gue cuma mau dihargai heuheu
PMS kadang emang bikin susah. Bawaannya mau marah terus. Liat muka orang aja rasa mau nabok, apalagi ada yang ngajak ribut, kayak Papa nya Jeni.
"Papa mau kerja," kata Papa Jeni seraya merapikan kemejanya.
"Yaudah kerja aja lagi," balas Jeni jengah.
"Jangan nakal, jangan keluyuran."
"Gue bukan anak SD!"
"Dan jangan pernah main sama cowo!"
Jeni beranjak dari sofa. Terus dia ngomong, "Semestinya gue yang ngomong kek gitu. Lo, kalo kerja ya kerja! Jangan godain atau mainan sama cewek. Jijik banget gue diomongin gitu sama orang yang ga sadar diri."
Papa Jeni berjalan dengan mempercepat langkahnya lalu,
Pletash!
Ia menampar keras pipi putri semata wayangnya itu.
Jeni kaget. Dia megangin pipi nya yang udah pasti merah. Matanya berair, tapi berusaha dia tahan.
"Kurang ga? Kalo kurang sini, tabokin sepuasnya! Dasar laki-laki kasar! Keparat! Musnah aja lo sana! Gue benci!"
Nafas Papanya terengah-engah. Dia ngeliat anaknya berlalu meninggalkan dirinya yang udah terbawa emosi.
Sepeninggalan Jeni, ia meninggalkan rumah untuk pergi ke kantor.
#####
Jeni yang turun buat buang air, ga sengaja liat pembokatnya tergulai lemah di atas meja makan.
"Bi! Woy! Dijjah! Lo kenapa?" teriak Jeni masih dari anak tangga.
Sadar dipanggil, pembokatnya langsung berdiri dan ngerapiin bajunya.
"Mbak Jeni butuh apa?" katanya berusaha kayak biasanya.
"Lo kenapa?"
Dijjah menggeleng.
"Ga usah bohong!" Jeni semakin meng-intrograsi.
"Saya gapapa, Mbak." Nada suara Dijjah gemeteran.
"Lo dimarahin Papa?" Dijjah menggeleng lagi.
"Lo sakit?" Dijjah terus menggeleng.
"Terus?" Kini Jeni sudah berdiri di depan Dijjah yang badannya lebih kecil darinya itu.
"Itu......" Pandangan Jeni jatuh pada leher Dijjah. "Hickey?"
Dijjah mengikuti arah pandang Jeni. "Hickey opo toh Mbak?"
"Kissmark."
"Kissmark opo lagi?"
"Akh, udah abaikan," Sekarang pandangan Jeni jatuh pada bibir Dijjah. "Bibir lo kenapa?"
"Bibir saya?"
"Merah, terus..... luka."
"Oh itu, kemaren pas saya lagi makan, ga sengaja kegigit, Mbak. Jadinya gini."
"Gausah bohong!"
"Saya ga bohong, Mbak Jeni."
"Lo diapain Papa?!"
"Ga diapa-apain kok."
"Kalo sampe gue tau lo bohong, gue ga segan-segan mecat lo, ya Dijjah. Gue peringatin, jadi lo masih punya banyak waktu buat cerita ke gue."
Dijjah manggut-manggut. Sepeninggalan Jeni, air mata Dijjah berlinang. Lalu ia mengambil pisau tajam dengan tangan yang ia jadikan alat untuk ia gesek-gesekkan.
#####
Bosan, Jeni lebih memilih buat ke Club.
"Eh gue mau coba 3 botol deh," ucap Jeni ke Dicky.
"Kuat lo?"
"Akhir-akhir ini banyak masalah bro."
"Yaudah kalo lo mau."
Dicky mengambil pesanan Jeni. Lalu ia menuangkan wine tersebut ke gelasnya.
"Gama masih sekolah?"
"Pura-pura bego, lo!"
"Hahaha," Dicky ketawa. "Lo kenapa balik duluan?"
"Tadi sakit."
"Bisa sakit, lo?"
"Eh bangsat!"
"Hahaha gak lah, canda Jen."
Jeni mengambil kotak rokok dari dalam sakunya. Ia juga minta korek api ke Dicky buat nyalain rokoknya.
"Bawa rokok, tapi ga bawa korek. Gimana sih lo?" kata Dicky sembari nyalain rokoknya Jeni.
"Ketinggalan bos."
"Yaelah."
Pas udah nyala, Jeni langsung ngisep rokok itu kuat bagai candu. Dia juga menghembuskan asap nya ke sembarang tempat. Sejujurnya, Jeni lebih suka rokok tembakau daripada rokok elektrik. Cuma, rokok elektrik punya banyak rasa doang, makanya bikin Jeni ga bosen.
"Jen, gue putus sama Dini," ujar Dicky tanpa semangat.
"Kenapa?"
"Ortunya tau kalo gue kerja ginian."
"Yaelah," Jeni ketawa samar. "Dasar."
"Gue ajak balikan lagi apa ya?"
"Jangan bego!"
