Oannes

By ari_scm

70.8K 9K 419

"...Izinkan aku memilihmu sebagai pasanganku dan menemaniku dalam menjalankan kerajaan ini. Maukah kau meneri... More

Chap 1
Chap 2
Chap 3
Chap 4
Chap 5
Chap 7
Chap 8
Chap 9
Chap 10
Chap 11
Chap 12
Chap 13
Chap 14
Chap 15
Chap 16
Chap 17
Chap 18
Chap 19 (END)

Chap 6

3.2K 480 14
By ari_scm

"Aku ingin sekali memiliki dua kaki sepertimu"

"Aku saja ingin bisa berenang bebas di laut dengan ekor indah seperti milikmu."

-

"Jeje-ah, aku hendak dijodohkan dengan Pangeran dari kerajaan Silla. Aku menolaknya karena aku takut jika aku menikah, aku takut sulit meminta izin padamu. Kau tahu, jika seseorang manjadi Ratu maka dia harus rela melepas kebebasannya untuk hidup sang Raja dan kerajaan itu."

"Bukankah kita masih bisa bertemu sesekali? Aku akan menunggumu, Joongie. Kau tidak perlu khawatir seperti itu."

"Janji?"

"Aku berjanji! Ayo, aku akan mengajarimu berenang."

"Tidak! aku takut, Jeje."

"Tenang saja, ada aku."

-

"Ada apa denganmu, Joongie? Kau terlihat pucat dan tubuhmu bergetar hebat. Dimana bibi Choi yang biasa menemanimu itu?"

"Aku tidak tahu dimana dayang Choi berada. Raja dan Ratu terus memaksaku untuk menikahi pangeran itu. Mereka terus memaksaku hingga memukulku dengan rotan. Aku sangat takut, Jeje. Aku memilih kabur dan berlindung di gua ini untuk sementara... bolehkah?"

"Kau itu nakal sekali ya. Bagaimana jika bibi Choi cemas karena kau tidak ada di lingkungan istana, eoh?"

"Aw! Jangan memukul kepalaku Jeje! Aku seorang pengeran, kau sangat tidak sopan."

"Biar saja, aku juga seorang pangeran namun kau selalu mengusiliku."

"Itu karna kau sangat menggemaskan, Jeje."

"Bukankah wajah kita serupa? Kau pun pasti juga menggemaskan, Joongie."

-

"Aku takut..."

"Ada apa? Kenapa kau takut? Aku tidak akan meninggalkanmu, Jeje."

"Bukan itu."

"Lalu apa?"

"Ummaku pernah berkata jika anggota keluargaku akan diberi kebahagiaan dalam waktu yang singkat. Dan aku akan lenyap usai melahirkan seorang putra yang luar biasa. Meskipun aku sudah mempersiapkan diriku untuk itu... namun tetap saja rasa takut itu terus melingkupiku. Bisakah... bisakah kau menggantikanku jika nanti aku tidak bisa bersamanya, Joongie? Karna wajah kita serupa... kupikir tak apa jika kau menggantikanku nanti. Lagipula... hanya kau yang dapat kupercayai, Joongie."

"Jangan mengatakan hal yang tidak-tidak seperti itu, Jeje. Kita akan selalu bersama apapun yang terjadi nanti. Jangan berkata seolah kau hendak pergi jauh dan tidak akan kembali lagi, Jeje."

"Maaf... tapi bisakah kau mendampingiku ketika aku mengandung nanti? Seperti bangsaku yang lain, aku hanya dapat melahirkan di tempat asalku. Aku mengandung dalam waktu sepuluh hari. Ingat! Sepuluh hari. Jiksa sampai sepuluh hari aku tidak di bawa ke tempat asalku, maka aku beserta bayiku akan membeku dan mati. Hanya saja aku belum memastikannya... karena umma membutuhkan waktu sebulan untuk mengandungku dan Hyungjoong hyung."

"Hmm... seperti ikan saja yang telurnya tidak membutuhkan waktu lama untuk menetas. Eh? Aku lupa jika kau memang ikan, hehehe"

"Tapi aku tidak bertelur! Dasar Pangeran bodoh!"

"Yak!"

