Only Hope

By Camilaaz_

48.3K 5.1K 2.7K

"Bisakah aku menjadi - KAMU- untukmu? Sebagai orang pertama yang menjadi maksud pikiranmu." Kalimat itu, ada... More

Prolog
The beginning-part 1
Story of class- part 2
Why- part 3
Picture??- part 4
Last MPLS!- part 5
Begin!- part 6
Choice- part 7
Miss him!-part 8
Good news- part 9
Line!-part 10
Him-part 11
Meet- part 12
The place- part 13
Really?- part 14
About you- Part 15
Run- part 16
A beautiful day -part 17
Fake- part 18
Telling the truth- part 19
Free- part 20
Miscommunications- part 21
Lockers - part 22
Modus- part 23
First greet- part 24
Again - part 25
Prepare - part 26
Miracle - part 27
Thank you - part 28
Lucky day - part 29
Change (1) - part 30
Change (2) - part 31
Almost - Part 33
A Problem - Part 34
Letter - Part 35
Mean - Part 36
Focus- Part 37
This's Over? - Part 38
Wrong Opinion - Part 39
For Reset - Part 40
Part 41

Peka? - Part 32

950 73 40
By Camilaaz_

Tidak mudah untuk merubah perasaan yang hati tetapkan, Meskipun itu baru saja muncul di permukaan.

***

Apa sekarang aku sedang bermimpi?

Dengan segala kejadian yang aku alami, ini benar-benar terasa seperti mimpi.

Mengenalnya secara langsung...

sekalipun aku tidak pernah memikirkan hal itu.

Bagiku, itu angan yang terlalu jauh untuk seorang secret admirer sepertiku ini.

Apa aku bisa...,

"Keira Syadra Alifia!!!" suara pekikan membuat tubuhku melompat reflek mendengarnya.

Aku terkejut.

"Iya Pak?" tanyaku bingung sambil melihat ke semua mata yang kini menatapku.

"Ini adalah waktunya untuk belajar! Bukan melamun!" bentak Pak Dodi dengan kumis tebal yang membuat dia tampak seram.

"Maaf Pak, saya gak akan ngulangin lagi Pak," kataku seraya menunduk takut karna mendengar suaranya.

Untuk pertama kalinya, aku dibentak oleh seorang guru. Damn.

Aku melihat Pak Dodi geleng-geleng kepala, "Cepat kamu kerjakan soal ini!" perintahnya sambil menunjuk papan tulis dengan spidolnya.

"Soal apa?" gumamku, kemudian mataku membulat sempurna saat melihat judul dari soal itu.

Hah?

Trigonometri?

Mampus gue!

*

"Minum dulu Kei, tahan-tahan." Niken menyodorkan jus Alpukat yang baru dipesannya.

"Gue malu, gue kesel!" ujarku dengan mengaduk kasar jus itu.

"Sabar Kei, lagian cuma temen kelas lo kan yang liat." celetuk Vela sambil menyeruput minumannya santai.

"Aisshh!" Aku menatap Vela tajam, dia seperti tidak tahu saja kalau aku sangat anti dengan hal yang dapat mempermalukanku, meskipun itu hanya di antara teman kelas.

"Walaupun cuma gitu, gue juga ngerasa kesel Vel," kata Aurel, aku menoleh ke arahnya lalu mengangguk seperti mengatakan -bagus!-.

"Nih, ya. Lo tau gak Kei, pas lo gak bisa jawab soal itu, Pak Dodi langsung senyum puas gitu, " ucap Aurel, "kaya ngerasa menang dari lo, Kei!" lanjutnya.

"Gue rasa, dia punya dendam terselubung sama lo, Kei." sambung Vita dengan suara kecil yang tegas.

Seketika keningku mengernyit, "Lah emangnya gue pernah salah apaan sama dia?"

"Emm," Vita mengalihkan pandangannya ke atas.

