LILY & The DEMON PRINCE ✔️[di...

By Lucien_Dire

589K 37.6K 1K

(18+) Bayangan yang mengisi kesunyian dalam kegelapan.. Mengisi kekosongan jiwa akibat luka terdalam.. Member... More

💙Aku dan kau(?)💙
[01]_ Sadness_
[02] _Falling in the Dark_
[03]_Death Contract_
[04]_the Revenge_
💕Cast💕
[05]_Call Me 'HIME'!!_
[06]_Dantalion Lucifer_
[07]_Crazy of Love_
[08]_Fire Arrows_
[09]_the Same Pain_
[11]_Queen Lucifer (story of the past)_
[12]_ Sleep 'TOGETHER' ??_
[13]_Blue Rose_
[14]_I will KILL YOU!!_
[15]_I... Love YOU_
Ebook
[16]_Don't LEAVE 'ME'_
[17]_ZEAN~Forbidden Spell_
[18]_MY Last Life, With YOU_
[19]_Black Mist_
[20]_Destruction of 'LUCIFER'_
[21]_Forgiven_
[22]_Don't Worry_
[23]_Thorn Among the Roses_
[24]_The "TRUTH"_
[25]_Broken_
[26]_Will Never End_
[27]_the GAME will Start_
[28]_YOU ~ Belong To ME_
[29]_Enemies_
[30]_the Return "PRINCES of BEHEMOTH"_
[31]_Betrayal of ASMODEUS_
[32]_Let ME Go..._
[33]_Scramble of the Throne_
[34]_Missing YOU.._
[35]_Take your revenge, Lily.._
[36]_Beginning of the 'WAR'!!"_
[37]_Last Smile.... _

[10]_Never Let YOU Go_

15.3K 1K 15
By Lucien_Dire

.

.

.

Para iblis dari kerajaan Asmodeus bersujud dan menunduk dalam kala sang Pangeran Lucifer berjalan angkuh melewati mereka.

Kabut hitam yang menguar di balik langkah, membuat mereka mundur teratur tanpa suara. Sungguh, amarah Damarion begitu kentara.

Beberapa dari mereka melirik kanan-kiri dengan keringat mengucur deras, takut membuat satu gerakan salah yang akan mengakhiri hidup abadi mereka. Sedang yang lainnya berkutat dengan pikiran masing-masing dengan pertanyaan yang sama.

"Apa yang membuat Sang Pangeran Lucifer sampai datang ke kastel Asmodeus?"

Manik Rion menatap lurus ke depan, sama sekali tak menggubris para iblis yang merasa hampir mati tercekik saat mendengar langkahnya. Dengan mudah ia bisa masuk ke dalam Kerajaan Asmodeus tanpa perkara apa pun.

Tentu saja, siapa yang berani menghentikan sang Lucifer? Bahkan raja Asmodeus pun menunduk saat mendapati Damarion tiba-tiba berada di ambang pintu ruang takhtanya.

Langkah Damarion menggema di lorong kastel yang tepat di ujungnya terdapat sebuah ruangan. Saat ini, pria bersurai legam itu tengah berkutat dengan pikirannya sendiri. Memilih antara dua pilihan yang akan ia lakukan saat melihat wajah wanita yang berani membuat Hime terluka di depan matanya.

"Mana yang lebih seru? Mati cepat dan menggenaskan, atau perlahan tapi menyakitkan?" Rion menyeringai menyeramkan.

Dari kejauhan, terlihat sebuah pintu besar dengan delapan penjaga di sisinya. Dengan lantang salah satu penjaga itu menyerukan kedatangan Damarion dan segera membukakan pintu untuk sang Pangeran.

Pintu itu terbuka dan kembali tertutup saat Damarion telah masuk. Di dalamnya menampilkan sosok Lacreimosa yang tidur miring menumpu kepala dengan satu lengan, menatap dengan posisi menggoda.

"Ada apa kau datang kemari, Pangeranku? Apa kau merindukanku, hm?" Ia berucap manja.