"Why not?"
"Ortu sekarang susah. Pemikiran mereka kolot banget, masih purba. Padahal mah mereka ga tau aja gimana dunia sekarang."
"Iyasih, tapi ga semuanya kok."
"Kata gue sih, semuanya."
"Terus gue gimana?"
"Cari yang lain elah. Cewek-cewek yang clubbing kesini juga pada cakep-cakep. Sesuai namanya, mantan lo kek anak kecil."
"Sialan lo!"
Ga lama kemudian, datenglah Gama, lengkap sama seragam SMA nya.
Jeni yang punya insting kuat, langsung noleh dan pas banget posisinya, Gama langsung menempelkan bibirnya ke bibir Jeni.
Lama, mereka sangat menikmati. Sampe-sampe Dicky jengah dan juga cemburu.
"Udah woy! Ada orang neh."
Sontak mereka langsung ngelepasin tautannya. Lalu Gama duduk di bangku kosong sebelah Jeni dengan mulut yang terisi oleh vape.
"Napa pulang awal? Bolos? Ga nelpon aku aja?"
Jeni berdecak. "Dikira tiap kali gue pulang awal itu bolos ya, Gam?"
"Ya kan biasanya gitu."
"Tadi kepeleset."
"hAH?" Gama beranjak. "Lo gapapa kan bey?" lanjutnya seraya meraba-raba badan Jeni.
"Apasi lo bangsat kesempatan amat."
Gama cengar-cengir. "Kan mau mastiin doang."
"Keseleonya di pantat, mau apa lo?"
"Yaudah sini aku pijitin."
"Hahaha, in ur dream!"
Gama manyun, padahal Jeni pas tau apa maksudnya itu.
"Jadi, kapan?" Gama menggeser kursinya, sekaligus mengikis jarak antara dia dengan Jeni.
Dicky yang udah merasa jadi obat nyamuk, segera pergi sesudah dia bilang, "Mending gue minggir aja dah daripada makan hati sendiri."
Jeni dan Gama cuma ketawa, ya emang seharusnya gitu sih, pikir mereka.
"Kapan apanya?" tanya Jeni ga ngerti.
Gama membelai rambut Jeni. "Gue tau, lo kesini pasti lagi butuh service."
#####
"Rasya ada ga?"
Ternyata, pas udah nganter Jeni dan pas udah ganti baju tadi, Jeno balik lagi ke sekolah.
Sekarang dia lagi nyari Rasya, sambil nentengin plastik Hokben di tangan.
Rasya lagi piket, ga lama itu dia keluar nemuin Jeno.
"Kenapa A?" Muka Rasya flat banget. Kalo diibaratin sama rasa, hambar gitu.
"Makan bareng yuk?" tawar Jeno.
"Aku mau pulang."
"Bentara aja, yuk."
Mau gak mau ya Rasya ngikut. Jeno ngajak makan di taman belakang, kayak biasa.
Dan juga suasanya juga kayak biasa. Canggung gimana gitu.
"Kamu sakit?" tanya Jeno sembari ngebukain kotak Hokben punya Rasya.
"Engga sih."
"Capek?"
"Iya."
"Yaudah habis ini Aa anter pulang."
"Makasih A. Tapi Bang Suga hari ini mau jemput."
"Oh."
Diawali Jeno, Rasya mulai makan makanannya. Gak ada suara yang kedenger selain decapan mulut dan suara kendaraan dari jalan raya sebelah mereka.
Antara menghayati makan atau emang karena canggung, tapi entahlah.
"Sya, Aa mau nanya." Jeno, dan selalu Jeno, yang ngebuka pembicaraan.
"Apa?"
"Kalo boleh tau, kenapa kamu bilang Aa berubah?"
Rasya berhenti makan. Dia natap Jeno dengan dalem.
"Kamu ngerasa ya, Aa berubah?" tanya Jeno sekali lagi.
"Ga tau, aku sembarangan doang bilang gitu."
"Jujur ya, Aa ngerasa kalo Aa berubah, tapi ga tau dalam hal apa."
"Introspeksi aja deh."
"Kalau Aa berubah, tolong kasih tau, Sya."
"Jangan sekarang A, aku lagi capek."
"Yaudah habisin makannya."
Mereka ngelanjutin makan, sampe selesai dan kotak mereka bener-bener bersih.
Setelah ngebersihin sekitaran bibirnya, Rasya ngomong ke Jeno dengan tatapan serius.
"A, aku mau ngomong," katanya dengan suara tercekat.
"Iya?"
"A, kayaknya sekarang lebih baik kita menjauh aja ya, kayak beberapa bulan sebelum ini, dan beberapa tahun silam."
Jeno terbatuk. Ucapan Rasya tajem, Jeno berusaha berpikir keras mengenai apa maksudnya.
"Sya? Kenapa?"
