L♡DK: Living With You

By duarekata

51.1K 6K 795

[COMPLETED] Bae Irene adalah seorang gadis SMA yang tinggal sendirian di flatnya sendiri. Kehidupannya begitu... More

Cast Introduce
Volume 01 - Confession
Volume 02 - Accident
Volume 03 - Start
Volume 05 - Blushes
Volume 06 - He
Volume 07 - Realize
Volume 08 - Confused
Volume 09 - Actually
Volume 10 - SweetHun
Volume 11 - Shattered
Volume 12 - SOS
Volume 13 - Letting
Volume 14 - Leave
Volume 15 - Indestructible [END]

Volume 04 - Crazy

2.6K 384 31
By duarekata

I hate you, yesterday.

Author's side

2 cm..

Bugh!

krik.

krik.

krik.

"Arghh!!"

"Ya, kau baik-baik saja?" mata Irene segera membola ketika dia menyadari perbuatannya, gadis itu membuka mulutnya lebar melihat Sehun yang kini duduk bersujud sembari memegangi 'harta'nya yang baru saja menerima tendangan refleks dari Irene. Irene terlampau gugup sehingga terpaksa melakukan kekerasan fisik.

"Astaga, kau gila? Kau menendang 'milik' kekasihmu sendiri?" Irene melirik para gadis yang kini menatapnya dengan tatapan seakan ingin memakan Irene hidup-hidup, gadis itu menegak saliva-nya pelan.

"Ma—maafkan aku, aku tidak sengaja." ucap Irene pelan, Sehun hanya menatap gadis itu lirih karena daerah selangkangannya masih berdenyut nyeri.

"Tidak apa-apa, aku baik-baik saja." Sehun berusaha menyunggingkan sebuah senyum tulus namun hal itu sedang sangat sulit dilakukan.

"Sehun-ah, kau harus putus dengannya. Dia itu wanita yang mengerikan, kau bisa mati jika berlama-lama dengannya." Irene membulatkan bibirnya mendengar kalimat yang baru saja mengejeknya itu, gadis itu berdecih kemudian melempar pandangan maut pada gadis itu.

"Kau bilang apa? Bukankah kalian yang lebih mengerikan? Kenapa kalian mengikuti ke-ka-sih-ku sampai ke flat-nya? Aku bisa saja menuntut penguntit semacam kalian!" balas Irene penuh penekanan, para gadis itu menatap Irene sewot kemudian mendengus dengan serempak. Sehun hanya mampu geleng-geleng kepala melihat tingkah mereka.

"Cih, ayo teman-teman, kita pergi dari sini. Ah iya Sehun-ah, semoga kau bahagia berkencan dengan kyu-bi!" kelima gadis itu beranjak dengan angkuh setelah mereka mengibaskan rambutnya ke belakang. Irene hanya mendesis sebal dan mengangkat tangannya seakan ingin memukul kepala gadis itu satu persatu. Enak saja mereka mengatai Irene rubah ekor sembilan!

"Kenapa kalian mengikuti ke-ka-sih-ku sampai ke flat-nya? Wah, aku tidak menyangka kalau kau akan membelaku mati-matian." Sehun tersenyum jahil seraya berusaha bangkit berdiri, Irene melempar pandangan maut pada Sehun dan perlahan-lahan pandangannya turun ke bawah seketika matanya melebar.

"Ya, ya, apa yang kau lihat?" Sehun menutup wilayah 'sensitif'nya dan menatap Irene horror karena merasa terancam.

"Kau—kau menipuku, ya?" Irene menyipitkan matanya, Sehun lantas memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Ini Irene yang menyeramkan atau aku yang tengah bertingkah konyol?" batin Sehun bertanya heran.

"Menipu bagaimana?" tanya Sehun pura-pura tak mengerti, padahal nyatanya pria itu sudah tahu kemana arah pembicaraan Irene.

"Kakimu itu, kapan sembuhnya?" Irene menatap kaki Sehun yang kini tidak lagi dibalut oleh perban.

"Ahh.. ini? Kakiku memang tidak kenapa-kenapa." Sehun memasang cengiran yang sudah lama tidak ia keluarkan dan sontak membuat Irene menggeram kesal.

"Mati kau Oh Sehun!"

Sehun segera berlari disusul Irene yang kini mengejarnya dengan perasaan jengkel yang luar biasa. Hingga tiba-tiba Sehun menghentikan larinya dan memegang 'harta'nya kembali lalu pura-pura kesakitan.

