Ansatsu Kyoushitsu X Reader O...

By Aka-niira

128K 9.8K 2.2K

Kumpulan cerita tentangmu dan pemuda yang telah memikat hatimu itu. {Request Closed.} Assassination Classroo... More

You're Mine Now (Karma Akabane x Reader)
Coffe Shop (Isogai Yuuma x Reader)
Kisses. {Reverse Harem Reader Insert}
It's Just You (Chiba x Reader)
Truth or Dare? (Gakushuu x Reader)
Lamunan (Karma x Reader x Gakushuu)
Tsundere? (Male!HayamixReader)
Sickness (Isogai x Reader)
PLEASE READ =)))
Double Touch (Maehara x Reader x Isogai)
Late Afternoon Coffee (Maehara x Reader)
Start=Over (Karma x Reader x Gakushuu)
Bodyguard? Maybe~ (Protective!Nagisa x Sick!Reader)
Re- (Gakushuu x Reader)
Hari Ini Turun Hujan (Shinigami x Reader)
Sickness (2) (Isogai Yuuma x Reader)
Over the Night (Karasuma x Reader)
Got you. (Gakushuu X Reader)
Kafe di Tengah Musim Dingin ☆ -Prologue
││Szechuan Chicken Lettuce Wraps
││Lemon Blueberry Layer Cake
|| White Tea
|| Italian Sausage Soup
|| Red Velvet Cake
|| Okinawa Fried Meatballs

|| Nutella Ganache Covered Cheesecake

1.4K 158 38
By Aka-niira

Cheesecake sederhana yang dilapisi ganache nutella. Lembut dan seakan meleleh di lidah. Jangan lupakan topping bola-bola wafer yang dibuat dari bahan pilihan.

... segalanya akan terasa lebih baik dengan Nutella, bukankah begitu?

<=>

Ano—kau, baik-baik saja?”

Tak sadar akan diri yang masih tercenung melihat orang yang mengulurkan tangan, aku berguncang—keluar dari lamunan kosong karena kemunculan pemuda itu yang bisa dibilang tiba-tiba.

D-Daijoubu!” teriakku sambil beranjak berdiri. Pada akhirnya tangannya yang putih pucat itu aku tak hiraukan. Membungkuk sedikit, aku mencoba memandang orang itu dari ujung mata. Orang itu—misterius. Tubuhnya jenjang, terbalut dengan seragam khas pekerja sampingan di kafe-kafe. Namun aku sama sekali tidak bisa melihat wajahnya dengan begitu jelas—bagaimana aku bisa, kalau kedua mata orang tersebut tertutup poni rambut miliknya? Mungkin itu model rambut yang terkenal di wilayah sini. “Maafkan aku ... duduk di depan kafe sembarangan ....”

Lelaki itu hanya diam, sepertinya ia menatapku dari balik poni rambut miliknya. Kemudian kepalanya bergerak ke kanan, bagaikan seseorang yang sedang berpikir. Lalu ia melempar tatapannya kepadaku, terdapat jeda yang lumayan panjang sebelum ia mengatakan. “... kau mau masuk ke dalam?”

Mataku membulat. “E-Eh ...?”

“Di sini dingin ... di dalam hangat. Tidak apa-apa kalau kalau kau ingin berteduh sebentar .... Maa, aku juga tidak keberatan jika kau tidak mau ....”

“M-Mau!! Tentu saja aku mau!!” Termakan antusiasme serta kebahagiaan yang berlebih, tubuhku dengan refleks mencondong ke depan, menyebabkan wajahku kini sangat dekat dengan wajah sang lelaki. Mataku berbinar—mungkin terlihat memelas juga—menatapnya dengan penuh harap.

Melihat kelakuan anehku yang begitu mendadak, setetes peluh menetes dari pelipisnya sebari ia mundur beberapa langkah dengan canggung. “Ka-kalau begitu,” dehamnya. “silakan masuk.”

Ha’i, arigatou!!

.

.

Tidak terlalu luas, namun tidak bisa dibilang kecil pula. Ukuran yang pas untuk sebuah kafe santai dengan nuansa klasik. Hawa di dalam hangat akibat penghangat ruangan yang disimpan di sudut ruangan. Lantai membentuk pola simetris berwarna hitam putih, dan nuansa nyaman semakin terasa akibat lampu berwarna oranye yang secara samar menyinari ruangan.

“Waah, erai ....” Aku merasa hatiku meluap-luap saat masuk. Padahal sebelum-sebelumnya aku sudah sering pergi ke kafe atau kedai makanan yang tampilannya tidak jauh berbeda, tapi hari ini, kafe kecil ini sudah cukup membuatku terpana.

“Silakan,” kata pemuda itu.

“I-Iya!” Dengan akal yang masih kacau, aku memilih kursi yang terletak paling dekat dari mana tubuhku berdiri. Sejenak aku merasakan sesuatu yang aneh—seperti ada yang menekan-nekan perutku dari dalam. Mungkinkah ini ... canggung? Takut?

Saa, aku akan ke dapur sebentar.”

Senyuman singkat aku tunjukkan pertanda mengiyakan. Dengan dia yang pergi ke dapur—meninggalkan aku di tempat makan sendirian—sebuah rasa penasaran mulai menyentuh benakku. Pertanyaan-pertanyaan seperti: “Apa aku aman di sini?” “Apa dia orang yang baik?” atau “Apa aku mengganggu?” mulai terngiang tak terkontrol, menyebabkan aku menggeleng-gelengkan kepala. Mou, sudah bagus ada yang menawarkan bantuan, kan?!

