An Imposible First Love

By TWOTOUGHTS

32K 820 91

Berawal dari seorang murid SMA Pusaka bernama Alfi ia terkenal dengan kekharismaan dan ketampanannya walau p... More

CHAPTER 1
CHAPTER 2
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19

CHAPTER 3

2.7K 43 0
By TWOTOUGHTS


Kemudian saling memandang

"Cihuyy samaan nih yeeeeee." Dadang antusias.

"Dang lo diem deh mendingan, tadi lo sarapan apa dang?" Ucup sambil menutup hidungnya.

"Ahhh elu mah cup masa gak tahu, di komplek gue sampah yang numpuk siapa yang abisin?" Neneng bertanya pada ucup.

"Ya elu lah cepot." Ucap Dadang asal.

Belum sempat Neneng menjawab, Alfi dan Anin melerai.

"Diemmmmm!!!." Ucapnya bersamaan.

"Tuh tuh tuh kan samaan lagi, kayaknya fi dia emang jodoh lu deh ." ucap Dadang yang langsung di hadiahi pelototan oleh Alfi.

"Udah-udah , mendingan kita masuk kelas bel masuk udah terdengar tuh." Ucap Ralin yang akhirnya angkat bicara.

Akhirnya keheningan terjadi , kemudian Alfi menatap Ralin.Ralin yang merasa risih dengan tatapan itu, akhirnya mengajak kedua sahabatnya itu untuk ke kelas. Namun sebelum ia pergi ia mengambil sesuatu dari saku seragamnya.

"Nih," ucap Ralin sambil memberikan sapu tangan kepada Alfi.

"Noh temen gue baik kan? Lap tuh muka,kagak enak di liat." Ucap Anin sambil berlari masuk kelas.

Alfi tak bereaksi apa pun, ia hanya melihat punggung Ralin sampai tak terlihat.

"Ralin cantik ya." Celetuk Evan.

Alfi memandang Evan dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

"Udah lah yuk ke toilet, lama-lama disini ternyata bau juga lo fi kalo gini caranya gue najis mau jadi kembaran lo lagi." Ucap Dadang.

Sementara kelas XII IPA 3

"Nin kok bisa sih kamu di hukum Bu Meta?" tanya Ralin.

Anin pun menceritakan semua kejadian yang menimpanya sampai berakhir dihukum oleh Ibu Meta.

Kelas XII IPA 4

"Gua mimpi apa ya semalem, bisa ketemu sama dedemit cempreng kesunda-sundaan gitu." Ucap Dadang bertanya pada dirinya sendiri.

"Dedemit apa demenan ? ntar lama-lama suka loh." Ucap Evan setengah mengejek.

"Kalian lagi ngomongin ucup? Ucup bukan dedemit." Ucup sembari mengerutkan keningnya.

"Cup please deh gua lagi gak bawa sianida." Dadang sambil melototi Ucup.

Ketika ketiga sahabatnya sedang berdebat, sementara Alfi asyik dengan dunianya sendiri dengan terus memperhatikan sapu tangan yang di berikan oleh Ralin. Ia sedikit menyunggingkan bibirnya yang memperlihatkan sedikit lesung pipitnya.

"Fi lo kesambet setan toilet, dari tadi lo diem aja tiba-tiba lo sekarang senyum-senyum sendiri kok gue jadi ngeri ya." Ucap Evan terlihat bingung.

"Ekhem," Alfi menstabilkan suaranya dan kembali menampilkan wajah datarnya.

"Tuh-tuh kan tadi lo diem terus senyum-senyum terus sekarang muka datar lo muncul lagi, lo emang wajib di ruqyah fi kebetulan tetangga gue abis jiarah." Ucap Dadang.

"Apaan sih lo dang ngusik orang ajah, gua laper nih belom sarapan ke kantin yuk." Ucap Alfi sembari memegang perutnya yang bunyi.

"Nyooo gua juga laper." Ucap Dadang.

Mereka bertiga pun ke kantin untuk makan di jam istirahat, ketika sedang asyik makan Alfi melihat di taman sekolah seorang wanita yang duduk di bangku taman. Dan pandangannya tertuju pada perempuan tersebut yang tak lain adalah Ralin.