"Karena aku lebih nyaman kalo kita ga berkomunikasi satu sama lain. Aku lebih nyaman kalo mandang Aa like i'm your secret admirer. Aku lebih nyaman kalo kita cuma say 'hi' karena acara yang ngelibatin orangtua kita. Aku lebih nyaman kalo Aa ga terlalu ngasih perhatian lebih ke aku kayak, ya..... semacam kakak-adik atau selebihnya."
"Sya, ini gada kaitannya sama sikap Aa kan?"
"Maybe yes, maybe no."
"Sya, menjauh itu sama aja kita mutusin tali silaturahmi!" bentak Jeno.
"Iya aku tau, tapi orangtua kita kan masih jadi perantara. Kita masih satu sekolah, jadi ga selamanya mutusin silaturahmi kan?"
"Tapi kenapa harus menjauh?"
Ponsel Rasya berdering.
Bang Suga is calling......
"Maaf A, Bang Suga pasti udah di depan. Aku balik ya, makasih makan siangnya, me love you," ujar Rasya seraya mentautkan ransel ke punggungnya dengan menyambungkan kalimat penuh makna di dalam hatinya.
Kalimat me love you sengaja dia ucap di dalem hati. Kenapa? Ya kalo diomongin juga bakalan percuma. Jeno mana peka, hatinya abstrak, ga jelas. Yang ada ntar juga malu.
Disini Jeno sendirian. Hatinya sesak. Otaknya berpikir keras kenapa bisa Rasya bertingkah sedemikian rupa.
Kejadian tadi siang kah? Kemarin kah? Atau karena apa? Kenapa cewek sulit dimengerti?
#####
Jeno disuruh Umi-nya beres-beresin kamar, terus barang yang ga dipake lagi dipisahin biar ga menuhin kamar.
Tau-tau, kakinya ga sengaja nendang buku warna krem yang tadi jatuh sendiri dari atas lemari.
Udah mau Jeno masukin ke plastik khusus, tapi siapa tau penting, jadi Jeno nge-cek terlebih dulu.
Itu cuma buku biasa, tapi ditengahnya, terselip 1 polaroid.
Isinya beginian,
(((bgst editan gue hhhh)))
(((ada yg mo muntah? ada yg ingin mengumpat?))))
(((polaroid macam apa ini hAH??)))
(((tbh ya gue tuh ga bisa pose senyum hhh gue bisanya pose aib, paling banter ya duck face elah jd itu foto gue yg paling bagus(?) anzink)))
Jeno menghela nafas kasar. Itu polaroid, di take pas lagi rehearsel perpisahan SMP. Polaroidnya juga minjem yang orang. 1 foto tapi diperbanyak, jaraknya aja jauh-jauhan. Mereka dulu, bukan mereka yang sekarang.
Jeno kembali mikir. Selama ini Rasya tuh apa sih? Temen atau apa? Tapi temen kok bisa se-canggung sebelumnya? Tapi temen kok bisa nyambung layaknya mantan pacar. Ga jelas banget kan?
"Jeno? Udah belom?" Buru-buru Jeno masukin polaroid dan buku itu ke tumpukan barang yang ga seharusnya ia buang.
"Udah, Mi."
"Bawa sini."
"Iya."
Jeno sebenernya lagi kretek.
#####
direct message
markzlee
halo?
gamathallah.
ya?
markzlee
hehehehe
temennya jeni ya?
gamathallah.
more than jst a frnd
ada perlu apa?
markzlee
hehehe gpp
nanya doang ini
gamathallah.
oh
markzlee
berarti lo pacarny ya?
gamathallah.
ya gitu
knp?
lo siapanya dia?
markzlee
oiya gue nih temen sekelasnya
gamathallah.
oh gitu
markzlee
iya
btw fb blh?
gamathallah.
blg aja kli dr td susah amat
udh
markzlee
hahahahaha
thx
seen by gamathallah.
Mark
jen
jenooo
noooooo
no jan smpe nama lo
gue tambah nok ya dibelakangnya
woy setan
Jeno
apa
Mark
dipanggil setan baru nyaut
nih
Mark sent a photo
ternyata, dia itu pacarnya jeni
ganteng sih
yatapi gantengan gue kmn2 lah😎
Jeno
yajadi?
urusannya sm gue?
Mark
yaela bro
sans
lo kan yg plg deket sm dia
Jeno
oh
Mark
napa lo?
5l?
Jeno
mark
tanyain rasya
dia kenapa?
Mark
lah???
lo berantem sm rasya?
yauda ni gue tanyain
Jeno
dibales ga?
Mark
engga
Jeno
yaudah lah
Mark
klian gpp kan?
Jeno
iya gpp
Mark
amasa sih??
Read
#####
timeline
rasya
lebih baik menjauh daripada disakitin
37 likes 40 comments 1 shares
#####
mana yg kmrn nge hate gue? nih gue udh menjauh neh hahahahaa seneng ga lo seneng ga?????
jeno-jeni mana shippernya hah????
jeno-rasya juga mana hah?????
parah sik gue nulis ini bcs gue jg lg galao hoek najisin
note: next chapter bakalan di private yyaawww❤❤ iykwim hohohoho😈😈