LILY & The DEMON PRINCE ✔️[di...

由 Lucien_Dire

589K 37.6K 1K

(18+) Bayangan yang mengisi kesunyian dalam kegelapan.. Mengisi kekosongan jiwa akibat luka terdalam.. Member... 更多

💙Aku dan kau(?)💙
[01]_ Sadness_
[02] _Falling in the Dark_
[03]_Death Contract_
[04]_the Revenge_
💕Cast💕
[05]_Call Me 'HIME'!!_
[06]_Dantalion Lucifer_
[07]_Crazy of Love_
[09]_the Same Pain_
[10]_Never Let YOU Go_
[11]_Queen Lucifer (story of the past)_
[12]_ Sleep 'TOGETHER' ??_
[13]_Blue Rose_
[14]_I will KILL YOU!!_
[15]_I... Love YOU_
Ebook
[16]_Don't LEAVE 'ME'_
[17]_ZEAN~Forbidden Spell_
[18]_MY Last Life, With YOU_
[19]_Black Mist_
[20]_Destruction of 'LUCIFER'_
[21]_Forgiven_
[22]_Don't Worry_
[23]_Thorn Among the Roses_
[24]_The "TRUTH"_
[25]_Broken_
[26]_Will Never End_
[27]_the GAME will Start_
[28]_YOU ~ Belong To ME_
[29]_Enemies_
[30]_the Return "PRINCES of BEHEMOTH"_
[31]_Betrayal of ASMODEUS_
[32]_Let ME Go..._
[33]_Scramble of the Throne_
[34]_Missing YOU.._
[35]_Take your revenge, Lily.._
[36]_Beginning of the 'WAR'!!"_
[37]_Last Smile.... _

[08]_Fire Arrows_

17.1K 1K 29
由 Lucien_Dire

.

.

.

Salju masih berjatuhan, bola-bola putih itu masih menjadi penghalang sang surya untuk mengedarkan sinarnya pagi ini. Membuat siapa pun enggan untuk beranjak dari ranjang empuk dan selimut hangat mereka.

Tak terkecuali Hime yang masih terlelap dengan damainya ditemani sang pangeran iblis yang sejak semalam tak sekali pun beranjak dari hadapan gadis bermanik hazel itu.

Hime mengerjapkan mata saat merasakan belaian angin musim dingin yang membuat tirai dengan kain-kain tipis itu beterbangan hingga sinar yang susah payah mengintip di balik hamparan salju dapat masuk.

Maniknya terbuka perlahan. Dengan menghela napas dalam ia beranjak bangun, melakukan sedikit peregangan guna merilekskan tubuhnya. Gadis itu menoleh, memandangi pria tampan yang sampai saat ini masih memejamkan mata di sampingnya. Ia tidak yakin jika pria itu benar-benar terlelap. 'Iblis 'kan tidak butuh tidur.' pikirnya.

Hime menggeser tubuh mendekat, menatap lekat. Dengan sangat hati-hati, ia mencondongkan wajah ke arah Rion dengan satu lengan sebagai tumpuan.

Bibir mungilnya tersenyum lembut, sementara maniknya menyusuri kehindahan yang ada di depannya lebih dalam.

Satu lengan Hime terulur, mengusap lembut pipi pucat bak batu pualam, menurun hingga bibir yang mengatup rapat. Jari lentiknya berhenti dan sedikit terangkat saat perasaan aneh berdesir hebat di dalam tubuhnya hingga membuat jantungnya ingin melompat keluar.

"Apa jantungmu sedang ikut lomba lari? Aku bisa mendengar dia berlari kencang berusaha melarikan diri saat menyentuhku." Rion membuka matanya, tersenyum samar.

"Selamat pagi, My Lady."

Hime yang tidak sempat menghindar hanya bisa mengedipkan mata dengan wajah polosnya. Ia masih terpaku dengan posisi yang sangat ... Akh-

Lengan kekar Rion memeluk pinggang Hime tiba-tiba, membuat pemiliknya seketika menegang.

"Jadi, kau ingin di atas? Kau lebih berani sekarang." Seringaian licik muncul di sudut bibirnya.