"Emm ... mungkin karna selama ini, lo selalu merdeka ngerjain soal-soal dia, pas dia lagi mau nyusahin kita dengan soal MTK yang abstrak itu. Lo kaya gak tau sifatnya aja, yang gak pernah seneng kalo anak muridnya merdeka." pendapat Niken sambil menatapku yakin.

Aku menaikkan kedua alisku sambil melihat satu per satu temanku yang sedang mangut-mangut setuju.

"Kalo kaya gitu, ngapain dia mau jadi guru coba?!" Aku menjauhkan gelas jus alpukat dengan kesal, "gue harap kelas 11 nanti, gue gak di ajarin sama dia lagi!" umpatku sedikit kencang.

"Sabar neng," seru seseorang sembari mengusap puncak kepalaku dari belakang.

Aku yang terkejut langsung menoleh ke belakang. Orang itu langsung duduk di sebelahku, setelah menyuruh Vita geser sedikit dari tempatnya.

"Ngagetin aja si lo, Di." ucapku seraya memegang puncak kepalaku sendiri.

Dio hanya tersenyum dengan tampannya lalu mengambil alih minumanku.

"Eh punya aku," ujarku berniat menahan, tetapi sudah terlambat. Dio susah meneguknya dengan cepat.

Fyi, aku dan Dio masih labil dengan sebutan aku-kamu. Hehe.

"Nih, makasih ya, Kei." katanya sambil nyengir.

Aku memutar bola mataku malas, "Gak ikhlas."

Bukannya merasa bersalah, Dio malah terkekeh sendiri.

Untung cogan!

"Hm." Teman-temanku berdeham secara serentak.

"Vel, kayanya di sini banyak nyamuk deh," ujar Aurel sambil menepuk-nepuk tangannya sendiri. Vela pun ikut melakukannya.

Dio menaikan sebelah alisnya karna melihat kelakuan konyol mereka.

"Eh kayanya kalian belum mandi deh, mengkanya nyamuk pada dateng," kata Dio yang membuat aku, Vita dan Niken tertawa mendengarnya.

"Enak aja!" Satu bungkus snack mendarat tepat di wajah Dio yang dilempar oleh Aurel.

"Lo tau aja Rel, kalo gue suka ciki keju," ucap Dio dan langsung membuka bungkus ciki itu.

Aurel hanya melotot dan menggeram di sebrang sana.

"Mau?" tanya Dio sambil menoleh ke arahku.

Aku hanya menggeleng tersenyum.

"Lo gak mau nawarin gue? Itukan ciki gue!" ujar Aurel kesal.

"Karena lo udah lempar ke gue, maka ini hak milik gue. Jadi terserah gue, mau nawarin ke siapa." jawab Dio, lalu memakan ciki itu. Santai.

"Keiraaaa," rengek Aurel menatapku.

Jika sudah begini, Aku hanya bisa tertawa melihat pertengkaran konyol yang mereka buat.

Akhir pertengkaran ini selalu sama, Dio lah yang akan menang dan Aurel yang akan selalu merengek kesal padaku. Mengapa harus aku?

"Di, lo liat Reihan gak?" tanya Niken setelah berhenti tertawa.

"Reihan? Engga liat Ken." jawabnya.

"Oh gitu," ucap Niken.

"Reihan kan pacar lo, kenapa lo malah nanya ke Dio?"sambung Vita.

Niken mengusap tengkuknya, "Ya kali aja Dio tau, Vit. Dio kan temennya,"

"Di kelas juga nanti pasti ketemu, Ken." ujar Dio.

Setelah itu, Dio beranjak dari tempat duduknya.

"Mau kemana, Di?" tanyaku.

"Ke lapangan, aku lupa tadi anak basket di suruh ngumpul." jawab Dio sebelum meminum jus punyaku lagi.

"Thanks minumannya, Kei." ucapnya kemudian di sertai senyum. Aku pun mengangguk membalas senyumnya.