-

Yunho terpana ketika melihat Ratunya dilingkupi sinar biru yang menyilaukan. Perlahan Jejung yang masih dilingkupi cahaya mendekati tubuh Jaejoong yang terbawa arus. Manik musangnya membulat saat melihat wujud Jejung yang menampakkan diri di permukaan air dengan Jaejoong yang tak sadarkan diri dalam dekapannya. Yunho tidak mengalihkan tatapannya dari ekor indah pengganti kaki jenjang milik Ratunya. Begitupun dayang Silla lainnya tak percaya jika duyung cantik yang mereka lihat adalah sang Ratu. Dayang Choi hanya diam seraya mendekati tubuh Jaejoong dan menyampirkan jubah dibantu pengawal lain yang mengangkat tubuh Pangerannya. Dayang Choi menatap Jejung yang terdiam dengan penuh kasih serta senyum kecil di wajah bayanya. Dayang Choi  menyampirkan jubah tebal yang lembut pada bahu Jejung yang terbuka sebelum menghampiri pengawal yang membawa tubuh lemas Pangerannya ke pojok gua.

"Ratu?" perlahan Yunho mendekati Jejung yang hendak mendekati tubuh lemas Jaejoong di pojok gua seraya menyeret tubuhnya. Yunho dengan sigap mengangkat tubuh Jejung yang menatapnya dalam itu kedalam dekapannya lalu mendudukan sang Ratu di sisi tubuh Jaejoong. Jejung menyempatkan diri untuk menatap Yunho lekat sebelum mengalihkan pandangan ke tubuh lemah Pangeran cantik itu. Diusapkan  jemarinya pada dada Jaejoong perlahan. Terlihat alis Jaejoong yang menyercit lalu tubuh itu terbangun cepat seraya memuntahkan air dari mulutnya dan mencoba bernapas dengan terburu.

Hah...

Hah...

"Jeje-ahh... kau kah... kau kah itu?" Jejung menatap Jaejoong yang tengah memegangi dadanya. Dibelai lembut pipi Jaejoong seraya mengusap air yang mengalir di sudut bibir Pangeran cantik itu.

"Ini aku, Joongie... aku telah kembali pada wujud asliku. Terima kasih..."

"Syukurlah... Aku senang bisa kembali melihatmu dalam keadaan yang baik." Jejung membantu tubuh Jaejoong yang hendak duduk.

Jaejoong memeluk tubuh sang Ratu dengan erat diiringi air mata yang terus menetes membasahi pipi pualamnya. Para dayang dan pengawal sampai terenyuh melihat kejadian itu, beberapa diantaranya ikut meneteskan air mata. Yunho tersenyum tipis melihat pemandangan manis dan mengharukan itu. Tanpa diketahui lainnya, simbol biru cantik di bahu sang Ratu mulai terlihat samar dan memudar.

"Kudengar... disini tengah bersemayam calon penerus tahta, Jeje? Akankah tak lama lagi aku melihat calon putra mahkota yang lucu?" Jejung menatap dalam Jaejoong yang tengah mengusap pelan perutnya.

"Joongie... kuharap kau bisa merawatnya dengan baik." Jaejoong menatap manik bulat kelam serupa dengannya itu dalam. Lidahnya terasa kelu serta bibirnya seolah membeku. Jejung tersenyum tipis melihatnya seraya mengusap perutnya lembut. Dengan perlahan Jaejoong meraih tangan sang Ratu yang seolah menikmati keterdiamannya.

"Apa maksud anda, Ratuku? Apakah ada sesuatu yang kau sembunyikan dariku? Kenapa ucapanmu seperti sebuah pesan di telingaku." Yunho menatap Jejung yang terdiam dengan tajam. Jejung merasa Yunho cukup tersinggung dengan ucapannya.

"Hamba tidak bermaksud seperti itu, Yang mulia. Hanya saja... hamba merasa ingin mengatakannya. Tolong tenangkan emosi anda, Yang mulia... jika saja hamba bisa berharap lebih, maka hamba ingin sekali bersama kalian selamanya. Namun apa yang hamba lihat tidak seperti yang hamba harapkan." Yunho menatap penuh arti pada Jejung yang masih mengusap perutnya seraya tersenyum pada Jaejoong yang terdiam menatapnya.

...