Lebih dari itu, mau ke mana aku setelah ini? Meskipun aku ditawari bantuan, pengetahuanku tentang arah ke stasiun masih buta.  Pengalamanku sudah sebelas dua belas dengan kisah Rip Van Wijk, terlantar entah di mana karena tertidur dalam perjalanan. Mungkin kurang fokus adalah bakat tersembunyi  milikku ....

Ditambah lagi, laki-laki itu ... laki-laki yang dari name tag-nya aku dapati bernama Ryuunosuke Chiba ....

Kenapa aku bisa-bisanya percaya padanya? Bukankah dia orang asing? Tapi kalau dipikir-pikir dengan amat jeli, ada lebih banyak alasan kenapa aku harus mengikuti kata hati agar menerima tawarannya.

Tidak ada yang bisa menjamin aku tidak mati kedinginan, dengan mayatku yang tergeletak di tengah jalan, tertimbun salju—

Heh, memikirkan hal itu membuatku berpikir bahwa ini bukanlah pilihan yang salah.

Omatase shimashita ....” Chiba kembali, menghampiriku dengan nampan di tangan. Wangi makanan menyeruak memenuhi ruangan. Tak heran, asap masih mengepul dari makanan itu. Aku bisa merasakan dengan jelas kalau mataku berbinar ketika melihat apa yang ada di atas nampan, tanganku mengelap air liur yang akan menetes dari mulutku.

U-Uwaa, o-oishi sou ....

“Terima kasih!” seruku. Garpu dan sendok sudah tergenggam di kedua tangan. Tanpa basa-basi, aku mulai menyantap. “Mmm, enakk!!”

“Benarkah ...?”

Aku mengangguk.

“... kalau begitu syukurlah ....”

.

.

.

“Chiba-san menjaga kafe ini sendirian?”  Chiba—yang duduk di seberangku dan sedari tadi hanya diam—mengangguk. “Untuk hari ini iya.”

“...... Oh ....”

Aduuuuh, apa yang harus aku katakan, apa yang harus aku katakan??!! Aku tak terbiasa hanya berduaan dengan lelaki di sebuah tempat makan. Maksudku dengan berdua, ya, benar-benar berdua, karena tak ada pelanggan lain selain aku dan tak ada pekerja lain selain Chiba.

Untung saja makanan di depanku itu belum habis, jadinya aku—setidaknya—punya alasan untuk mengulur-ngulur waktu dan tidak berbicara dengannya. Chiba orangnya lumayan irit bicara, dia tipe orang yang tidak akan memulai pembicaraan sebelum orang lain memulainya terlebih dahulu. Lain dari pada itu, aku mulai berpikir, apakah sedari tadi aku ditatap dari balik poni miliknya itu?!! Aku tidak tahu, dan memikirkannya malah membuat semakin canggung. Habisnya, Chiba terus saja diam tanpa melakukan apa-apa kecuali sesekali melirik keluar jendela.

Apa dia merasa canggung juga, ya ....

“Chiba-kun, ano—“

“Hm?”

“K-kau tau di mana stasiun yang p-paling dekat? Etto—hari semakin gelap, dan aku ... harus pulang ....”

Chiba sedikit terlihat kaget—atau setidaknya, begitulah ia terlihat di mataku—kemudian ia berdiri dari kursinya tanpa mengatakan sepatah kata pun. Aku mengangkat alis dengan heran.
.... A-Are? Eeeeh? Apa aku mengatakan sesuatu yang salah??

Dengan rasa kekecewaan, aku kembali meneruskan makan dalam kesepian yang lebih terasa. Sendok menggantung di mulutku sebari mata melihat keadaan di luar. Aku mendesah. “Lebat sekali saljunya ....”

“Aku setuju,”

Ternyata  ia kembali.

“Ah ... Chiba ....”

“... karena itu,” Chiba duduk lagi di tempatnya yang semula. Lalu sebuah kertas yang isinya adalah sebuah denah kawasan ini ia letakkan di meja. Mataku mengerjap heran, dalam hati bertanya-tanya untuk apa ia menyerahkan itu.

Menyuruhku pulang dingin-dingin begini?

Salah.

Chiba meraih tanganku yang ada di atas meja. Sempat aku memekik karena kaget atas betapa dinginnya tangan Chiba yang membungkus telapakku. Tapi, sedetik berlalu dan rasa dingin itu hilang, digantikan dengan desiran geli.

Ah, dia membungkus tanganku dengan sarung tangan hangat berwarna biru dengan motif bintang ....

“Ch-Chiba?”

“untuk saat ini aku akan mengantarmu ke rumahku dulu. Esok pagi baru akan aku antar.”

...?

“Menginaplah dulu di rumahku, [Name].”

“... Eh—“

APAAAAA??!!

--Yabai ... ternyata Chiba lebih berani dari dugaanku ...

Bonus/Dictionary
Nutella Ganache Covered Cheesecake

Kritik, saran atau pertanyaan? Silakan comment!
Mind to vote and follow too?

Thank you!

Maaf untuk late update, aku ada kebiasaan buruk susah konsen ngetik kalo kurang minum ;;

Semangat berpuasa bagi yang berpuasa, ya /kedip cantik/

Continue Reading

You'll Also Like

236K 35.4K 64
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
47.1K 7.4K 44
Rahasia dibalik semuanya
45.7K 3.2K 48
"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layakn...
39.6K 8K 11
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 21+ ‼️ Apa jadinya jika si berandal Jasper Ryker yang dijuluki sebagai raja jalanan, tiap malam selalu ugal-ugalan dan babak...