merona berkat blush on. "Aku suka memakai lipstik dipipi. Apa kau mau?" ia berniat menggoda anak kecil yang polos itu.

"Bukankah lipstik hanya dipakai dibibir? Mommy tidak pernah memakai lipstik dipipi sepertimu."

"Kalau begitu bagaimana jika Hanna bantu eonnie menghapus ini?"

Hanna mengangkat tangannya mengusap pipi Somin. Wajah gadis itu terlihat serius persis seperti ekpresi Sehun.

Kenapa perpaduan wajah Hanna didominasi wajah Yoona sunbaenim? Pikir Somin.

"Kenapa sulit sekali ya?" gumam Hanna.

"Kau harus mengusapnya seperti ini.."

Hanna tertawa merasa geli karena Somin mengusap pipinya dengan benda bulat berbulu yang menjadi gantungan kunci diponselnya.

"Hanna?"

Keduanya menoleh. Somin membulatkan mata melihat sosok seniornya mendekat. Ia juga terpaku pada kecantikan wanita itu yang masih sama seperti dulu.

"Mom?" panggil Hanna pada wanita cantik yang memberi tatapan bingung padanya. Sampai akhirnya Somin juga membuka mulut ingin mengeluarkan sepatah kata.

"Eonnie?"

oOo

Matanya tak berkedip menatap pada gadis berbadan langsing, wajah tirus dan cantik dihadapan Yoona.

Ia berpikir keras siapa gadis itu yang sudah memanggilnya dengan panggilan yang terbilang akrab. Eonnie.

Merasa kesulitan mengenali ia pun memilih menyerah berpikir. "Maaf aku tidak mengenalmu nona. Hanna ayo kita pulang."

Hanna menghampiri Yoona dan memeluk Ibunya yang hanya bisa sebatas perut. Gadis kecil itu menggeleng dalam pelukkannya.

"Aku mau tunggu daddy."

"Eonnie dia...maksudku Hanna adalah anakmu?"

"Iya. Maaf nona darimana kau tahu namanya dan kenapa dia bisa bersamamu?"

"Jadi eonnie menikah dengan Sehun?"

Yoona menyernyit. Gadis dihadapannya mengenali dirinya, Sehun dan juga Hanna.

"Siapa dia, Hanna?" tanyanya pada Hanna.

"Somin eonnie."

"Somin?"

"Apa eonnie lupa padaku? Aku Jung Somin. Gadis gendut yang selalu mengikuti untuk meminta bantuanmu."

Yoona memasuki pekarangan kampusnya. Ini tahun kedua ia berkuliah. Dua tahun lagi ia akan lulus dan mendapatkan gelar untuk menjadi seorang  desain Mode khususnya fashion tas.

Lorong kampusnya cukup ramai membuat Yoona sedikit kesulitan karena membawa sebuah gulungan besar bahan tekstil untuk praktek hari ini.

"Biar aku bantu, eonnie."

"Terim..astaga kau lagi."

"Aku tidak akan bosan mengganggu eonnie karena aku butuh bantuanmu untuk menyelesaikan tugasku dari dosen Park."

"Kau bisa minta orang lain."

"Tapi kau yang terbaik dijurusan ini."

"Aku sudah sibuk tolong jangan membuatku semakin sibuk."

"Sebentar saja eonnie.."

"Tidak. Kembalikan bahanku."

"Akan aku kembalikan jika eonnie mau membantuku."

"Sekali tidak ya tidak."

"Tolonglah.."

"Aku bilang aku sibuk dan tidak bisa membantumu atau siapapun."

"Eon..."

"Tidak! Sini..."

Yoona menarik paksa gulungan bahan tekstil itu. Tapi...

Srett

"akh!"

"Omo!"

Keduanya mendadak diam. Orang-orang yang memperhatikan mereka juga ikut terdiam.

Bahan tekstil yang diperebutkan itu sobek beberapa centimeter. Yoona panik karena ini adalah bahan tekstil yang sulit didapatkan.