Seminggu sudah Jejung tinggal didalam gua dalam wujud duyung ditemani Yunho serta Jaejoong yang enggan meninggalkannya. Manik bulat itu menatap air yang membasahi ekor indahnya sambil mengusap pelan perut ratanya yang berbeda dengan orang hamil pada umumnya. Diliriknya Jaejoong yang tengah menyiapkan sebuah cangkir dengan ramuan herbal yang akan diberikan padanya. Sebenarnya Jejung tidak tahu apa fungsi ramuan yang diberikan padanya seminggu ini. Ada kalanya Jejung bosan meminum ramuan yang terasa pahit di indera pengecapnya, namun dia berusaha menghargai usaha Jaejoong yang sudah membuatkannya.

"Jeje, apa yang tengah kau lamunkan?" Jejung mengerjapkan matanya terkejut ketika melihat sebuah cangkir menutupi pandangannya. Dilihat Jaejoong yang menyodorkan cangkir padanya lalu mendudukan diri disampingnya sambil merendam kaki didalam air.

"Tidak ada." Jejung mengambil ramuan itu dan meminumnya cepat dengan alis yang sedikit menyercit.

"Lalu bagaimana dengan kabar putra mahkota, apakah dia baik-baik saja? Namun kenapa perutmu tidak juga berubah, Jeje? Tidak seperti orang yang tengah mengandung."

"Bangsa kami berbeda, Joongie." Jejung mencubit kecil pipi Jaejoong disampingnya yang membuat siempunyanya meringis kecil. Jaejoong menatap sang Ratu di sampingnya dengan bibir yang mencebil lucu.

"Ahh, ya... Joongie, malam ini hingga esok aku akan berada di laut. Mungkin saja aku akan kembali dengan seorang pengganti..." Jejung menatap manik bulat dihadapannya lekat lalu menggenggam erat jemari lentik itu.

"Untuk itu... berjanjilah padaku jika kau yang akan menggantikanku meskipun suatu hal yang buruk terjadi nanti. Dampingi penerus Silla dengan segenap rasa yang kau punya. Aku tahu itu mungkin akan membingungkan banyak pihak dan juga menyulitkanmu, namun aku tidak memiliki orang untuk kupercayai selain dirimu, Joongie. Kumohon... berjanjilah padaku, ne?" Manik kelam penuh permohonan itu membuat Jaejoong merasa bingung. Hatinya merasa takut serta bibirnya seolah membeku. Berbagai pertanyaan melintas dikepalanya yang membuatnya semakin ragu.

"Jeje... kenapa kau mengatakan hal itu? Kau tidak akan kembali meninggalkanku bukan? Bukankah kita telah berjanji untuk terus bersama? Jangan membuatku takut, Jeje..." Jejung merasa sedih ketika melihat manik bulat serupa dengannya itu mulai berkaca-kaca. Dirinya pun merasa takut dengan apa yang akan terjadi selanjutnya, namun dia tidak dapat menghindari hal itu.

Yunho termenung dibalik bebatuan karang besar sambil menatap lekat Jejung. Dia merasa bingung untuk mengatasi situasi yang tengah dihadapi Ratunya, semua itu seolah menyudutkannya. Ingin rasanya dia membantu dan melindungi sang Ratu, namun apa yang dapat dia lakukan saat ini? Dia saja masih belum bisa mempercayai wujud sesungguhnya sang Ratu, begitupun dengan asal-usul Ratunya yang masih ditolak pemikiran logisnya.

Yunho menolehkan tatapannya pada Jejung yang ternyata juga menatapnya. Pancaran itu sungguh menggetarkan hatinya. Meskipun pemikirannya terus mengelak, namun hatinya terus berdebar untuk sang Ratu. Tapi kenapa pancaran mata indah itu membuat dadanya sesak. Perasaannya mulai merasa ketakutan. Terlebih mata sayu Jejung seolah menyimpan berbagai pesan yang seolah menariknya untuk dijabarkan.

"Kau tidak perlu takut, Joongie. Aku yakin kau akan bahagia nanti. Aku harap kau bisa melakukannya. Aku yakin padamu. Aku percaya padamu, Joongie... kupercayakan putraku padamu."

"Apakah kau akan benar-benar meninggalkan kami? Kenapa kau berkata seolah semua akan baik-baik saja jika tanpamu? Kenapa kau terus memaksaku untuk menggantikanmu? Apakah kau tidak akan kembali? Apakah kau akan pergi meninggalkan kami untuk selamanya? Tidakkah kau berpikir akan perasaan sang Raja, suamimu, Jeje? Perasaan rakyatmu? Perasaan putramu nanti? Tidakkah kau memikirkan semua itu?" Jejung tersenyum sendu ketika mendengar Jaejoong yang terus meracau diantara tangisnya.