Sama sekali tak menghiraukan, Rion hanya melirik sejenak lalu memalingkan wajah ke arah kursi di sudut kamar, ia berjalan dan memilih duduk di sana.

"Aku tak ingin membuat keributan di sini, Raja Asmodeus dan kedua kakakmu tak tahu apa pun. Dan akan sangat salah jika aku meruntuhkan kastel ini hanya karena kelakuan bejat putrinya. Jadi, aku di sini hanya untuk memperingatkanmu."

Ini sungguh melenceng dari skenario. Bicara baik-baik? Kesempatan kedua? Apa sebenarnya yang Damarion pikirkan?

Setelah memasuki kamar sang putri, amarahnya seperti tertahan. Dalam pikiran Rion terlintas wajah cantik Hime dengan senyum manis gadis itu yang membuatnya kembali tenang. Sepertinya, Hime sudah memenuhi seluruh hati dan otak Rion hingga pria keji yang tak kenal kata ampun, kini tiba-tiba ingin bicara baik-baik.

Dalam hati, Rion mengutuk dirinya sendiri yang tak mampu melawan 'Cinta' hingga membuatnya terlihat begitu bodoh.

Lacreimosa hanya menyeringai mendengar penuturan Rion. Ia menebak, kepala pria tampan itu pasti terantuk batu dengan keras sebelum sampai di tempatnya hingga membuat otaknya terbalik.

Lacreimosa bangkit dari posisinya, mendekati Damarion. Dan dengan pedenya duduk di pangkuannya, mengalungkan kedua lengan di leher Rion. Kini mereka saling berhadapan. "Apa yang kau maksud, Rion? Aku tak melakukan apa pun. Semua yang kulakukan hanya untukmu."

Wanita itu mengelus pipi Rion dengan satu jarinya yang berkuku panjang. Ia mendekatkan bibirnya ke telinga kiri Rion dan membisikan sesuatu di sana.

"Aku akan melenyapkan siapa pun yang menghalangiku untuk bersanding denganmu," bisiknya membuat manik Rion menajam. Amarah yang sempat tertahan, meledak seketika.

Damarion melesat dan mendorong Lacreimosa hingga membentur dinding, mencekik leher wanita itu dengan satu tangan. Rion menatap bengis dengan tangan lainnya yang masih mengepal.

Kretak!!

Retakan tulang terdengar kala Rion mengeratkan cekikannya hingga membuat Lacreimosa meringis kesakitan. Kedua tangannya yang menahan Rion bahkan tak mampu membuat lengan kekar itu melonggar.

Napasnya tertahan, Lacreimosa hanya bisa menatap manik Rion yang begitu bernapsu untuk melenyapkannya. "Kau tidak bi-sa mem-bunuhku, Ri-on. Sang Ra-ja Lucif-fer ti-dak akan membiar-kan-nya."

Rion tersenyum miring saat mendengar ucapan penuh percaya diri yang dilontarkan Lacreimosa. "Kakakku tak 'kan membiarkanmu mati? Hahahaha ..." Rion tertawa keras, mencemooh.

"Aku tak perlu meminta izin siapa pun hanya untuk melenyapkan wanita busuk sepertimu!"

Lacreimosa semakin melotot mendengar ucapan Rion, wanita itu tiba-tiba ketakutan saat melihat seringaian yang mulai terukir di bibir Pangeran Lucifer.

"Aku datang ke sini untuk memberimu peringatan -" Rion semakin mengeratkan cekikan hingga retakan tulang kembali terdengar.

"Tapi, jika kau berani menyentuhnya seujung jari saja, akan kupastikan kau tak akan punya tangan lagi untuk memuaskan iblis yang tidur denganmu - atau mungkin, akan lebih buruk dari itu," bisiknya penuh intimidasi.