"Oiyah, thanks juga ya, Rel, cikinya. Besok jangan lupa lemparin gue makanan lagi hehe...."

"Bodo amat. Pergi lo husss husss." jawab Aurel dengan gerakan mengusir.

Kami kembali tertawa melihat mereka.

Setelah Dio pergi, kami pun melanjutkan percakapan dengan topik yang lebih menarik di bandingkan harus terus membicarakan si kumis tebal itu.

Vela membuka suara dengan menceritakan teman sekelasnya yang ber-label 'cogan', baru saja di tembak oleh cewek dari kelas lain dan langsung di terima.

"Pas si Helen bilang 'Yud, lo mau jadi pacar gue gak?' dan saat itu juga Yudha langsung ngangguk tanpa mikir dulu guysss," ucap Vela heboh.

"Gila! Kalo tau gitu, gue duluan dah yang nembak Yudha." celetuk Aurel sebagai fans garis keras cogan.

Yudha itu cogan hits yang punya sifat penurut. Kalo kata orang sunda mah, Yudha itu orangnya -iya'an bae-.
Di suruh gini -iya-, di suruh gitu -iya-, di suruh apapun pasti jawabnya -iya-.
Bahkan di tembak cewek yang gak pernah deket sama dia aja, langsung jawab -iya-.

Kadang aku suka mikir, Itu cogan minta di pelihara?

Topik kedua. Tentang mantan.

"Tiba-tiba dia chat gue lagi, di saat hati gue masih ngajak ribut! " ujar Vita dengan mengepal tangannya.

Oke, ini mainstream dan ngeselin!

Mantan nge-chat lagi, di saat perasaan - sayang-belum sepenuhnya hilang. Pengen baper, tapi rasanya gak banget. Apalagi saat tau, Sang mantan masih jadi milik orang.

Apa kamu pernah merasakannya?

"Fine, gue gak bakal baper. Gue bisa move on! Selagi sekolah ini, masih nyediain cogan macem Ka Albyan haha," Vita terkekeh sendiri sambil melihatku yang tengah menatap tajam dirinya.

"Nah loh! Yang punya marah haha." ledek yang lain.

"Tenang Kei, gue cuma sekedar mengagumi ketampanan cowok lo, kok." Vita nyengir sambil menepuk pelan bahuku.

Hah cowok gue?

Asique.

"Tau gue Vit, tau." balasku dengan cengiran yang tak kalah lebar.

Lanjut topik ke tiga. Karena mendengar nama Ka Albyan, aku jadi terpancing untuk go public hubunganku dengannya. Eeeaaa.

Aku menarik napas panjang kemudian, "Gue udah kenalan sama dia. Jam tiga lewat tigapuluh menit, kemaren, di lapangan basket, berdua. Dan di saksiin matahari yang silaunya gak nahan." kataku dengan cepat.

Teman-temanku yang masih sibuk dengan topik mantan pun langsung melongo setelah mendengar apa yang aku katakan.

"Apa kata lo?"

"Kenalan?"

"..." seketika semua diam. Komuk mereka pun jadi tak terkondisikan.

Krik. Krik.

"Anjirrrr,"

"huahh gila. Gila!"

Mereka jadi heboh sendiri guysss.

Untung saja keadaan kantin sudah sepi, jadi kegilaan mereka tidak terlalu memalukan masyarakat Indonesia.
*eh apaansiii.

Intinya mereka heboh, nyengir-nyengir sendiri, teriak-teriak sendiri, gila sendiri.

Baru kenalan aja, respon mereka sampe begitu. Apalagi nanti kalo udah official?

#ngarep.com

Mereka memintaku untuk menceritakan kejadian itu dengan mengulangnya lagi dan lagi.

"Udah ah capek, ngulang mulu!" umpatku.

"Yaelah Kei, ulang lagi napa! Resep gue dengernya. Mana si Dio ganggu banget lagi haha." pinta Aurel.