Hime tersentak, dengan cepat ia bangkit dan duduk di tepi ranjang, membelakangi Rion yang masih menyeringai samar. Wajahnya merah padam. Hime sendiri tak menyadari apa yang baru saja ia lakukan. Tangannya bergerak sendiri tanpa pemberitahuan.

Sesaat kemudian, pikiran gadis itu teralihkan. Maniknya menatap jam dan pintu bergantian seakan mencari seuatu di sana.  Merasa mengerti apa yang sedang dicari gadisnya, Rion pun kembali membuka suara.

"Mereka semua sudah aku pecat - kemarin," ucap Rion seraya berjalan membuka tirai kamar Hime.

Hime mendelik, alisnya menaut seolah meminta penjelasan atas apa yang baru saja pria tampan itu ucapkan.

"Kau mencari para pelayanmu, 'kan? Aku sudah memulangkan mereka saat kau tidur. Sekarang hanya ada kau dan aku di sini."

"Apa?!" Suara Hime melengking tajam.

"Kau memulangkan mereka semua?! Enam pelayan, empat tukang kebun, tiga sopir, dan bahkan kepala pelayannya?"

Rion hanya mengangguk-anggukkan kepala mendengar penjabaran Hime yang memekakan telinga.

"Hey, iblis brengsek! Jangan cuma mengangguk, apa kau gila? Siapa yang akan mengurus rumah sebesar ini, hah?!" Gadis itu masih mencerca Rion di atas tempat tidur.

Aktifitas tangan Rion yang masih berkutat dengan tirai-tirai itu berhenti. Ia mendengus kasar, berbalik menatap sang nona yang bola matanya hampir keluar karena memelototinya.

"Tentu saja aku yang akan mengurus semuanya. Jika kau mau, aku bisa mendatangkan seribu iblis untuk mengurus rumah ini," jawabnya santai.

"Bukankah selama ini aku sudah mengurusmu dengan baik?" Rion tersenyum jail, alisnya terangkat menatap Hime dan ranjang bergantian.

Wajah cantik Hime beralih datar. Dengan malas gadis itu bangkit dan berjalan ke kamar mandinya.

"Dasar iblis mesum," umpat Hime membuat Rion semakin tertawa.

.

.

.

Hime masih menekuk wajah masam. Bibirnya mengerucut dengan kedua lengan menangkup wajahnya di atas meja saat Rion dengan sigap menyiapkan sarapan.

Alasan utama gadis itu memperkerjakan banyak orang adalah agar rumah mewah yang ia tempati tidak sepi.

Hime selalu senang melihat senyum ramah semua pekerjanya saat ia lewat. Mendengar canda tawa mereka saat bekerja, dan ikut tertawa bersama mereka saat Rion berada di kastelnya sendiri, di dunia para iblis. Tapi sekarang, pria tampan dengan surai legam yang kini dikuncir itu membuat suasana rumah ini lebih sepi dari pemakaman.

"Hahhh ..." Rion menghela napas kasar, ia ikut duduk di depan Hime yang masih cemberut dengan tangan yang sedari tadi memukul-mukulkan sendok di mangkuknya. Membuat kebisingan untuk melampiaskan kekesalan.

"Hime, dengarkan aku." Rion berucap datar.

Sengaja tak menghiraukan, Hime memainkan sendok itu hingga bunyinya semakin kencang. Dengan satu tatapan tajam Rion, sendok dan mangkuk itu terlempar dan pecah seketika.

"Sekarang, bisakah kau mendengarkanku, My Lady?" Rion menurunkan nada suara.

Dengan terpaksa, akhirnya Hime mau menatapnya. Memangku tangan di atas meja, masih melayangkan tatapan sebal.

"Apa kau ingat kejadian kemarin? Panah yang hampir saja menusuk jantungmu adalah panah perak." ucapan Rion membuat Manik Hime sedikit membelalak.

"Itu bukan panah sembarangan, hanya iblis dengan kekuatan menengah dan tingkat tinggi yang dapat menciptakan panah seperti itu. Ini contohnya."

Tangan kanan Rion terulur, kabut hitam muncul dari telapak tangannya dan berubah menjadi sebuah anak panah. Ia meletakkan anak panah itu di atas meja.