Di taman Ralin sedang menulis sesuatu di buku hariannya

Tatapan

Entah apa maksud dari tatapan itu

Yang seolah membuat mataku sendu

Seakan mematikan untuku

Membuat bingung perasaanku

Ingin ku bertanya

Pada dirinya

Namun apa daya?

Ku tak siap terluka

Saat Ralin sedang bersantai tak lama kemudian datang Anin dengan berlari menuju kearahnya, seakan menusuk kesunyian dan dihadiahi oleh kebisingan.

"Setelah gua mondar mandir cari lu, ternyata lu disini lin lagi apa? Nulis sesuatu yah? Mana mana gua mau liat." Ucap Anin sedikit merebut buku harian Ralin, namun dapat dilerai oleh Ralin.

"Ihhh jangan dong Nin emangnya mentang-mentang kita sahabatan kamu harus tahu semua hal tentang aku termasuk privasi ku?" Ralin sambil bertanya pada sahabatnya.

"Iya iya maaf Ralinnnn aku Cuma bercanda," ucap Anin sembari mencubit pipi Ralin.

Teng teng teng ....

"Yuk ah ke kelas, dah masuk tuh." Ucap Ralin.

"YOOO."ucap Anin sembari melangkah pergi.

Sesampainya di depan kelas ternyata sudah ada ibu Meta.

"Mati gue nih mpok napa bisa disini sih? Ahhh sial banget." Ucap Anin menggerutu dalam hatinya.

"Aduhh nin gimana nih," ucap Ralin dengan nada ketakutannya.

"udah santai ajah" ucap Anin sambil merangkul sahabatnya itu.

"Tapi gimana dengan nilai kita?" ucap Ralin.

Sedangkan di kelas ibu Meta sedang melakukan pembimbingan pada siswa-siswi XII IPA 3.

Tok tok tok ....

"Assalamualaikum" Anin dengan suara gemetar.

"Waalaikumsalam, terlambat lagi?" Bu meta dengan pandangan seakan menekan batin Anin.

"Eehhh ibu masih inget aja, Anin janji bu ini yang terakhir kali." Anin sembari duduk.

"Kau yang berjanji kau yang mengingkari" celetuk Neneng .

"Apaan sih fals tahu Neng," celoteh seorang siswi.

"Falsan lu keles." Ucap Neneng.

Bu Meta pun melanjutkan pembimbingan, setelah bel pulang terdengar, semua siswa-siswi berhamburan keluar.

Di koridor sekolah ........

"Lin gua ikut ke rumah lo dulu yah, gua males kalo pulang soalnya pasti bakalan dengerin hawar hawar negatif dari ibu gua apalagi gua harus tutup telinga pas ibu gua teriak teriak gara-gara liat drama kolosal ihhhh risih banget deh pokoknya." Uucap Anin dengan hujan lokal yang sedikit membanjiri tangan Ralin.

"Biasa atuh biasa nin, itu air ludah lo muncrat kena baju gua lo tahan lin padahal tangan lo udah ada bau-baunya gitu hahah." Celetuk Neneng dengan suara khasnya.

"Ditahan-tahanin Neng hahahah," ucap Ralin.

"Ihhh masa sih aku begitu." Anin .

Sedang asyik-asyiknya ngobrol, sampai tak sadar mereka berpapasan dengan komplotan Alfi yang sedang asyik ngobrol juga.

"Fi sumpah yah lo kesambet apaan sih di toilet, miris gua liatnya lo senyum senyum liat benda mati." Ucap Dadang menunjuk sebuah benda yang tak lain sapu tangan milik Ralin.

"Eehhh liat liat." Tunjuk Ucup ke arah 3 wanita yang jaraknya tak jauh dengan mereka.

Tatapan Alfi yang datar yang tak berkedip melihat seorang wanita yang membuat pikiranya tak dapat diartikan dengan senyumnya yang terlihat cool.

"Ya ampun liat liat deh nin,lin aa Evan sama aa Alfi ngeliatin ke arah Neneng ihhh sambil senyum segala gimana Neneng udah cantik belum," ucap Neneng dengan centilnya.

Sementara Ralin dan Anin sama sekali tak menghiraukan suara sahabatnya itu dan hanya menatap Alfi dan kini, jarak mereka sangat dekat.