"Oh pantesan, pas gue nyamperin lo, lo lagi senyum-senyum sendiri kaya orang gila. Gue kira lo salah minum obat, eh taunya ... Hmm," Vela geleng-geleng kepala seraya memandangku dengan mata berbinar.

Aku hanya nyengir membalasnya.

Memang benar, kemaren setelah aku di-ting-gal Ka Albyan yang di samper temannya untuk pulang bareng, aku terus menatap arah kepergiannya dengan senyum, senyum dan terus senyum sampai aku tidak menyadari sosok Vela yang sudah ada di sampingku. Hehe.

"Oke, ini kemajuan besar buat perjuangan lo, Kei." ujar Aurel semangat.

Aku mangut-mangut kesenengan.

"Tapi lo geraknya lama banget sih, Kei. Kalo gue itung emm," Niken mulai memainkan jarinya, "enam bulan lebih!" lanjutnya.

"Itu terlalu lama, kalo gue mah pasti sebulan aja udah jadian. Bukan kenalan lagi." sela Vita.

Seketika semuanya menatap Vita dengan horor.

"Maksud lo, jadian sama siapa?! Ka Albyan?" tanya Vela yang otomatis telah mewakilkanku.

Vita tertawa kecil, "Eits, selow. Bukan dia kok, maksudnya kalo gue sama cowok lain gitu," jawabnya di sertai cengiran meringis.

Aku membuang napas lega, begitu juga dengan yang lain.

"Jangan sampe lo suka lagi Vit, sama Ka Albyan." ujar Aurel.

"Iyaaa, dari awal kan gue udah janji relain Ka Albyan buat Keira," Vita menatapku tenang, "dan gue bakal pegang janji itu sampai kapanpun." dia tersenyum padaku.

Aku tidak tahan lagi dan akupun langsung memeluknya, "Thanks Vit."

Saat itu, Vita bisa saja terus melanjutkan perasaannya.

Bersikap egois dan mengabaikanku.

Tapi dia tidak melakukannya, dia memilih berhenti lalu membuat awal persahabatan yang indah denganku.

Big thanks for you Vit.

"Tapi Kei, gimana nasibnya Dio?" Pertanyaan Niken membuatku tersadar lalu melepaskan pelukanku.

Keningku mengernyit, "Nasibnya? Emang kenapa?"

"Ihhh jangan bilang lo gak peka?!" kata Aurel dengan penekanan.

"Gak peka apaan sih?" Keningku semakin mengernyit.

Mereka semua geleng-geleng kepala, kecuali Vela yang terlihat santai.

Aku yakin mereka sedang berpikir kalo Dio suka denganku.

"Dio itu suka sama lo, Kei." ujar Vita.

Tuh kan bener.

Aku membuang napas kasar lalu melihat Vela.

"Bukan cuma gue yang ngerasa, tapi mereka juga." ucapnya malas.

Aku berdecak kemudian mengambil napas panjang, "Teman-temanku tercintaaa, dengerin gue. Bukannya gue gak peka, tapi gue gak mau ge-er, Sumpah deh." jelasku.

"Keira kita yang tercintaaa, dengerin kita. Lo itu emang pantes ge-er, karena komunikasi lo sama Dio udah bikin baper orang yang ngeliat." kata Aurel dengan menunjuk-nunjuk tepat di depan wajahku.

Aku mengibaskan telunjuk Aurel, "Ck, apasih yang bikin baper? Panggilan aku-kamu?"

"Bukan cuma itu, Kei, tapi perhatian, gerak-gerik, tatapan, dan semua hal yang bikin kita yakin kalo Dio suka sama lo!" ujar Vela.

"Kalo panggilan aku-kamu itu, ya... Cuma biar lebih nyaman aja sebagai sa-ha-bat." aku menekankan kata sahabat, "kalo perhatian, gerak-gerik atau semacamnya, emm... Lefany juga dapetin itu kok." Tiba-tiba nama Lefany terlintas di benakku.