Manik Hime semakin melebar, menatap anak panah yang tak pernah ia lihat sebelumnya.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Jadi yang kemarin itu iblis?" Gadis itu terperangah.

Rion mengangguk. "Kau tidak ingin mereka yang tidak berdosa mati sia-sia, bukan? Karena itulah aku memecat mereka semua-" Rion menjeda sejenak.

"Iblis-iblis itu pasti menginginkan sesuatu. Dan mereka pasti akan kembali. Iblis tidak akan berhenti sebelum mendapatkan apa yang mereka inginkan."

Satu tangan Rion mengelus dagu seolah sedang berpikir. 'Aku harus mencari tahu siapa mereka - secepatnya.'

Hime terdiam, maniknya menyendu. Apa yang dikatakan Rion ada benarnya, jika mereka ada di sini mungkin mereka tidak akan bisa selamat jika iblis itu kembali lagi. Dan dia sudah mencerca habis-habisan pria itu tadi pagi. Apa yang sudah ia lakukan?

"Ternyata kau masih memiliki kebaikan di dalam hatimu, Lily." Rion bergumam pelan, pikirannya kembali melayang saat di mana gadis lugu di depannya ini mampu memberikan perintah kejam untuk membalas dendam dua tahun yang lalu.

Bukan untuk menyelamatkan mereka yang tidak berdosa. Rion bahkan tak pernah peduli dengan nyawa manusia. Mereka hanya mainan untuk para iblis sepertinya.

Namun, gadis ini, ia bagaikan berlian yang silaunya bahkan membuat seorang Damarion Rensford Lucifer, sang pangeran iblis menjadi buta.

Rion hanya ingin lebih intens melindungi Hime.

Karena jika para manusia tak berguna itu masih ada di sekitar Hime, itu hanya akan menyusahkannya. Hime pasti akan menyuruhnya untuk menyelamatkan mereka juga, dan itu sangat merepotkan.

"Bisa kita ke kantor sekarang?"

Lamunan Rion buyar saat suara gadis itu menginterupsi. Kali ini terdengar lebih lembut dan sedikit manja. Rion berdiri, menekuk tangan kanan ke depan dan sedikit membungkukkan badan.

.

.

.

"Hahh ... para klien itu membuatku pusing." Hime mengusap keninganya frustasi.

Sedang Rion yang saat ini tengah mengemudikan mobil menuju kediaman sang nona hanya sedikit melirik tanpa ikut menimpali.

'Apa yang membuatmu pusing? Dua tahun ini, aku yang selalu mengurus klien-klien tak tau diri itu. Sok manis, sok tenang, sok lembut, sok ramah dan sebagainya. Kau hanya tinggal duduk dan mendengarkan ocehan mereka. Sedang aku yang mengerjakan semuanya. Dan kau merasa pusing? Dasar gadis aneh.' batin Rion menggerutu kesal.

Mobil mewah itu tiba-tiba berhenti tepat di depan gerbang utama rumah Hime yang memiliki sistem otomatis, sehingga akan langsung terbuka jika pemiliknya datang.

"Kenapa kita berhenti di sini?" Alis Hime mengernyit, bingung menatap Rion yang menghentikan mobil tepat di gerbang rumahnya, sedang gerbang itu sudah terbuka dari tadi.

Rion tampak siaga. Tanpa menjawab pertanyaan, ia turun dan membukakan pintu mobil untuk Hime. Tangannya menggenggam erat pergelangan tangan Hime yang masih celingukan tak tahu apa-apa.

Hingga tiba-tiba....

BLEDARR!!!

Rion melompat tinggi, melayang di angkasa. Memeluk pinggang Hime erat saat mobil mewah keluaran terbaru itu tiba-tiba meledak. Wajah tampannya menoleh ke arah gadis yang memeluk lehernya tak kalah erat. Kedua manik Hime tampak begitu terkejut dan ketakutan.

"Tutup matamu ...." Dengan senyum lembut, Rion mengusap kedua kelopak mata Hime agar gadis itu terpejam.

"Keparat!" umpatan meluncur halus dari bibir Rion yang mulai terpancing emosi.

Puluhan anak panah dengan ujung berkobar api melesat. Namun, dengan mudahnya Rion dapat menangkisnya dengan satu tangan. Sementara tangan lainnya ia gunakan untuk mendekap gadis yang terlihat ketakutan di pelukannya.