Dia menarik kasar gulungan tekstil dan mulutnya terkatup rapat dengan rahang yang mengeras. Ia kesal hingga keubun-ubun berkat juniornya yang selama beberapa bulan ini selalu mengganggu dan memaksanya membantu padahal ia selalu menolak.

"Eonnie maaf aku...aku tidak sengaja."

"Jika kau memang merasa bersalah. Jangan pernah mengganggu atau muncul dihadapanku lagi!"

Yoona pun pergi meninggalkan gadis berbadan cukup gendut itu. Tidak ada orang yang berani mengusik Im Yoona sang peraih gelar nilai terbaik untuk kemampuannya juga wajahnya yang cantik bak dewi fortuna.

"Aku tidak mungkin lupa pada gadis yang selalu menggangguku."

Yoona memandang sarkastik pada Somin. Rupanya rasa kesal Yoona masih berdampak sampai sekarang.

Bagaimana tidak?

Berkat gadis itu praktek penting mata kuliahnya hancur karena ia kekurangan bahan untuk mengisi bagian dalam tas yang seharusnya dibuat 10 hanya bisa 8. Itu mengurangi nilainya dan Yoona tidak suka itu.

"Ternyata eonnie masih kesal padaku setelah bertahun-tahun lamanya padahal aku sudah keluar dari kampus itu sehari setelahnya."

"Apa kau baru saja mengatakan aku penyebab keluarnya dirimu?"

"Tidak. Bukan seperti itu..aku keluar karena ingin menjadi model. Aku fokus untuk melangsingkan badanku dengan pergi keluar negeri."

"Aku tidak bertanya. Hanna ayo sayang."

Yoona pergi sambil menggendong Hanna. Somin menghembuskan nafas kasar. Ternyata wanita yang ia kagumi karena bakat juga wajahnya itu masih sama dingin dan kasar seperti dulu.

Tapi dadanya terasa sesak mengetahui fakta bahwa sosok itu menikah dengan Sehun. Mantan kekasihnya yang ia putuskan demi mengejar impiannya menjadi model.

oOo

Sehun masih berjuang diruang operasi. Sebenarnya ini mudah ditangani mengingat pengalaman yang ia miliki. Hanya saja kali ini fokusnya sedikit buyar karena kelelahan.

Ia baru keluar operasi kedua pada pukul 8 sore. Operasi ketiga dilaksanakan pukul 10 malam. Seharusnya ia tidur lebih dulu tapi karena Ibu menelpon untuk menjemput Hanna yang menangis ia pun tidak bisa mengabaikan itu.

Keringat terus membasahi dahi Sehun yang langsung diseka oleh seorang asisten operasi yang bertugas menyeka keringatnya.

Hampir tiga jam lamanya berada didalam. Akhirnya Sehun mendapat sinyal detak jantung dari monitor yang terdengar normal.

"Dok, detak jantung sudah normal."

Sehun menghembuskan nafas lega. Ia melirik keatas dimana para senior menyaksikan operasinya.

Seorang senior mengacungkan jempolnya pada Sehun yang dibalasnya dengan anggukan selagi mulutnya tertutup rapat oleh masker biru.

Ia memberikan alat yang dipegangnya. Operasi ini hanya tinggal menjahit bagian dada yang disayat panjang.

"Selesaikan sisanya." perintah Sehun.

"Baik, dok."

Sehun keluar ruangan operasi utama. Ia segera membuka pakaian steril, masker juga penutup kepalanya yang semuanya serba biru kemudian dibuang kedalam tempat sampah.

Kini ia hanya berpakaian khusus operasi yang warna atas bawahnya juga biru. Pakaian seperti itu membuat ia mempertontonkan dadanya karena tidak memakai apapun lagi didalamnya.

Sehun melewati jalan berlorong sebelum ia benar-benar keluar dari area ruang operasi yang memiliki dua pintu.

"Somin, operasinya berjalan lancar. Hanya tinggal menunggu dia sadar."