"Elooo lagi." Ucap Dadang sambil menunjuk ke arah Neneng.

"Hadehhh bosen idup ya ehhh kan emang lo udah mati ya makanya ghaib sama sekali gak keliatan." Ucap Neneng.

"Neng Dadang mah nggak goib tapi item." Celetuk Ucup.

"Apaan sih lo cup ngatai gua item sendirinya kayak baru disamber petir gitu hahahaa." Dadang tertawa lebar.

"Masih mending kesamber atu dang daripada dikatain ghaib kan edannn." Ucap Ucup.

"Hmmm nama lo Anin kan?." Ucap Alfi yang kemudian disambut oleh keheningan.

"Yup, gua Anin lo yang tadi pagi kan?" tanya Anin.

"Iya yang tadi lo samber pake air ludah." Ucap Alfi.

"Hehe maaf maaf gua sama sekali gak maksud apa pun ko dan gua gak mau masalah ini jadi berpanjangan kita jadi temen yah." Ucap Anin.

"Oke gua maafin gua cabut duluan yah," Alfi sembari berjalan santai melewati Ralin dan Anin yang masih bingung akan perasaan mereka.

"Yaelah fi tungguin gua." Ucap Evan sembari berlari ke arah Alfi yang kemudian diikuti oleh Dadang dan Ucup.

"Woyyyy pada bengong napa sih?" Neneng.

"Ahhhh kagak napa napa nyo balik gua lelah nih." Anin sembari merangkul ke 2 sahabatnya.

Beberapa menit kemudian mereka sudah sampai di rumah Ralin, tak hanya Anin tetapi Neneng pun ternyata ikut juga. Sekarang mereka sudah berada di kamar Ralin.

"Enak yah kamar lo, rapih lagi." Ucap Neneng sembari melihat setiap sudut ruangan yang bernuansa biru tosca itu.

Hening, tidak ada jawaban dari kedua sahabatnya itu Neneng jadi merasa bosan dengan keheningan yang ada. Sampai akhirnya Neneng terbangun dari tempat tidur dan langsung mengajak kedua sahabatnya untuk bermain truth or dare .

"Gue punya usul gimana kalo kita main truth or dare." Ucapnya dengan bersemangat.

Yang diajak pun hanya menoleh sekilas tidak mengindahkan ajakan Neneng.

Neneng yang merasa kesal karena tak dihiraukan pun mengambil bantal yang ada disamping nya secepat kilat bantal itu sudah mendarat di kepala kedua sahabatnya.

"Aww apaan sih Neng." Anin dengan wajah kesal.

"Lagian elo sih dari tadi gua ngomong dianggap apa kali." Neneng berucap.

"Lo mau kita berdua ngikutin permainan lo itu, ya udah ayo gak usah pake nimpuk-nimpuk segala." Anin akhirnya pasrah.

Setelah itu mereka membentuk lingkaran kemudian botol diputar oleh Neneng. Botol itu tepat berhenti di hadapan Ralin kemudian ia memilih dare. Neneng dan Anin pun berembuk tantangan apa yang akan di berikan pada Ralin. Ralin yang melihatnya harap-harap cemas.

"Oke oke jadi tantangannya lo haruss......." Ucapannya menggantung Ralin makin serius melihat pergerakan bibir Neneng.

"Nelpon Evan." Ucap Neneng.

"Hahh Evan? Ngapain elo serius ?" Ucap Ralin dengan kebingungan.

"Seriusss jadi elo harus nelpon Evan, terus kalo udah diangkat elo bilang gini halo Evan ini gue Ralin save no gue ya." Anin dengan suara dimirip-miripkan dengan Ralin.

"Apaan sih nggak ah malu tau." Ucap Ralin.

"Ahhh gak asik kan tadi lo milih tantangan lin, apa susahnya sih Cuma nelpon." Ucap Neneng.

"Ya udah deh aku telpon yah tapi minjem hp kamu dong Nin, aku lagi gak ada pulsa nih." Ucap Ralin sedikit merengek pada Anin.

"ihhhh Ralin cantik-cantik gak ada pulsa liat dong Neneng." Ucap Neneng.

"Liat apa nya ." Anin dengan muka bingungnya.

"yaaaa liatin ajah tapi ati ati nanti ngiri loh hehe." Neneng dengan gaya lucu tapi aslinya nggak sama sekali.