Rion melepaskan cekikannya dan menghilang dari sana, membuat Lacreimosa terhuyung sambil terbatuk-batuk. Tangannya mengepal, ia memukul dinding di belakannya hingga dinding itu retak. Manik gelapnya memancarkan aura kebencian yang begitu dalam.

"Kau hanya milikku, Damarion!!"



                         .......



Rion yang baru saja tiba di kamarnya, mengernyit bingung karena Hime tak ada di atas ranjang. Maniknya menelisik ke seluruh ruangan, tapi tetap tak mendapati gadis itu di mana pun.

Ia keluar, menutup pintu dan berjalan menelusuri setiap ruang di dalam rumah mewah Azzuri. Hingga langkahnya tiba-tiba terhenti saat melewati jendela besar di sisi kanannya.

Rion menoleh, ia mendapati Hime sedang bermain salju dengan Zean di luar sana. Senyum lega terukir di bibirnya kala melihat gadis itu baik-baik saja.

"Kau baru kembali?"

Suara merdu yang menginterupsi di belakang Rion membuat pria itu berbalik. Menatap Azzuri yang tengah tersenyum ke arahnya.

Kini mereka berdua berdiri berdampingan, sama-sama menatap ke luar jendela. Mengamati seorang gadis cantik yang tengah duduk di kursi taman dan seorang anak kecil yang berlarian ke sana-kemari sambil membawa salju di tangannya. Menciptakan trik-trik ajaib dengan salju di genggaman yang membuat gadis itu tertawa.

Azzuri melirik Rion yang tanpa sadar ikut mengulum senyuman manis di sampingnya. Wanita bersurai perak itu pun ikut tersenyum. "Jadi benar dia gadis itu?"

Rion menoleh, mengernyitkan alis bingung akan pertanyaan sang ratu.

"Gadis itu?" ulangnya.

"Gadis yang kau cintai." Azzuri membalas tatapan Rion. Satu alisnya terangkat menunggu kepastian dari sang adik ipar.

Namun, tiba-tiba manik Rion menyendu. Tatapannya kembali tertuju pada Hime yang tengah tertawa lepas, terlihat begitu bahagia. "Aku tak pernah melihatnya tersenyum sebahagia ini-"

Perlahan wajah tampan Rion menunduk, kedua maniknya menyiratkan penyesalan yang amat dalam.

"Azzuri, apa dia akan memaafkanku? Apa dia akan tetap mencintaiku dan ingin bersamaku setelah tahu apa yang telah aku lakukan padanya? Mungkinkah, dia tidak akan membenciku?"

Pertanyaan mengiris hati itu membuat manik Azzuri ikut menyendu. Ditatapnya Rion yang masih menunduk, perlahan menepuk pundak pria tegap itu lembut.

"Semuanya akan baik-baik saja, Rion." Sang ratu tersenyum, mencoba menenangkan hati Rion yang sedang kalut.

"Hey, kakak. Dari mana saja kau?"

Aylmer yang baru saja datang, langsung ikut bergabung di tengah Azzuri dan Rion. Membuat sang kakak memalingkan wajah ke segala arah dengan dengusan kasar, sementara Azzuri hanya tersenyum kecil melihat tingkah kedua adik iparnya.

"Kalian sedang melihat apa?" Aylmer ikut celingukan mengikuti arah pandang mereka dan menemukan apa yang dicarinya. Dengan satu dorongan jari, ia membuat jendela itu terbuka lebar hingga salju yang berterbangan menyeruak masuk begitu saja.

"Aylmer, apa yang kau lakukan?!"

Azzuri memekik pelan saat merasakan hawa dingin yang tiba-tiba menusuk tubuhnya, sementara Aylmer menoleh dengan senyum lebarnya.

"Maaf." Ia cengengesan.

"Hey, kalian yang di luar, boleh kami ikut bergabung?" Teriakan Aylmer membuat Hime dan Zean menoleh bersamaan. Begitu juga dengan Damarion yang tadinya mengedarkan pandangan, kini ikut menatap ke arah yang sama.