"Syukurlah kalau begitu."

"Dimana anakku?"

"Dia dibawa pergi."

"Apa? Dibawa oleh siapa?"

"Ibunya."

"Baiklah. Aku pergi dulu."

"Sehun tunggu."

"Kau..menikahi Yoona sunbaenim?"

"Sunbaenim?" tanya Sehun yang terlihat lelah dan juga bingung.

"Kau ingat senior yang selalu kuceritakan dulu?"

Dua pasangan berbeda bentuk itu tidak perduli pada tatapan aneh disekitar mereka. Justru keduanya malah menikmati es kacang merah yang dimakan berdua.

"Sehun?"

"Ya."

"Lagi-lagi seniorku itu tidak mau membantu."

"Apa dia sepelit itu?"

"Sangat. Aku jadi kesal tapi untung saja dia cantik."

"Secantik apa dia?"

"Sangat sangat cantik.. Dia mirip dengan tipe gadis Sejun oppa."

"Hei..kenapa kau memanggil Sejun dengan oppa sedangkan aku tidak?"

"Aku tidak mau memanggil kekasihku sendiri oppa."

"Aish.. Menyebalkan."

"Menurutmu apa aku harus membujuknya terus?"

"Ya. Harus kau lakukan jika memang itu yang kau mau."

"Aku sangat ingin supaya nilaiku bagus dimata kuliah dosen Park."

"Kalau begitu lakukan saja."

"Hm..tentu. Kajja kita pulang."

Sehun mengangguk setelah mengingat percakapan di masa lalunya saat masih bersama Somin dulu.

"Aku ingat. Jadi dia adalah Yoona?"

"Iya. Dia Yoona sunbaenim. Aku tidak menyangka kau yang akan menikah dengannya."

"Banyak hal yang tidak kau sangka setelah kepergianmu, Somin. Aku duluan."

Sehun melenggang pergi begitu saja meninggalkannya. Mata Somin mendadak berkaca-kaca karena kini pria yang ia harap akan menjadi masa depannya benar-benar telah menikah dengan sosok yang ia kenal sebagai motivasinya untuk menjadi sekurus sekarang.

"Kau benar, Sehun. Sudah tiga hal yang tak kusangka langsung terkuak dihari pertama pertemuan kita setelah sekian lama."

oOo

Sehun bergegas menuju ruang pribadinya untuk berganti pakaian agar bisa segera kembali kerumah.

Ia mendorong kedalam pintu ruangannya yang ternyata dibiarkan terang oleh lampu. Seingatnya ia tak pernah melewatkan untuk mematikan lampu lebih dulu.

Ruangannya cukup besar. Disana tentu saja ada meja kerja, sofa, lemari, dan sebuah tiang yang digunakan untuk menaruh jas maupun pakaiannya yang tak terpakai saat sedang menggunakan pakaian operasi.

Diujung sana juga ada sebuah tirai yang berguna untuk menutupi sebuah ranjang untuk satu orang. Biasanya ia akan tidur disana sambil menunggu jadwal operasi selanjutnya.

Sehun membuka baju operasi dengan cara keatas melewati kepalanya. Bahu yang lebar serta otot yang kekar didada maupun lengannya langsung terpampang.

"Sehun."

Suara yang terasa familiar itu membuat Sehun berbalik melupakan dirinya yang bertelanjang dada.

"Yoona kenapa kau disini?"

Debaran jantung Yoona seakan berlomba melihat proporsi badan Sehun. Tiba-tiba ia teringat sesuatu yang pernah membuat dirinya menjadi gugup bertahun-tahun lalu.

Yoona memilih memunggungi Sehun lalu menutupi wajahnya yang memerah dengan dua telapak tangan. Ia juga berulang kali menghembuskan nafas melewati mulutnya.

Sehun tersenyum. Rupanya wanita itu gagal menyembunyikan rona kemerahan karena ia sempat melihat lebih dulu wajah istrinya. Dan ini merupakan yang pertama kali bagi Sehun melihatnya.