"Ihhh kirain apa kali." Ucap Ralin dengan nada kesal.

"udah ah jangan ngobras mulu upss ngobrol maksud teh cepet atuh lin telpon biar kita bisa lanjutin permainannya." Ucap Neneng.

"Emm ok ok bentar." Ralin sambil sibuk mencari cari nomor Evan di hp Anin.

Tuttt tuttt tutttt tutttt

Klik......

"Halo? Siapa yah." Suara Evan yang terdengar memecah keheningan .

"Emmm halo van save yah nomor ini aku Ralin." Ucap Ralin yang langsung mengakhiri telpon dan kini seluruh badannya bergetar dingin.

"Astagfirullah lin kamu teh kunaon? Siga perawan karek ngalahirkeun anak meni pias kitu." Neneng dengan suara khasnya.

Sementara Evan yang masih bingung dan tak percaya kalau beberapa menit yang lalu di telpon oleh seseorang yang nggak biasa yaitu Ralin yang terkenal sopan dan sulit didekati oleh laki-laki.

"Woyy...... ,'' Alfi mengagetkan Evan yang tengah melamun.

"Sue luh lagi mikir nih." Evan terkejut setengah mati.

"Mikir apaan sih lo, bawa santai aja bro." Ucap Alfi dengan so menggurui.

"Gini fi gua tadi di telpon sama Ralin gua gak habis pikir dan gak percaya itu dia man, lo kan tau dia cewek pinter plus dingin sama cowok. Tapi tadi beda banget dia ngomong gini van ini nomor gua save yah so gua merinding man tapi gua save ah siapa tau kan nanti gua ada butuh." Ucap Evan dengan senyuman manis ditambah lesung pipitnya.

"Aslii itu Ralin? Sini gua minjem hp lo." Alfi bersemangat.

"Eehh apaan sih lo mau ngapain? Mau nge save nomornya juga." Alfi sedikit menggoda.

"Gak lah gua mau minjem buat selfi buat poto profil , kamera hp lo kan bagus." Alfi dengan secepat kilat pergi ke belakang dan tanpa sepengetahuan Evan , ternyata benar Alfi menyimpan nomor yang disangka milik Ralin padahal itu nomor Anin.

"Done... yess !!!." Alfi yang senang saat itu.

"kok lama amat tu bocah, tapi ko langka banget dia selfi gak pernah sebelumnya, ahhh peduli ahh gua ngantuk." Evan sambil berbaring di tempat tidur Alfi.

Di kediaman Ralin...

Agak lama kiranya mereka bermain sampai tak ingat waktu yang sudah sore saat itu.

"Wah wahh kita pulang yuk nin udah mau sore banget ini." Ucap Neneng.

"Hoammmm yuk gua juga udah capek banget nih, yaudah lin gua sama Neneng balik duluan yah jangan lupa ngerjain pr." Ucap Anin.

"Iya iya makasih udah perhatian Anin." Ralin sambil tersenyum.

"Yaelah si Anin mah busuk lin dia perhatian biar lo ngerjain pr terus besoknya bisa nyontek deh." Ucap Neneng.

"Hushhh kalo ngomong baca bismillah dulu dong , tapi iya sih heheee." Ucap Anin menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Setelah pamitan mereka pun pulang menggunakan sepeda motor masing-masing.

Hay?? Ini cerita pertama kami semoga kalian menikmati cerita yang kami buat maaf kalo masih ada typo dan bahasa yang kurang enak di dengar kami masih dalam tahap proses tetap tunggu kelanjutan ceritanya yaaa di tunggu komen dan saran buat cerita nya.

a/n

Sri kustini dan fany apriliani

Continue Reading

You'll Also Like

791K 54.6K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
4.7M 250K 56
Dia, gadis culun yang dibully oleh salah satu teman seangkatannya sampai hamil karena sebuah taruhan. Keluarganya yang tahu pun langsung mengusirnya...
3.5M 209K 56
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
1.9M 59.3K 74
NOVEL BISA Di BELI DI SHOPPE FIRAZ MEDIA "Bisa nangis juga? Gue kira cuma bisa buat orang nangis!" Nolan Althaf. "Gue lagi malas debat, pergi lo!" Al...