Tiba-tiba, Aylmer menggenggam tangan kedua kakaknya, ia melompat dari jendela yang ternyata berada di lantai tiga.

"Aylmer!!"

Azzuri dan Rion berseru saat tubuh mereka ikut terjatuh bersama Aylmer. Dengan cepat, Rion berpindah posisi dan menangkap tubuh Azzuri sebelum menyentuh hamparan salju di bawahnya.

Ketiganya mendarat dengan selamat.

"Bukankah ini menyenangkan? Kita tidak pernah menjatuhkan diri seperti ini, kan-"

Aylmer kegirangan. Namun ucapannya terhenti seketika saat melihat Rion dan Azzuri menatap horor ke arahnya dengan aura mematikan. Dengan segera, pangeran bungsu itu memalingkan wajah.

"Hey, apa aku boleh bergabung?" Aylmer melesat ke arah Hime dan Zean begitu saja. Meninggalkan dua orang yang masih mematung geram karena tingkah konyolnya.

"Dasar brengsek! Andai aku bisa melenyapkan adik menyebalkan itu." Rion mengusap wajahnya frustasi, sementara Azzuri hanya menghela napas panjang sebelum berjalan ke arah Hime dan yang lainnya diikuti Rion.

Senyum Hime semakin mengembang saat melihat Damarion semakin mendekat. Gadis itu berlari menghampiri dan menubruk tubuh Rion hingga hampir terjengkang ke belakang jika saja Rion tidak sigap menahan dengan satu kakinya.

Hime memeluk Rion begitu erat. Menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Rion dalam-dalam. Aylmer dan Zean yang melihat pemandangan di depan mereka pun ikut melongo dibuatnya. Mulut keduanya ternganga lebar sangking terkejutnya.

"Aku sangat takut. Saat aku bangun, kau tidak ada di sampingku. Aku pikir kau pergi karena tingkahku yang bodoh." Hime semakin mengeratkan pelukan dengan mata terpejam.

"Jangan tinggalkan aku."

Rion mengulas senyuman. Tangannya terulur membelai rambut coklat yang sedikit kusut karena tiupan angin. "Aku tidak akan pernah meninggalkanmu."

Rion membalas pelukan Hime. Terhanyut dalam debaran yang kian menenggelamkan keduanya.

"Ehem ... Ehem ... apa kalian lupa jika di sini ada anak kecil?"

Rion dan Hime segera melepaskan pelukan mereka saat suara Zean menginterupsi. Bocah kecil itu berpangku tangan dengan bibir mengerucut lucu menatap pasangan yang masih saling melempar pandangan.

"Aku juga mau ikut!" Kedua lengan Zean terentang ke depan dengan senyum lebar. Ia berlari menghambur pada paman pertamanya.

Dengan senang hati Rion mengangkat tubuh mungil itu, berjalan menghampiri yang lainnya.

Sementara Aylmer yang masih terpaku memukul pipinya beberapa kali untuk memastikan apa yang sedang dilihatnya bukan imajinasi belaka.

"Apa dia benar-benar Damarion Rensford?" Ia melirik Azzuri yang tersenyum tipis disertai anggukan.

'Ini pertama kalinya aku melihat pria dingin keparat itu tersenyum dan memeluk orang lain selain putra mahkota. Benar-benar tak dapat dipercaya' Aylmer menggeleng-gelengkan kepala.

.

.

.

.

"Apa yang sedang kau pikirkan?"

Rion datang membawa makan malam untuk Hime yang termangu di atas ranjang. Gadis itu tersenyum lembut. Satu tangannya menepuk pelan sisi ranjang, mengisyaratkan agar Rion duduk di sampingnya.

Namun, tidak. Rion lebih memilih berlutut di depan Hime dengan satu kakinya menekuk ke depan, dan satu lagi menekuk menyentuh lantai. Ia memegang tangan Hime dan meletakkan sesuatu di telapak tangan gadis itu. Sebuah kristal yang bersinar terang, hingga membuat manik Hime membola.