"Berbaliklah. Aku sudah berpakaian."

"Jangan salah paham. Aku disini bukan untuk mencuri atau menunggumu."

"Apa aku terlihat akan menuduhmu sebagai pencuri?"

"Tidak...eung Iya..! Aish pokoknya aku disini karena Hanna. Dia tidak mau pulang dan memilih untuk menunggumu jadi aku bawa saja dia kemari."

"Dia tertidur?"

"Ya."

"Lalu kau?" tanya Sehun dengan penasaran setelah melihat Yoona yang mulai memiliki kantung mata meski tak dipungkiri bahwa isteri nya itu tetap mempesona.

"Aku?"

"Ya. Kau tidak tidur juga?"

"Aku tidak bisa tidur." jawabnya dengan lirih.

"Kenapa? Kau insomnia?"

Sehun mendekati Yoona dan meletakkan dua jarinya dileher istrinya.

"Ti..tidak. Lepaskan!"

"Tunggu sebentar biarkan aku mengecek denyut nadimu."

"Aku baik-baik saja. Hanya menghabiskan empat kaleng kopi dan itu membuatku tidak mengantuk."

Diam-diam Yoona menghembuskan nafas lega berkat Sehun yang tak lagi meletakkan tangannya dileher yang nerupakan tempat sensitifnya.

"Astaga tidak seharusnya kau mengkonsumsi minuman instan sebanyak itu apalagi kopi."

"Aku sudah biasa dengan itu."

Tak mau terus-terusan berbincang dengan Sehun. Yoona memilih berjalan kedalam tirai dan mencoba menggendong Hanna.

"Biar aku saja." sergah Sehun.

Mereka keluar dari ruangan Sehun dengan Hanna yang berada dalam dekapan Sehun. Berjalan dikoridor membuat banyak orang yang masih terjaga menatap ketiganya dengan rasa iri. Istri dan anak yang cantik dan suami yang tampan juga seorang dokter. Sungguh sebuah keluarga yang menjadi impian semua orang.

"Ada apa?"

Tanya Sehun saat Yoona berhenti beberapa langkah dibelakangnya dengan ekspresi seperti orang bingung.

"Bisakah aku kembali keruanganmu? Aku rasa kunci mobilku tertinggal disana."

"Kau tidak perlu menyetir dipagi buta begini. Aku akan menyuruh orangku untuk mengantar mobilmu besok."

Yoona mengangguk seperti orang patuh. Ekspresinya sedikit lebih baik dari biasanya. Sehun merasa ada sedikit senyum diwajah cantik istrinya. Alih-alih senang itu malah membuat dirinya bingung, pasalnya Yoona bukan tipe orang yang akan menuruti kata-katanya apalagi tersenyum dihadapannya.

Atau mungkin wanita itu sedang memainkan peran yang biasa mereka lakukan saat berada dimuka umum? Bersikap ramah, patuh juga tersenyum.

Entahlah.

Mungkin setelah mereka menjauhi area rumah sakit Sehun baru bisa mengetahui alasannya.

Schneiden!

Continue lendo

Você também vai gostar

144K 702 15
Yang orang tau Kiara Falisha adalah gadis lugu, imut, lucu, menggemaskan juga lemot. Tapi di depan seorang Faidhan Doni Advik tidak seperti itu. Pun...
46.1K 2.8K 18
Akankah lian kembali membuka hati untuk salma? ikuti cerita aku terus yaa
Istri Kedua De safara

Ficção Geral

74.4K 2.2K 36
nadilla di paksa menikah oleh suami orang untuk merawat suaminya yang mengalami kelumpuhan di seluruh badannya dan stroke selama 5 tahun ia di paksa...
917K 14.2K 33
Elia menghabiskan seluruh hidupnya mengagumi sosok Adrian Axman, pewaris utama kerajaan bisnis Axton Group. Namun yang tak Elia ketahui, ternyata Adr...