"Kok jadi Lefany sih? Beda tau Keiii," ucap Aurel.

"Samaaa." kataku yakin.

"Au ah, ngomong sama lo bikin gue kesel, kaya ngomong sama Dio. Kalian emang cocok jadi sepasang orang ngeselin!" cetus Aurel.

Aku terkekeh sendiri mendengar itu.

"Tapi gue maunya cocok sama Ka Albyan. Gimana dong?" tanyaku dengan nada bercanda.

Krik. Krik.

"Pulang-pulang, sebelum kita menjadi gila." kata Vela, semuanya pun beranjak dari tempat duduk lalu meninggalkanku.

"Haha," aku tertawa sendiri yang membuatku seperti orang gila.

"Eh tungguuu!" teriakku mengejar yang lain.

**

15:30

Seperti biasa, aku pulang tigapuluh menit lebih lama dari siswa lainnya karena harus melakukan tugasku.

Setelah selesai, aku langsung menghampiri Vela yang sedang berdiri sembari menatap dengan pandangan kosong ke arah sebrang sana.

Dia terlihat seperti seseorang yang sedang menunggu kekasihnya hehe.

Aku pun berniat mengejutkannya, berjalan perlahan dengan menenteng kedua sepatuku supaya tidak terdengar olehnya.

"Udah?" Cengiran jahilku menciut di kala Vela menoleh dengan tatapan aneh melihatku.

"Yah...." Aku menurunkan kedua sepatuku dengan lemas.

Selalu saja aku gagal untuk mengejutkan Vela, sepertinya dia terlalu peka terhadap rangsang. Hmm.

"Mau ngapain? Ngagetin gue ya? Vela tertawa kecil mengejekku.

"Kesel ah, gagal mulu." jawabku seraya mengikat tali sepatuku, sedangkan tawa Vela seperti mengiringi.

"Kuy lah," jawabku setelah selesai.

Aku dan Vela pun segera menuruni tangga untuk sampai ke tujuan. Parkiran.

"Tumben gak rapat?" tanyaku tepat setelah melihat anak OSIS yang baru saja menyapa Vela.

"Rapat mulu. Bosen kali Kei," jawabnya sambil memisahkan tali headsetnya yang terlilit.

Aku pun ber-oh ria.

"Lo kalo rapat bareng anak MPK juga kan?"

"Yaps,"

"Berarti sering liat Ka Albyan dong?" Aku berhenti di depan Vela.

"Engga." jawabnya lalu berjalan melewatiku.

"Ihh kok engga sih?" Aku berjalan mundur dan berusaha menjajarkan posisiku di sampingnya.

"Gue kan baru ikut rapat beberapa kali Kei, lagi pula Ka Albyan jarang ikut rapat. Kemaren aja dia malah pacaran sama lo." katanya.

Pacaran?

Plis Vel, jangan bikin gue nge-fly aw.

Aku menghentikan langkahku. Nyengir sendiri karena mendengar Vela.

"Jangan nge-fly mbaaa, ayo ah cepet pulang!" teriak Vela, aku pun tersadar lalu menyusulnya dan merangkulnya.

"Vel, kalo lo lagi rapat, tolong fotoin Ka Albyan ya! Pliiisss," pintaku.

"Mau tidak yaaa?" kata Vela seperti berpikir.

"Ih lo mah gitu, mau ya? Ya? Ya? Vela cantik deh," rayuku.

Vela menoleh ke arahku, "foto doang kan? Gampil," Dia menyentilkan jarinya.

"Yeayy love you beb," ujarku senang.

"Gue emang baru sekali ketemu Ka Albyan di rapat, tapi lo harus liat ekspresi Ka Albyan pas rapat gimana!" kata Vela.

"Albyan?" Tiba-tiba suara seseorang mengejutkan kami.

Langkah kami menjadi terhenti karenanya.

"Albyan kenapa?" Dia memicingkan matanya ke arah kami.

Lah ini orang kepo amat. err.

"G-gapapa Ka," kata Vela gugup.

Aku menaikkan sebelah alisku, bingung melihat Vela.

"Tadi gue lagi ngasih tau, siapa aja anak kelas sebelas yang jadi OSIS, eh MPK maksudnya." Vela mangut-mangut sendiri.

"Oh gitu," jawabnya yang terlihat jutek.

"By the way, gue mau kasih tau, kalo data yang lo kirim belum masuk." lanjutnya.

"Belom masuk Ka? Loh kok bisa?" Vela menggaruk kepalanya bingung.

"Mana gue tau. Lo liat aja sendiri. Ayo!"

Cewek yang bisa ku tebak adalah salah satu dari senior OSIS pun jalan melewatiku tanpa terlihat ramah sedikitpun.

"Eh Vel tunggu," Aku menahan tangan Vela.

"Duh lupa gue kalo ada lo, lo duluan ke parkiran ya Kei, gue ada urusan." katanya.

"eh eh." aku menahannya lagi.

"Apa lagi Kei? Cepetan nanti Ka Dela marah."

"Yaelah emang dia siapa sih? Terus kenapa lagi dia sensitif denger nama Ka Albyan," tanyaku lagi.

"Dia kan waketos masa lo gak tau sih. Dan dia itu suka banget sama Ka Albyan. Dasar gak peka!" jawab Vela lalu bergegas pergi meninggalkanku.

Dih, kenapa jadi bawa-bawa si peka?

*

Sesuai yang dipinta Vela, aku jalan duluan ke parkiran, tapi sekarang aku duduk di kursi panjang yang ada di samping pos satpam karena malas berdiri di parkiran sana.

5 menit.

10 menit.

13 menit.

Kalo saja dua menit lagi Vela tidak datang, aku berniat untuk meninggalkannya.

"Ihs," umpatku tak sabar.

"Kenapa?"

Aku berdecak karena mendengar pertanyaan yang terkesan kepo itu.

Eh tapi,

Wait...

Siapa yang nanya?

Aku menoleh ke samping dan betapa terkejutnya saat aku melihat Ka Albyan yang tengah duduk di sampingku.

Oke fine. Gue kurang peka!

***

Halooo Author comeback 😊

Ukk sudah berakhir~~ yeaayy 😀

Gue udah gak punya beban lagi dan bisa lanjutin part ini cuma dalam sehari 😄

Biasanya berhari-hari dan butuh revisi berkali-kali hehe 😂

Btw, happy 4K views 🎉

Alhamdulillah walaupun jarang update, tapi views nya tetep bertambah 😊😊

Makasih buat readers setia gue yang aktif maupun silent 😘

Dan sesungguhnya gue bener-bener butuh Vomment yang sangat berharga dari kalian, readers. ❤️❤️


05-06-17

Continue Reading

You'll Also Like

499K 30.5K 44
Anak pungut sepertiku berharap apa dengan takdir? Benar katanya, aku tak pantas diperlakukan layaknya manusia, karena takdirku sudah terlanjur tengge...
Say My Name By floè

Teen Fiction

1.1M 66.4K 33
Agatha Kayshafa. Dijadikan bahan taruhan oleh sepupunya sendiri dengan seorang laki-laki yang memenangkan balapan mobil malam itu. Pradeepa Theodore...
194K 23.7K 22
⚠️ BL Gimana sih rasanya pacaran tapi harus sembunyi-sembunyi? Tanya aja sama Ega Effendito yang harus pacaran sama kebanggaan sekolah, yang prestas...
130K 7.5K 52
⚠️DILARANG PLAGIAT! GUE VIRALIN, TUNTUT MAMPUS NNTI⚠️ "Kamu pernah bilang kalau kamu lautku Karang. Seperti namaku, Lara. Kita akan tetap bertemu dit...