"Indah sekali," gumam Hime penuh kekaguman. Menatap kristal bening di telapak tangannya perlahan berubah kebiruan.

"Rion, warnanya?" Hime menatap Rion meminta penjelasan.

Damarion bangkit dan duduk di samping Hime, satu tangannya mengusap lembut pipi gadis itu. "Kristal ini akan selalu membawamu padaku."

Rion tersenyum lembut, sementara Hime mengerutkan kening tak mengerti apa yang Rion maksudkan.

"Apa kau akan-"

"Aku tidak akan kemana-mana," ucap Rion seakan mengerti apa yang akan Hime katakan. Manik keduanya saling beradu pandang.

"Kontrak yang mengikatku denganmu adalah kontrak mati. Kontrak itu tidak akan berakhir kecuali salah satu pengikat kontrak telah tiada. Dan tak 'kan ku biarkan sesuatu yang buruk terjadi padamu. Tapi, jika sesuatu terjadi padaku-"

Hime menutup bibir Rion dengan telapak tangan, membuat pria itu tak mampu melanjutkan kata-kata. Ia menggelengkan kepala dengan tatapan memohon.

"Aku tidak akan membiarkanmu mati," ucapnya dengan tatapan pilu.

Rion menurunkan tangan Hime, mengulas senyum tipis di bibirnya. Ditangkupnya wajah mungil gadis itu dengan kedua telapak tangan.

"Iblis itu abadi, Hime. Lagipula, siapa yang berani menantang sang Pangeran Lucifer?" Rion mencondongkan kepala dengan tatapan angkuhnya.

Raut sedih di wajah Hime beralih datar. Gadis itu kembali terdiam. Maniknya masih menatap pemilik manik kelabu yang begitu menghanyutkan, menenggelamkannya kian dalam. Hime sadar, ia telah terjerat oleh jaring pria tampan itu seperti yang lainnya.

"Rion, aku- emmhh." Sebelum Hime sempat melanjutkan ucapannya, Rion dengan lembut mencium bibir mungilnya. Melumatnya kian dalam hingga membuatnya ikut terseret lebih jauh oleh perangkap cintanya.

Maniknya perlahan terpejam dengan napas memburu. Hingga tanpa sadar, Rion sudah membaringkan Hime di atas ranjang dan membuatnya kehilangan kesadaran, seperti sebelumnya.


                         ......




Di sisi lain, Danta tengah berjalan ke sana-kemari di ruang kerja. Di kastelnya, di dunia para iblis, Helldon. Langkahnya tiba-tiba terhenti dan menoleh ke arah pintu kala penjaga menyerukan kedatangan sang ratu, Elizabeth Azzuri.

Azzuri masuk dengan langkah anggun, mengangkat pinggiran gaun indahnya dan sedikit menunduk pada sang Raja. "Salamku untukmu, Your Highness."

Di dunia iblis, Azzuri tetaplah seorang ratu. Ia harus bersikap dan berpakaian layaknya sang ratu yang agung. Meski itu sangat berbeda dengan saat bersikap di rumahnya, di dunia manusia.

Danta mendekati sang ratu, menatap lekat-lekat. "Kenapa kau kemari?"

Azzuri mendongak, menatap iris rubi suaminya saksama. Ini kedatangan pertamanya di dunia iblis sejak kelahiran Zean, yang kemudian Danta memintanya tinggal di dunia manusia.

"Aku tahu kau yang merencanakan semua ini, Danta." Wanita cantik itu masih menatap kedua manik suaminya yang perlahan menyipit.

Danta berpaling, berjalan menjauhi Azzuri.

"Kumohon, hentikan semua ini. Aku yakin kau juga tau kalau Damarion sangat mencintai-"

"Itu tidak akan terjadi, Azzuri!!"

Danta berteriak marah. Ia berbalik menatap istrinya dengan emosi yang mulai meluap. "Aku tidak akan pernah membiarkan itu terjadi!"