Rion bergerak kesana-kemari dengan lincah, membuat panah-panah itu meleset dan membakar sekeliling mereka.

Sesaat, maniknya menengadah. Tampak awan mendung yang semakin menggelap, hingga hari yang masih sore tampak segelap malam.

Satu anak panah kembali muncul. Melesat dengan cepat dan kian membesar dengan api yang berkobar di ujungnya. Tangan Rion dengan cepat terulur dan mengarah pada anak panah yang sedetik lagi akan sampai pada dirinya. Dari telapak tangannya, keluar bola api yang melesat hingga menabrak panah itu.

BLEDAAMMM!!!

Ledakan besar tercipta. Membakar rumah mewah Hime dan segala yang ada di sekitar mereka.

Rion melayang di udara, di atas kobaran api yang semakin ganas menjilat. Ia masih bersiaga.

"Dasar keparat! Keluar kalian semua!!" teriaknya lantang.

Manik kelabu Rion menajam, semakin menyipit saat menatap sekumpulan asap putih bersembunyi di balik pepohonan tak jauh dari tempatnya berada. Seringaian muncul di sudut bibirnya. "Kena kau."

Tangan kanannya kembali terulur dan mengeluarkan bola api berwarna biru, dengan cepat Rion melesatkan bola itu ke arah yang dilihatnya.

Dua, empat, delapan, bola api itu membelah menjadi puluhan dan siap menghantam.

Kraakkk!!

BLEDAARRR!!!

Pepohonan itu tumbang seketika, menampakkan wujud tiga pria berjubah hitam yang melesat mendekat, mengepung Rion dan Hime dari arah berbeda. Tidak mempan dengan panah, mereka bergerak dan terus menyerang Rion bersamaan.

Hime yang masih berada di pelukan Rion perlahan membuka matanya yang sedari tadi terpejam. Ia melihat orang-orang yang berlarian kalang kabut karena kobaran api yang kian membesar, melahap rumah mereka. Bahkan tak sedikit dari mereka yang ikut terbakar oleh panasnya api.

Gadis itu menengadahkan kepala, menatap Rion yang terus menghindar dan balik menyerang. "Rion, kita harus pergi dari sini!" teriaknya tiba-tiba.

"Apa maksudmu? Kenapa kau membuka matamu?" Rion menjawab sambil terus menghindar agar Hime dapat melanjutkan pembicaraan.

"Banyak orang yang akan terluka jika kita tetap di sini! Kau juga tidak ingin melihat orang tak berdosa mati sia-sia 'kan?" Hime kembali menunduk, melihat kobaran api yang semakin membesar karena pertarungan mereka.

"Aku tidak peduli dengan mereka. Jika para pelayan itu di sini, mereka hanya akan menyusahkanku saja."

Manik Hime melotot, ia kembali menatap Rion yang masih terlihat sibuk dengan musuhnya.

"Kau - Aku tidak peduli, kita harus pergi dari sini!" Gadis itu menatap tajam.

"Bisakah kau memikirkan keselamatanmu saja di saat-saat seperti ini?"

"Tidak! Kubilang pergi! Atau aku akan menjatuhkan diri ke dalam api di bawah kita!" Hime membentak.

"Kalau kau ingin mati, lepaskan pegangan tanganmu padaku dan jatuhlah," balas Rion tanpa menoleh sedikit pun.

"Tidak mau! Aku ingin kau yang melepaskanku. Lepaskan aku!"

"Ck!" Rion berdecak sebal. Seketika keluar kabut hitam dari bawah kakinya hingga menyelimuti tubuhnya dan Hime. Sedetik kemudian, mereka menghilang. Sedang Hime tersenyum penuh kemenangan.

'Aku tahu kau tidak akan melepaskan pelukanmu, Rion.'

.

.

.

Rion melesat, menjauhi kota hingga ke tengah hutan. Menghilangkan jejak agar ketiga pria berjubah hitam itu tak bisa mengikutinya.

Rion menapakkan kaki di atas tanah, ia melepaskan pelukan. Menatap tajam gadis di hadapannya.