"Arghh.." Sehun tiba-tiba terhuyung dan jatuh ke tanah, Irene berjengit kaget dan segera menghampiri pria itu.

"Ya, Oh Sehun, kau tidak apa-apa? Apa 'itu'mu masih sakit?" tanya Irene hati-hati, Sehun lantas menjawabnya dengan anggukan dan tertawa di dalam hati.

"Aku tidak baik-baik saja, ini sangat nyeri." Irene meringis melihat wajah memelas Sehun namun di dalam hatinya dia bertanya-tanya, "Apa ini benar-benar Sehun? Dia sedang tidak kerasukan 'kan?"

"Ba—baiklah, kita impas. Kau menipuku dan aku menendang 'itu'." Sehun tersenyum tipis mengiyakan, membuat Irene merasa horror. Gadis itu lantas membalas senyuman Sehun dengan sebuah senyuman kaku.

"Wendy harusnya tahu kalau Sehun tidak se-waras kelihatannya."

L♡DK

Irene dan Sehun baru saja selesai makan siang. Irene yang tengah mencuci piring melirik ke arah Sehun yang kini tengah duduk di depan pintu sambil memakai sepatunya.

"Kau mau kemana?" tanya Irene sembari menyusun piring ke rak piring.

"Kerja paruh waktu." jawab Sehun sekenanya.

"Heol, kau kerja paruh waktu?" tanya Irene tak percaya, Sehun hanya mendesah nafasnya pelan.

"Terserahmu saja." ucap Sehun seraya bangkit berdiri, pria itu menepuk celananya singkat lalu segera membuka pintu.

"Ya, kau serius?" Irene yang masih setengah percaya menyusul Sehun yang sudah akan menutup pintu jika saja Irene tidak menahannya.

"Apa untungnya bagiku jika aku berbohong padamu?" tanya Sehun dengan sebelas alis terangkat.

"Apa pria ini mengidap penyakit kepribadian seperti di drama-drama itu? Kenapa sikapnya cepat sekali berubah?"

"Sudahlah, aku pergi dulu." Sehun lantas beranjak darisana, meninggalkan Irene yang kelihatan masih tak percaya kalau seorang Oh Sehun mempunyai kerja paruh waktu. Tak mau ambil pusing, gadis itu akhirnya menutup pintu flat-nya dan kembali melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda.

Setelah dia selesai mencuci piring, Irene memutuskan untuk bermain game di ponselnya. Beberapa menit bermain game gadis itu mulai merasa jenuh. Dia ingin hang out tapi sepertinya mengajak Wendy hang out adalah ide yang buruk mengingat gadis Son itu masih dalam mode galau.

Tiba-tiba Irene mendapat sebuah pencerahan. Dia akhirnya memutuskan untuk pergi ke supermarket karena kebetulan persedian bulanannya sudah habis lagipula ini sudah hampir akhir bulan. Setelah mengambil sling bag-nya gadis itu segera meraih kunci di gantungan. Setelah itu gadis itu mengunci pintu flat-nya dan mulai melangkahkan kakinya.

L♡DK

Irene melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul lima sore dengan susah payah. Kini gadis itu tengah membawa beberapa plastik belanjaan di tangannya.

"Oh, Irene-ssi?" Irene menghentikan langkahnya kala seorang pria menyapanya, Irene lantas tersenyum ramah pada pria itu.

"Bogum-ssi, lama tidak berjumpa." Irene menunduk singkat dan dibalas dengan senyuman ramah juga dari pria bernama Park Bogum itu.

"Ah, sini aku bantu, kelihatannya kau sedang kerepotan." Bogum meraih kantong plastic belanjaan Irene membuat Irene merasa tidak enak.

"Aku jadi tidak enak." Irene tersenyum kaku karena kini semua belanjaannya sudah berpindah ke tangan Bogum.

"Tidak apa-apa. Ah iya, aku dengar flat di sebelahmu sudah ada yang menempati, ya?" Bogum melirik Irene yang kini mengangguk mengiyakan, saat ini mereka berdua tengah berjalan beriringan menuju flat.

"Iya, tapi aku tidak mengenal penghuninya." ucap Irene berbohong sedang Bogum hanya ber-ah-ria.

"Oh iya, Bogum-ssi, aku ingin bertanya sesuatu."

Bogum lantas menoleh ke arah Irene, pria Park itu lantas tersenyum, "Silahkan, akan aku jawab semampunya."

Irene menggigit bibir bawahnya, sebenarnya dia agak ragu untuk menanyakan hal ini pada pria yang tengah berada di sampingnya ini. Namun dia sudah sangat penasaran. Dari tadi siang dia terus memikirkan hal ini.

"Apakah jika 'itu'nya pria ditendang, rasanya akan sangat sakit?" tanya Irene dengan polos tanpa peduli dengan Bogum yang kini nyaris tersandung kakinya dan tersedak oleh ludahnya sendiri.

"Ah itu.." Bogum menegak saliva-nya perlahan, pertanyaan Irene barusan sedikit membuatnya merasa canggung.

"Iya, bisa dibilang, sangat sakit. Aku sudah pernah mengalaminya dan itu membuatku tidak bisa berdiri selama dua hari." akui Bogum seraya tersenyum canggung, Irene mengangguk-angguk mengerti.

"Ah, iya, masih ada satu lagi!" Bogum melirik Irene dan berharap-harap cemas akan pertanyaan apa yang akan dilontarkan oleh gadis itu.

"Aku punya seorang teman, yang sikapnya sering berubah-ubah. Kadang dia itu bersikap dingin, kadang konyol, kadang dia seperti orang gila, apakah dia memiliki gangguan terhadap kepribadiannya?" Bogum mengucap syukur dalam hati karena pertanyaan Irene kali ini lebih berbobot.

"Kita tidak tahu apa yang ada di pikiran dan hati orang lain, Irene-ssi. Jadi mungkin temanmu itu memiliki alasan kenapa dia bersikap seperti itu. Kau sebaiknya bertanya langsung padanya, jangan berprasangka buruk dulu." Irene tersenyum tipis mendengar penuturan Bogum.

"Terimakasih, Bogum-ssi." Irene tersenyum tulus membuat Bogum mengalami serangan jantung mendadak. Pria itu bahkan nyaris menjatuhkan belanjaan yang ada di tangannya jika dia tidak mampu mengontrol dirinya. Dan untunglah mereka sudah berada di depan gedung flat sehingga Bogum tidak usah menahan keterpesonaannya lebih lama lagi.

"A—ah, kita sudah sampai." Bogum berucap gugup, Irene lantas mengambil kembali belanjaannya dari tangan Bogum.

"Terima kasih, ya, Bogum-ssi. Maaf, aku sudah merepotkanmu. Selamat sore." Irene segera beranjak meninggalkan Bogum yang hampir saja lupa caranya bernafas.

L♡DK

Irene bersenandung kecil dalam perjalanan menuju flat-nya. Gadis itu sudah membayangkan apa yang akan menjadi menu makan malam hari ini. Setibanya Irene di depan flat-nya, gadis itu nyaris terpekik karena sesosok pria yang kini tidur dengan posisi duduk menyender ke pintu flat-nya.

"Astaga, manusia laknat ini!" desis Irene sebal, gadis itu meletakkan belanjaannya di samping tubuh Sehun lalu menepuk pundak Sehun yang tengah tertidur pulas itu.

"Ya, Oh Sehun bangun! Ya!" Irene menepuk pundak, pipi, dan mengguncang-guncangkan tubuh pria itu namun tidak ada reaksi.

"Sial, apa yang harus aku lakukan? Ya, Oh Se—"

Grep!

Tiba-tiba, Sehun menarik tubuh Irene sehingga gadis itu jatuh di atas paha Sehun dengan posisi duduk. Mata Irene membola saat Sehun tiba-tiba mendekatkan wajahnya ke wajah Irene untuk kedua kalinya pada hari ini.

"Astaga, aku tidak bisa menendang 'itu' sekarang. Apa aku harus menamparnya saja?" batin Irene was-was, dan wajah Sehun semakin lama semakin dekat, membuat dada gadis itu bergemuruh hebat. Namun bibir pria itu bukan mengarah ke bibir Irene melainkan telinga gadis itu.

"Aku lapar." bisik pria itu yang sontak membuat Irene menjatuhkan bogemnya di perut Sehun. Bukannya meringis, pria itu malah tertawa karena ekspresi Irene sekarang.

"Sudah aku bilang 'kan, dia ini memiliki gangguan pribadi."

"Kenapa rasanya sangat menyenangkan mengerjai gadis ini?"

L♡DK

Malam ini Irene harus begadang karena tugas sekolahnya yang menumpuk. Gadis bermarga Bae itu sudah duduk manis di depan meja belajar berwarna merah muda miliknya. Masalahnya, sudah hampir satu jam dia duduk di sana belum ada satu soal pun yang mampu ia kerjakan. Jangan tanya apa mata pelajaran yang paling disukai oleh Irene karena gadis itu akan menjawab olahraga. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul sebelas malam lewat lima belas.

Irene memberenggut, matanya sudah tidak bisa diajak bekerja sama. Dia menoleh ke belakang dan menatap iri Sehun yang sudah terlelap dan menjelajah ruang mimpi. Irene ingin membangunkan pria itu dan meminta pertolongannya, tapi ayolah, Irene malas mendengar ocehan Sehun yang nanti akan mengatainya gadis bodoh dan semacamnya. Dan juga Irene masih marah pada pria itu soal kejadian sore tadi.

"Aishhh.. apa yang harus aku lakukan sekarang?" gerutu Irene sendirian, gadis itu menggigit bibir bawahnya. Tiba-tiba Irene teringat pada Wendy. Kenapa dia bisa lupa kalau mempunyai teman yang lumayan pintar. Irene segera meraih ponselnya dan segera membuka menu pesan, mengetik sebuah pesan untuk Wendy.

to: Wendy <3

Wennn!!

Irene kembali meletakkan ponselnya ke atas meja. Gadis itu kemudian berjalan ke dapur untuk membuat segelas susu coklat yang mungkin mampu menahan kantuknya.

Ting!

Irene tersenyum puas, itu pasti balasan pesan dari Wendy. Gadis itu lantas kembali ke meja belajarnya dengan segelas susu coklat panas di tangannya. Irene segera meraih ponsel peach-nya setelah duduk dengan nyaman di kursi dan meletakkan gelas susu coklat di meja.

from: Wendy<3

Aku belum mengerjakan pr matematika, aku ngantuk, jangan ganggu aku. -_-

Irene berdesis sebal setelah membaca pesan dari Wendy. Sakin kesalnya dia melempar ponselnya ke meja begitu saja. Dia lantas meraih gelas berisi susu tadi dengan kasar dan langsung meminumnya tanpa mengingat bahwa susu itu masih sangat panas.

"Aaaa...lidahku!" pekik gadis itu cukup kuat, dia menjulurkan lidahnya lalu memandanginya sedih. Irene lalu mengipas-ngipas lidahnya dengan tangannya berharap menghilangkan sedikit mati rasa pada lidahnya.

Tak tahan lagi, Irene akhirnya menutup bukunya dengan kasar meraih ponselnya lalu membaringkan tubuhnya di futon kemudian menarik selimut hingga dagunya.

"Masa bodoh, aku ingin tidur sekarang!"

"Kau berisik sekali." Irene yang matanya sudah terpejam lantas membuka matanya ketika indra pendengarannya menangkap suara serak milik Sehun.

"Memangnya kenapa?" Irene yang kesal lantas membalas pernyataan Sehun dengan pertanyaan sewot.

"Dasar gadis gila." cibir Sehun seraya kembali berusaha memejamkan matanya, namun entah kenapa dia merasa bulu kuduknya tiba-tiba meremang sehingga dia membuka matanya kembali.

"Astaga! Apa yang kau lakukan?!" Sehun menatap horror gadis yang tengah memasang tanpa memelas di depan wajahnya. Sehun mendesis di dalam hati, merutuk Irene yang hampir saja membuat jantungnya jatuh ke ususnya.

"Oh Sehun, kumohon bantu aku kali ini saja." Irene menggosok-gosokkan telapak tangannya—khas orang memohon—di depan Sehun, gadis itu memasang ekspresi memelas yang dia punya.

"Dia benar-benar gila." batin Sehun mencibir.

"Aku tidak suka membantu, sudah sana tidur." Sehun membalikkan tubuhnya membelakangi Irene, Irene mencebikkan bibirnya kesal namun dia masih belum menyerah.

"Sehun~ ayolah~ besok akan aku buatkan makanan kesukaanmu, ya, ya, ya?" Irene menguncang-guncang tubuh Sehun, namun Sehun juga tetap kekeuh dengan pendiriannya. Pria itu tetap diam dan tak mengucapkan apapun.

Irene menggeram melihat tingkah Sehun yang sok jual mahal. "Cih, dasar pria aneh. Lihat saja, aku doakan agar kau tidak mimpi basah selama-lamanya!" Irene mengangkat tangannya agak-nya ingin memukul Sehun, namun dia kembali menurunkan tangannya kemudian mendesis sebal.

"Apa katanya? Tidak mimpi basah selama-lamanya?" batin Sehun ikut kesal juga.

"Dasar pelit! Mulai besok kau buat makanan sendiri dengan bahan makananmu sendiri! Aku tidak mau lagi membuatkan makana—"

"Baiklah, kau ingin aku membantumu apa?" senyum Irene mengembang sempurna saat Sehun bangun dari tidurnya dan menatap Irene jengah.

"Hehehe.. ternyata kelemahannya ada dimakanan." Irene membatin puas.

"Kalau makanan aku menyerah, masakan si gila ini sangat enak." Sehun berpasrah dalam hati.

"Bantu aku mengerjakan pr matematika-ku, aku tidak mengerti satu pun." Irene mengambil buka matematikanya yang tadi sudah tertutup rapat dari atas meja belajar kemudian membawa-nya kepada Sehun.

Sehun menerima buku Irene dengan setengah hati, dia membaca soal di buku dengan seksama kemudian mengangguk mengerti.

"Ah, ini tidak sulit, baiklah aku akan mengajarimu." Irene tersenyum senang, kemudian gadis itu menggulung futon-nya dan menggeser meja bulat mungilnya, Sehun pun turun dari kasur dan duduk di depan meja itu. Disusul Irene yang duduk di samping pria itu dengan perasaan senang yang luar biasa.

"Aku akan membuat contohnya dan kau akan mengerjakan soalnya, nanti akan kuperiksa kalau kau sudah selesai." Irene mengangguk mengerti, dia memperhatikan dan mendengarkan ucapan Sehun dengan serius.

"Nah, kau sudah mengerti?" tanya Sehun sambil melirik Irene yang masih memperhatikan contoh yang dikerjakan Sehun di selembar kertas kosong itu, dia kemudian mengangguk seraya tersenyum tipis seperti anak kecil.

"Ya sudah, sekarang kerjakan soalnya, aku akan memperhatikanmu dari sini." Irene menganggukkan kepalanya lagi, meraih pulpen-nya kemudian mengerjakan tugasnya dengan semangat.

"Hei, Oh Sehun." Irene yang sudah mengerjakan soal tiba-tiba bersuara, membuat Sehun berjengit heran.

"Hm?" Sehun yang bertopang dagu sambil memperhatikan pekerjaan Irene hanya berdehem sebagai respon atas panggilan gadis itu.

"Siapa yang pernah masuk ke dalam mimpimu ketika kau mimpi basah?" tanya Irene dengan enteng tak peduli pertanyaannya barusan bagikan sebuah durian yang mengantam kepala Sehun.

"Tidak diragukan lagi, dia memang sudah gila."

"Kau sangat ingin tahu?" tanya Sehun dengan sebelah alis terangkat, dia mati-matian berusaha menetralkan ekspresi wajahnya.

"Tidak juga, tapi kalau kau ingin memberitahuku tidak apa-apa." Irene kembali menulis jawaban di buku tulisnya.

"Kau."

"Apa?!" Irene sontak menoleh ke arah Sehun, dia menatap Sehun horror sedangkan pria itu hanya memasang ekspresi datar miliknya.

"Bagaimana bisa aku masuk ke dalam mimpimu? Dan jangan-jangan di mimpimu kita sedang—"

"Sudahlah, kerjakan saja soal itu! Aku butuh beristirahat sekarang!" Irene menelan ludahnya pelan, dia kembali fokus mengerjakan pr-nya. Hingga kedua orang itu akhirnya diam, keheningan melingkupi mereka. Irene tak lagi berani bersuara karena Sehun sudah marah padanya.

Sehun yang tiba-tiba ingin buang air kecil, beranjak dari posisinya kemudian berjalan menuju kamar mandi. Sebenarnya Irene mengajak Sehun berbicara agar dia tidak mengantuk, angka-angka di bukunya bagaikan obat tidur mujarab baginya. Buktinya, gadis itu sekarang sudah meletakkan kepalanya di atas meja sedang tangannya masih memegang pulpen. Beberapa saat kemudian, Sehun keluar dari kamar mandi. Pria itu menggeleng melihat Irene yang sudah terlelap dalam waktu yang singkat.

"Aku hanya pergi ke kamar mandi selama dua menit dan dia sudah tertidur." gumam Sehun seraya berjalan mendekati Irene, pria itu melihat buku tugas Irene. Ternyata gadis itu sudah mengerjakan setengah tugasnya.

Sehun mendesah pelan, sekarang dia bingung akan apa yang harus dia lakukan. Akhirnya setelah berpikir keras, Sehun menarik pulpen dari tangan Irene kemudian mengangkat tubuh gadis itu ke atas kasur. Dia menyelimuti Irene kemudian kembali duduk di depan meja melanjutkan tugas Irene yang tinggal setengah lagi.

"Hitung-hitung balas budi, dia sudah membiarkanku makan dengan gratis." Sehun mengerjakan soal dengan cepat, itu bukanlah sebuah pekara sulit baginya. Sepuluh menit Sehun sudah selesai mengerjakan soal-soal itu. Pria itu meregangkan tubuhnya, kemudian menguap lebar. Sehun menggeser meja bundar itu kemudian membuka kembali futon yang tadi digulung oleh Irene. Lantas dia memejamkan matanya dan kembali menjelajahi ruang mimpi.

L♡DK

"Sehun bangun!"

Sehun mengerjapkan matanya, berusaha menyesuaikan matanya dengan cahaya ruangan itu. Pria itu lantas mengubah posisinya menjadi duduk.

"Soal yang semalam, terimakasih, ya." Sehun yang belum sadar seutuhnya hanya mengangguk kecil, pria itu kemudian menguap lebar. Irene yang sudah selesai masak lantas meraih keranjang berisi baju-nya yang baru saja selesai dia cuci, gadis itu membawa keranjang itu menuju balkon flat yang dia gunakan sebagai tempat menjemur pakaian.

"Selamat pagi, Irene-ah!" Irene yang tengah menjemur pakaian melihat ke bawah dan mendapati nyonya Park tengah menyiram tanaman bersama putranya yang masih berusia lima tahun.

"Ah, selamat pagi, bibi Park." Irene tersenyum ramah, "Selamat pagi, Jaemin-ah!" Irene menyapa putra nyonya Park dan melempar pandangan gemas pada bocah itu.

"Selamat pagi, noona!" balas anak laki-laki itu dengan imut, Irene lantas tersenyum sembari tetap melakukan aktivitasnya.

"Bagaimana rasanya tinggal dengan pria tampan, Irene-ah?" tanya nyonya Park mencoba menggoda Irene, Irene hanya tersenyum kaku menjawab pertanyaan nyonya Park.

"Oh, selamat pagi, Sehun-ssi." Irene menoleh ke kanan dan mendapati Sehun yang tiba-tiba muncul sambil menyikat giginya, pria itu hanya melempar senyum pada nyonya Park.

"Selamat pagi, Sehun hyung." Sehun tersenyum gemas pada Jaemin, dari dulu pria itu memang menyukai anak kecil.

"Ah iya, akhir pekan ini, kita akan mengadakan pesta barbeque, kalian berdua bisa ikut 'kan?" Irene mengangguk senang, sudah lama juga dia tidak berpesta.

"Kau ikut 'kan, hyung?" pertanyaan Jaemin membuat Sehun mengacungkan jempolnya ke atas. Jaemin bersorak riang, membuat Irene dan Sehun tertawa gemas.

Bruk!

Sontak semua mata melihat ke arah sumber suara, mereka mendapati seorang gadis yang kini duduk di tanah dengan raut kaget tercetak jelas di wajahnya.

"We-Wendy?"

to be continue

cuitcuit:

Masih adakah yang menunggu ff ini? 😂

Maaf karena updatenya lama 😞 aku sibuk banget belakangan ini.

Jangan lupa vomment yaa guyss, ku senang ff ini dapat respon baik dari kalian :")

Sampai jumpa chapter depan~~

Shiraayuki💕

Continue Reading

You'll Also Like

8.8K 1K 50
[COMPLETED] If I am the antagonist, then you are the protagonist. It's about us, two hearts that are always hurting. Two hearts weeping over the cru...
71.3K 6.4K 49
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
115K 18.4K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
1.2K 132 18
Jonathan Darrel pertama kali bertemu dengan Eliza Fern di studio lukis milik temannya. Jonathan tahu kalau Eliza menyembunyikan sesuatu darinya; lebi...