Azzuri masih berdiri di tempatnya. Ia sama sekali tak gentar akan aura kematian yang menguar di sekitar suaminya. "Rencanamu menikahkan Damarion dengan putri Lacreimosa tidak akan pernah terpenuhi. Jadi hentikan semua ini, dan biarkan adikmu menentukan takdirnya sendiri." Azzuri semakin lekat menatap sang suami. Tidak ada ketakutan di dalam dirinya.

Danta semakin mendekat, menangkup kedua bahu istrinya dan meremasnya kuat hingga membuat Azzuri meringis kesakitan.

"Kenapa kau tak mau mendengarkanku? Kau adalah ratuku, Azzuri. Kau adalah ratu dari sang Raja Lucifer. Raja dari segala Raja iblis. Sudah sepatutnya kau berjalan beriringan denganku, bukannya berbalik menyerangku!"

Danta semakin mengeratkan jemarinya. "Jika aku mau, aku bisa saja melenyapkanmu, dan -"

"Kau tidak akan pernah bisa melakukannya-" Azzuri mendongak, menatap manik Danta yang semakin menggelap. "Karena kau mencintaiku."

Danta terdiam, ia melepaskan bahu Azzuri dan menatap manik istrinya sendu. Jari lentik wanita cantik itu terangkat membelai pipi suaminya lembut. "Kau tidak akan bisa membunuhku. Karena kau mencintaiku, Zavian Dantalion Lucifer. Dan ingatkah kau, kalau aku dulu juga manusia?"

Danta kembali terfokus saat mendengar penuturan ratunya. Ia tak mampu membuka mulut untuk mengatakan sepatah kata. Pertanyaan itu benar-benar membungkamnya.

"Aku mengerti, kau melakukan semua ini untuk melindungi keluarga dan rakyatmu. Tapi sadarkah kau, Danta? Perbuatanmu inilah yang akan membuat Lucifer terpecah."

Azzuri menenggam tangan Danta.

"Cinta bukan sebuah kutukan, cinta bukan sebuah kesalahan. Cinta akan selalu menemukan jalannya, seperti kau dan aku. Itu yang kau katakan padaku, bukan?"

Manik Danta kembali seperti semula. Ia menatap manik biru laut milik sang ratu yang begitu menenangkan.

Pikiran Danta kembali terbayang pada ratusan tahun silam. Saat pertama kali ia merasa begitu nyaman berada di dekat seorang manusia, dan akan melakukan apa pun untuk mempertahankan gadis itu agar tetap di sampingnya. Meski nyawa menjadi taruhannya.

Saat itu, lima ratus tahun yang lalu ....

                     

                        ~°^°~

.

.

Kira-kira, apa yang telah dilakukan Rion hingga ia merasa Hime tidak akan memaafkannya?

Dan masa lalu apa yang terus membayangi sang raja iblis Dantalion hingga melakukan segala cara untuk memisahkan Rion dan Hime?

Semuanya akan segera terungkap!

See u in next chap  ^_^

Continue Reading

You'll Also Like

70K 8.4K 50
[Utamakan follow sebelum membaca.] Please, don't copy my story. ──────────── Angin berbisik diantara daun-daun gugur, membawa cerita-cerita lama yan...
5.5M 284K 27
[ SUDAH TERBIT ] PART TIDAK LENGKAP Scarlet Gregory Seorang penyihir cantik yang tinggal dan dibesarkan di Diamond Pack--Teritori yang cukup disega...
11.3M 765K 54
_Fantasy Romance_ Dyeza Zafriela namanya. Ia tidak tahu dosa apa yang telah ia perbuat hingga harus dihadapkan pada kenyataan pahit yang serasa meng...
1.7M 47.1K 15
*Kisah anak-anak dari cerita Sparkly Butterflies & Because I Love You!* Panggil gue Nefa, gue hobi bolos kelas dan selalu kena sial dimanapun kapanpu...