Chap 6

3.2K 480 14
                                    

"Aku ingin sekali memiliki dua kaki sepertimu"

"Aku saja ingin bisa berenang bebas di laut dengan ekor indah seperti milikmu."

-

"Jeje-ah, aku hendak dijodohkan dengan Pangeran dari kerajaan Silla. Aku menolaknya karena aku takut jika aku menikah, aku takut sulit meminta izin padamu. Kau tahu, jika seseorang manjadi Ratu maka dia harus rela melepas kebebasannya untuk hidup sang Raja dan kerajaan itu."

"Bukankah kita masih bisa bertemu sesekali? Aku akan menunggumu, Joongie. Kau tidak perlu khawatir seperti itu."

"Janji?"

"Aku berjanji! Ayo, aku akan mengajarimu berenang."

"Tidak! aku takut, Jeje."

"Tenang saja, ada aku."

-

"Ada apa denganmu, Joongie? Kau terlihat pucat dan tubuhmu bergetar hebat. Dimana bibi Choi yang biasa menemanimu itu?"

"Aku tidak tahu dimana dayang Choi berada. Raja dan Ratu terus memaksaku untuk menikahi pangeran itu. Mereka terus memaksaku hingga memukulku dengan rotan. Aku sangat takut, Jeje. Aku memilih kabur dan berlindung di gua ini untuk sementara... bolehkah?"

"Kau itu nakal sekali ya. Bagaimana jika bibi Choi cemas karena kau tidak ada di lingkungan istana, eoh?"

"Aw! Jangan memukul kepalaku Jeje! Aku seorang pengeran, kau sangat tidak sopan."

"Biar saja, aku juga seorang pangeran namun kau selalu mengusiliku."

"Itu karna kau sangat menggemaskan, Jeje."

"Bukankah wajah kita serupa? Kau pun pasti juga menggemaskan, Joongie."

-

"Aku takut..."

"Ada apa? Kenapa kau takut? Aku tidak akan meninggalkanmu, Jeje."

"Bukan itu."

"Lalu apa?"

"Ummaku pernah berkata jika anggota keluargaku akan diberi kebahagiaan dalam waktu yang singkat. Dan aku akan lenyap usai melahirkan seorang putra yang luar biasa. Meskipun aku sudah mempersiapkan diriku untuk itu... namun tetap saja rasa takut itu terus melingkupiku. Bisakah... bisakah kau menggantikanku jika nanti aku tidak bisa bersamanya, Joongie? Karna wajah kita serupa... kupikir tak apa jika kau menggantikanku nanti. Lagipula... hanya kau yang dapat kupercayai, Joongie."

"Jangan mengatakan hal yang tidak-tidak seperti itu, Jeje. Kita akan selalu bersama apapun yang terjadi nanti. Jangan berkata seolah kau hendak pergi jauh dan tidak akan kembali lagi, Jeje."

"Maaf... tapi bisakah kau mendampingiku ketika aku mengandung nanti? Seperti bangsaku yang lain, aku hanya dapat melahirkan di tempat asalku. Aku mengandung dalam waktu sepuluh hari. Ingat! Sepuluh hari. Jiksa sampai sepuluh hari aku tidak di bawa ke tempat asalku, maka aku beserta bayiku akan membeku dan mati. Hanya saja aku belum memastikannya... karena umma membutuhkan waktu sebulan untuk mengandungku dan Hyungjoong hyung."

"Hmm... seperti ikan saja yang telurnya tidak membutuhkan waktu lama untuk menetas. Eh? Aku lupa jika kau memang ikan, hehehe"

"Tapi aku tidak bertelur! Dasar Pangeran bodoh!"

"Yak!"

-

Yunho terpana ketika melihat Ratunya dilingkupi sinar biru yang menyilaukan. Perlahan Jejung yang masih dilingkupi cahaya mendekati tubuh Jaejoong yang terbawa arus. Manik musangnya membulat saat melihat wujud Jejung yang menampakkan diri di permukaan air dengan Jaejoong yang tak sadarkan diri dalam dekapannya. Yunho tidak mengalihkan tatapannya dari ekor indah pengganti kaki jenjang milik Ratunya. Begitupun dayang Silla lainnya tak percaya jika duyung cantik yang mereka lihat adalah sang Ratu. Dayang Choi hanya diam seraya mendekati tubuh Jaejoong dan menyampirkan jubah dibantu pengawal lain yang mengangkat tubuh Pangerannya. Dayang Choi menatap Jejung yang terdiam dengan penuh kasih serta senyum kecil di wajah bayanya. Dayang Choi  menyampirkan jubah tebal yang lembut pada bahu Jejung yang terbuka sebelum menghampiri pengawal yang membawa tubuh lemas Pangerannya ke pojok gua.

OannesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang