Persona

Par sirhayani

2.7M 166K 7.5K

TERBIT ๐Ÿ“– - Ara tahu ada rumor tidak mengenakkan tentang Della yang beredar di sekolah. Kepintaran Della mema... Plus

Persona
Prolog
Persona-02
Persona-03
Persona-04
Persona-05
Persona-06
Persona-07
Persona-08
Persona-09
Persona-10
Persona-11
Persona-12
Persona-13
Persona-14
Mengenai Sequel dan Alasan Suka Persona
Sekuel Persona sudah aku post! + Info penting lainnya
Novel Persona Sudah Tersedia di Toko Buku!

Persona-01

206K 12.3K 329
Par sirhayani

__

Suara langkah kaki dan perbincangan para siswa menghiasi koridor yang juga ramai. Bel tanda pulang sekolah yang berbunyi 1 menit yang lalu, sedangkan Ara masih berkutat di kelas, memandangi rentetan angka-angka yang terpampang di papan tulis.

"Yakin lo bakalan ketemu sama Della?" tanya Farah. Perempuan berambut sebahu yang selama hampir dua tahun bersekolah di SMA Negeri Unggulan Akademi dan menjadi satu-satunya siswi yang dekat dengan Ara.

Ara mengangguk. Perempuan itu berdiri dari duduknya dan segera memasukkan berbagai alat tulis yang berserakan di atas meja. Setelah itu, dia keluar kelas sambil memegang empat buku paket mata pelajaran hari ini yang selalu dia pinjam dari perpustakaan diikuti Farah yang berjalan di sampingnya.

"Dia biasanya di mana?" tanya Ara dengan pandangan yang terus tertuju ke depan, sesekali mencari-cari sosok pelajar yang bahkan belum pernah bertatap mata dengannya selama bersekolah di SMA itu.

"Nggak tahu." Farah mengembuskan napas. "Bu Zarah ngapain nyuruh lo ketemu sama Della?"

Ara mengangkat kedua bahunya. Dia berhenti di dekat majalah dinding dan mengarahkan buku-buku paket yang dipegangnya kepada Farah untuk sahabatnya itu pegang sebentar. "Nggak tahu. Kayaknya mulai sekarang gue bakalan sering ketemu sama dia," jawab Ara sambil membersihkan kertas-kertas yang ada di mading yang sudah tidak penting lagi untuk dipajang menurutnya.

"Maksudnya, kalian bakalan jadi partner? Tapi kan, bidang kalian beda."

Perkataan Farah bersamaan dengan berakhirnya aktivitas Ara yang dilakukannya pada mading. Perempuan berkacamata itu menggeleng sambil mengambil kembali buku-buku di tangan Farah. Ara tertawa pelan lalu melanjutkan jalannya. "Gue nggak ada apa-apanya dibanding Della."

"Tapi, kalian sama-sama pernah lolos olimpiade ke tingkat Nasional, 'kan?"

"Yap, maksud gue, Della emang cerdas orangnya. Dia nggak perlu belajar tiap malam buat bisa sampai ke tingkat itu. Sedangkan gue berusaha belajar mati-matian buat bisa paham satu nomor soal." Ara berhenti berjalan ketika mendapati seorang perempuan cantik berseragam putih abu-abu. Tubuh tinggi dengan rambut lurus di bawah bahu. "Selain cerdas, dia juga cantik."

Farah menghela napas panjang. Apa yang Della miliki memang menjadi idaman semua perempuan. "Tapi, lo tahu kan dia itu anak dari professor? Dan dia-"

Ara menoleh cepat ke Farah, menatap sahabatnya itu dengan penuh peringatan. "Far? Apa yang orang lain bilang, apa yang mereka gosipin, belum tentu bener di kenyataan. Kita nggak tahu apa-apa tentang hidupnya dia."

Farah berdecak pelan. "Sori. Oh iya, lo duluan aja ke Della. Entar gue nyusul."

"Nggak apa-apa, nih?" tanya Ara. Dan setelah Farah mengangguk, Ara kembali menoleh dan segera menghampiri Della yang saat ini berdiri di koridor yang berada dekat dengan ruang Tata Usaha, terlihat seperti sedang menunggu seseorang. Dan saat Ara berhenti di depan perempuan bermata cokelat itu, Della tersenyum semringah karena merasa yakin bahwa yang mendatanginya adalah orang yang dia tunggu sejak tadi.

"Hei." Della mengulurkan tangannya. "Lo yang namanya Paramita, 'kan?"

Ara mengangguk sambil tersenyum. Tangannya refleks terangkat, menjabat tangan Della yang lebih dulu mengarah kepadanya. "Iya. Paramita Estiningtyas. Panggil aja Ara."

"Gue Della. Fradella Agnesia," balas Della kemudian menarik tangannya dari Ara. "Kayaknya agak ribet deh kalau berdiri. Kita duduk di tangga itu, mau?"

Ara mengikuti arah telunjuk Della kemudian dia mengangguk, canggung. "Oh iya, nggak apa-apa."

Della berjalan lebih dulu. Duduk di atas tangga di koridor itu, sedikit berada di pinggir untuk memberi jalan pada siapa pun yang nantinya akan lewat. Sedangkan Ara masih berdiri di tempatnya tadi dengan pikiran yang penuh oleh bayang-bayang perkataan rata-rata siswi di sekolahnya yang membeberkan sisi buruk Della yang mereka tahu. Apa pun itu, Ara masih belum yakin selama belum ada bukti.

Dengan perasaan canggung, perempuan itu melangkahkan kedua kakinya menuju tangga yang Della tunjuk tadi. Dia duduk di samping Della. Mengobrolkan apa-apa saja yang sempat Bu Zarah katakan saat mereka masing-masing bertemu dengan guru mata pelajaran Matematika itu.

Perbincangan mereka berlangsung selama hampir 30 menit. Hanya membahas seputar Sains yang mereka kuasai. Dari situ juga, Ara makin tahu bagaimana cerdasnya Della yang menguasai semua mata pelajaran Sains dibanding dirinya yang hanya menguasai satu bidang, sedangkan yang lainnya hanya sebagian kecil.

"Masih lama. Beberapa bulan lagi, 'kan? Kita punya banyak waktu buat jadi partner buat lomba nanti. Lagian, lombanya di semester ganjil kelas duabelas."

Ara tersenyum. "Gue usahain."

Della merapikan kertas yang ada di pangkuannya. Sejak tadi, perempuan itu gelisah memikirkan sesuatu. Kemudian Della menatap Ara yang bersiap berdiri. "Hei." Ara menoleh untuk menatap Della. "Lo udah tahu gue, kan?"

"Tahu...," jawab Ara lambat. Masih memikirkan maksud dari pertanyaan yang Della lontarkan padanya.

"Maksud gue, dari apa yang orang lain bilang tentang gue. Sisi buruk kehidupan gue."

Ara terdiam cukup lama dan dalam keterdiamannya itu dia kembali mengingat percakapannya dengan Farah yang terjadi beberapa saat sebelum dia bertemu dengan Della. "Maksudnya?"

"Nggak. Gue cuma pengin bilang kalau gosip anak-anak yang mungkin lo denger juga, itu semua bener kok." Della berdiri. Sebelum perempuan itu kembali melangkah, Ara ikut berdiri dan mengikuti Della dari belakang. "Maaf, lo bakalan jadi partner orang yang arah hidupnya salah."

"Del...."

Della berhenti melangkah. "Suatu saat gue bakalan cerita. Tapi, enggak sekarang."

Mata Ara menyipit. "Kenapa lo mau cerita ke gue? Sedangkan kita baru aja kenal."

"Gue bakalan cerita ke siapa aja yang gue mau. Termasuk elo. Supaya orang-orang yang kenal gue, gue harap bisa ngerti tentang siapa gue."

Ara meneguk ludah. Berbagai pertanyaan muncul dalam benaknya secara tiba-tiba. "Lo beneran anaknya professor Askari?"

"Ya," balas Della cepat, tanpa mau memperpanjang percakapan. "Gue duluan, ya?"

Beberapa saat setelah Della membalas perkataan Ara, perempuan itu langsung pergi meninggalkan Ara yang masih berdiri di tempatnya, memandangi Della yang terus berjalan menuju gerbang utama SMA Negeri Unggulan Akademi.

Kali ini, atas apa yang dia lihat, dia tertegun lama. Sebuah mobil yang juga pernah ia tumpangi berhenti di dekat Della berdiri.

Farah yang baru saja tiba di dekat Ara ikut memandangi apa yang sahabatnya itu lihat. Farah tak kaget dengan itu karena dia sudah pernah melihat pemandangan itu sebelumnya.

"Banyak yang bilang mereka pacaran," kata Farah, memecah keheningan di antara dirinya dan Ara. "Banyak juga yang bilang kalau mereka cuma sebatas partner doang. Gue nggak perlu jelasin. Kayaknya lo baru tahu," lanjutnya sambil menggoyangkan jari telunjuk dan jari tengah di kedua tangannya ketika mengucap kata partner.

Ara melangkah maju dan Farah mengikut dengan spontan. "Jangan negative thinking mulu, deh."

"Kayaknya gue cuma satu-satnya yang tahu kalau lo dan Elvan pernah pacaran waktu kelas sepuluh," kata Farah dan Ara membenarkan dengan anggukan. Dua siswi berseragam SMA itu berhenti di depan gerbang yang sudah lumayan sepi dari siswi-siswi yang menunggu jemputan. Farah menatap Ara dengan serius. "Lo ... udah nggak sayang beneran sama Elvan?"

Mendengar pertanyaan itu, Ara hanya mengangkat kedua bahunya. "Gue pacaran sama dia pas masa-masa labilnya gue."

Farah tertawa. "Ya tapi, tetep aja lo mantannya Elvan. Sayangnya sih, nggak ada yang tahu itu kayaknya."

Ara mengeratkan pelukannya pada buku-buku paket itu. Dalam hati, sejak tadi dia terus bertanya-tanya mengenai perkataan Della juga bertanya-tanya dalam hati tentang pertemuan Elvan dan Della yang dia lihat langsung beberapa waktu yang lalu.

Ara mengembuskan napas panjang. Harusnya, atas apa yang terpikir di benaknya sekarang ini, dia tak perlu ikut-ikutan berfikiran negatif mengenai pertemuan antara Della dan Elvan yang dia lihat beberapa waktu yang lalu.

***

"Mau ke hotel bareng Della lagi?"

Elvan mengumpat setelah mendengar pertanyaan yang Tama lontarkan di seberang sana. Elvan hanya diam. Tak membalas karena dengan begitu, Tama akan tahu betul apa jawabannya.

"Ya udah, gue matiin," kata Tama kemudian bunyi sambungan terputus yang terdengar dari speaker telepon genggam milik Elvan. Laki-laki itu menghentikan mobilnya ketika sudah berada di dekat Della berdiri. Dia tak membuka kaca jendela mobil, tak perlu mengajak Della masuk karena perempuan itu sudah tahu kebiasaan yang Elvan lakukan selama sudah beberapa bulan ini mereka dekat.

Sambil menunggu Della masuk, tak sengaja Elvan menatap dua siswi yang ada di koridor. Dia memandangnya lewat kaca jendela yang tertutup rapat. Satu di antara dua siswi itu sekarang menjadi objek pandangan Elvan. Laki-laki itu menghela napas kemudian beralih menatap ke depan bersamaan dengan masuknya Della ke dalam mobil.

"Kita nggak mungkin ke hotel dengan seragam begini."

Jika Elvan sudah mengatakan hal itu, maka Della akan paham betul maksudnya. Della menoleh ke Elvan. "Ya udah."

Saat itu juga, Elvan kembali menjalankan mobilnya ke suatu tempat yang sudah sering dia kunjungi.

***


thanks for reading!

love,

sirhayani

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

01.00 Par Ameyliafalensia

Roman pour Adolescents

8M 1M 48
"๐™ท๐šž๐š“๐šŠ๐š— ๐š“๐šž๐š๐šŠ ๐š–๐šŽ๐š—๐š๐šŽ๐š›๐š๐š’ ๐š”๐šŽ๐š—๐šŠ๐š™๐šŠ ๐š‘๐šŠ๐š›๐šž๐šœ ๐š๐šž๐š›๐šž๐š—." -๐“๐“ถ๐“ฎ๐”‚๐“ผ๐“ฒ๐“ช๐“ช, 01.00 โ€ขโ€ขโ€ข "Kematian yang mencintai kehidupan." - 01.00 ...
HEAVEN Par Diazepam

Roman d'amour

27.4M 2.4M 70
Heaven Higher Favian. Namanya berartikan surga, tampangnya juga sangat surgawi. Tapi sial, kelakuannya tak mencerminkan sebagai penghuni surga. Cowo...
6.4M 647K 66
โš ๏ธ PART MASIH LENGKAP โš ๏ธ Hubungan lima tahun versus hubungan lima bulan. Apa yang Jihan harapkan dari hubungannya dengan Haikal yang baru berumur lim...
17.9M 625K 50
Selama hidupnya, Hana belum pernah benar-benar jatuh cinta. Hingga suatu hari ia bertemu Tama, laki-laki yang sudah pernah menikah, lalu bercerai, da...