Sementara Hime hanya menunduk, tak berani membalas tatapan membunuh Rion yang membuat bulu kuduknya meremang.

"Aku tak ingin ada orang lain yang kehilangan anggota keluarga mereka, orang yang mereka sayangi. Karena aku tahu bagaimana rasanya ... maafkan aku," ucap Hime sendu, masih tertunduk.

"Apa kau terluka?"

Pertanyaan Rion membuat Hime kembali menatap manik kelabu yang begitu menghanyutkan. Hime menggeleng pelan.

"Apa kau terluka?" Hime balik bertanya. Kedua alisnya terangkat, menatap wajah tampan yang kian memikat, meski terlihat sedikit basah entah karena peluh atau salju yang terus berjatuhan.

Pria itu berbalik memunggunginya dan berjalan beberapa langkah.

"Tadi aku hanya melakukan peregangan. Sudah lama aku tidak menggunakan kekuatanku," jawab Rion enteng sambil memutar kedua lengannya yang terentang.

Jawaban Rion semakin membuat Hime geram. Matanya kembali membelalak.

'Ia sudah menghancurkan hampir seperenam kota, dan dia bilang hanya peregangan? Iblis macam apa dia sebenarnya?' batin Hime. Sementara Rion yang dapat mendengarnya tersenyum samar.


Tiba-tiba Rion kembali terkesiap, maniknya melirik melalui ekor mata. Menangkap pergerakan di balik rimbunnya pepohonan. Ia kembali melesat, mendekap Hime dan memutar tubuhnya.

Sret!

".. Akhh!"

Hime memekik. Kali ini Rion terlambat karena sedikit lengah, anak panah perak melesat dan berhasil menggores lengan kiri Hime sebelum akhirnya hancur karena menabrak tubuh Rion.

Ketiga pria itu muncul di hadapan mereka.

Manik Hime menyipit, mengerutkan alis dengan menggigit bibir bawah menahan perih akibat luka di lengan kirinya. Darah merembes keluar dari goresan itu.

Rion yang melihat wajah Hime semakin memucat dengan darah yang terus mengalir dari lengannya menggeram marah. Ia menyenderkan gadis itu di bawah pohon dan mengelilinginya dengan barrier yang ia ciptakan.

Tangan Rion mengepal erat. Kabut hitam kembali menguar dari setiap jejak kakinya.  Dengan sedikit menunduk, Rion melangkah maju menuju ketiga pria yang berjarak seratus meter darinya.

Sinar mentari yang sebelumnya masih terlihat samar, kini lenyap. Kegelapan benar-benar telah menyelimuti hutan itu. Angin bergemuruh, seakan menjawab panggilan sang pangeran kegelapan.

Kabut hitam semakin menguar hingga menyelimuti tubuh Rion, dan dengan sekejap, pakaian layaknya manusia yang tengah dipakainya kini berubah menjadi pakaian layaknya seorang bangsawan iblis.

Kaki Rion semakin melangkah maju diikuti kabut yang kian menebal, membuat rerumputan yang dipijaknya terbakar dan mati seketika.

Rion meluruskan tatapan. Maniknya telah berubah keemasan.

"Sepertinya, aku sudah cukup bermain-main." Ia menyeringai mengerikan. Seketika, maniknya berkilat merah.

BLEDAARRRR!!!




                        ~°^°~

继续阅读

You'll Also Like

687K 5.1K 8
Putri kerajaan yang sangat rupawan harus menerima takdirnya yang akan menjadi Permaisuri dari Kaisar Kegelapan, Kaisar yang sangat kejam. Pria yang s...
1.7M 47.1K 15
*Kisah anak-anak dari cerita Sparkly Butterflies & Because I Love You!* Panggil gue Nefa, gue hobi bolos kelas dan selalu kena sial dimanapun kapanpu...
1.5M 74.7K 33
Anak baru yang menarik perhatian semua cewek di sekolahnya ternyata mempunyai rahasia yang selama ini tidak pernah dibayangkan Elena. Malam itu, dia...
338K 6.3K 6
Nickholas pernah jatuh cinta, hingga ia benar-benar dihempaskan sampai ke jurang kematian. Sayangnya bukan ia yang mati, melainkan orang terkasih. I...