"Mereka akan baik-baik saja. Terlebih jika... jika kau bersedia mendampingi Yang mulia raja..."

"J-jeje... kau tidak bersungguh-sungguh kan?"

"Sebagai seorang Ratu aku selalu tahu apa yang terbaik untuk rakyat dan orang-orang kukasihi... aku harus bisa membuat sebuah keputusan. Aku yakin jika kau adalah pengganti yang tepat. Aku yakin kau bisa melakukannya." Jejung berujar tegas lalu menatap mata Jaejoong penuh kesungguhan.

"Kau bisa, Joongie. Kau harus bisa melakukannya... meski pemikiranmu itu terus menolaknya, namun aku merasa jika hatimu lebih memihak padaku."

"Aku takut. Aku tidak tahu harus melakukan apa. Aku bingung, Jeje... aku sungguh bingung dan ragu. Tolong jangan paksa aku lagi." Jejung memeluk tubuh Jaejoong yang bergetar dengan air mata yang mulai membasahi pipi pualamnya.

"Baiklah... aku hanya berharap padamu. Aku yakin kau akan melakukannya. Aku yakin itu." Jaejoong memejamkan matanya yang terus mengeluarkan air mata sambil memeluk erat bahu terbuka Jejung.

Jejung menatap Yunho yang melangkah lunglai mendekati keduanya tanpa Jaejoong tahu. Jejung melayangkan senyum indah pada Yunho yang seolah kehilangan raga. Ditatapnya manik musang itu penuh cinta. Yunho mendesah pelan diantara sesaknya dada sebelum menatap Jejung dengan penuh kerelaan yang sangat menyakitkan. Bibir hatinya berusaha mengulaskan sebuah senyum kecil pada Jejung yang terus menatapnya dengan air mata yang mulai menetes.

Perlahan dilepaskannya pelukan erat Jaejoong. Ditatap lagi manik bulat itu seraya mengusap air mata dipipi Jaejoong sebelum menyeburkan diri kedalam air. Jejung menggerakkan ekornya cepat dan berenang jauh kedasar laut gelap dengan senyum sendu. Diiringi air mata Jaejoong yang jatuh semakin deras ketika tak dapat melihat lagi tubuh Jejung diantara gelapnya lautan.

Yunho memejamkan matanya ketika teringat launan suara indah menyapa telinganya dalam kesunyian. Tangannya terkepal erat ketika suara itu seolah terus terulang di telinganya.

Yang Mulia, mohon maafkan hamba. Bisakah hamba meminta beberapa hal pada anda? Lancangkah jika hamba memilih Jaejoong sebagai pengganti hamba? Lancangkah jika hamba meminta anda untuk menjadikan Jaejoong sebagai pendamping anda? Sudikah anda mengabulkan permintaan hamba? Sudikah anda menerima pengganti hamba? Izinkan hamba untuk menyingkirkan diri hamba dari singgasana hati anda dan menjadikan Jaejoong sebagai penggantinya. Izinkan dia merawat dan mendidik putra makhota. Hamba selalu mempercayainya seperti hamba percaya pada anda. Cinta hamba selalu menyertai anda, Yang Mulia. 

Bibir hati itu bergetar kecil sebelum mendesis kecil.
"Kuharap kau akan selalu bahagia meskipun aku harus mengorbankan banyak perasaan, Ratuku..."

Tbc

Continue Reading

You'll Also Like

322K 36.7K 35
YunJae / YAOI / M / DLDR / HURT / ANGST/ MPREG Sudah tersedia dalam bentuk PDF. Kisah Kim Jaejoong yang harus menjadi istri kedua dari suami adiknya...
83.3K 7.5K 46
"Dia bagaikan matahari di siang hari sementara aku bagaikan hujan di tengah hari, dia terlalu cerah untuk aku yang terlalu gelap" -Wonwoo. •bxb. •mpr...
26.5K 2.3K 11
Yunjae (づ ̄ ³ ̄)づ Lelaki itu lelaki cantik yang selalu menyelamatkan nyawanya Tamat season 1 yeahh
11.6K 1.6K 5
Jaejoong adalah orang terpenting dalam hidup Yunho. Sejauh atau selama apapun mereka berpisah, Yunho akan selalu mengingatnya, bahkan jika itu kemati...