Kiss The Rain

By lili_0497

5.8K 465 90

Tuhan menentukan takdir seseorang di garis yang sama. Sesulit apa pun mereka akan tetap bersatu. Walau badai... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9

Chapter 5

487 55 7
By lili_0497

Joongki Pov

Sial. Wanita itu muncul lagi. Berkeliaran lagi seenak jidatnya sendiri. Apa dia tidak punya rasa malu? Atau… telinganya sudah tak berfungsi dengan baik? Aku menolakmu mentah-mentah, Nona. Mengatakan bahwa aku tidak mencintaimu. Tapi, kenapa kau selalu menyenangkan hati mereka dan mengiyakan semua titahnya?

Haruskah aku memohon sambil menangis darah bahwa aku benar-benar tidak bisa melanjutkan hubungan ini? Oh, ayolah. Kita bukan anak kecil lagi. Aku yakin bahwa kau juga menolak hubungan ini. Dengan jelas dapat ku lihat kau tengah berbohong setiap kali kau mengatakan "Aku menyukai perjodohan ini. Tidak ada alasan untuk aku mengelak."  pancaran di matamu mengatakan sebaliknya.

"Lama tidak berjumpa, Joongki-ssi." wanita itu mengawali percakapan. Aku mengangguk.

"Bagaimana kabarmu? Ini jamuan pertama kita setelah lima tahun tidak bertemu. Kekeke~" lagi-lagi dia buka suara lebih awal. Menyelipkan sedikit gurauan di sana. Mungkin.

"Bisa kita makan sekarang? Jadwalku padat. Pekerjaanku banyak. Jangan sampai pekerjaanku terabaikan dan menumpuk hanya gara-gara aku membuang waktu di meja makan ini." jawabku masam. Wanita itu hanya tersenyum.

Tak ada niatan sedikit pun untuk mengatakan sesuatu. Sekedar untuk menghilangkan hening yang menyerbu. Hanya suara dentingan sendok yang beradu dengan piring mengambil alih makan siang yang tak di inginkan. Di sana, dapat ku lihat jari manis kirinya senantiasa di lingkari oleh benda mengkilap yang bertabur beberapa berlian.

"Joongki-ssi." Hyekyo terdengar memanggil namaku. Aku menjawabnya dengan deheman tanpa menoleh ke arahnya.

"Ayah memintaku untuk mempercepat pernikahan kita." aku relfeks menghentikan makan siangku saat mendengar pernyataan yang baru saja dia lontarkan.

"Aku sudah selesai." jawabku datar sambil meletakkan sendok yang ku genggam sedari tadi.

Suatu topik yang sangat ku hindari akhirnya kembali di ungkit. Aku beranjak dari duduk berniat meninggalkan meja ini lebih dulu.

"Tunggu, Joongki-ssi." lengan wanita itu menahanku untuk melangkah.

"Kau mau kemana? Aku belum selesai." wanita itu mencoba melanjutkan seruannya.

"Apa yang harus kita bicarakan? Percuma, aku bersuara pun kalian tidak akan mendengarkannya." jawabku ketus.

"Ayahku ingin bertemu denganmu. Kau bisa temui ayah lusa nanti. Ada perihal yang ingin beliau bicarakan denganmu dan Tn. Song." jelasnya yang aku masa bodo tak menanggapinya. Berlalu tanpa menggubrisnya yang beberapa kali meneriakkan namaku.

***

Chaewon Pov

Melihat peluh mengalir melewati pelipisnya membuatku tak tega sebagai seorang kakak. Tidak seharusnya ia di sini bersamaku. Sekedar mengisi ke kosongan waktu dan berharap meringankan bebanku. Katanya.

Senyum cerah tak luput dari wajah tampan yang serupa ayah. Manis. Persis seperti milik ibu.

Bibir ini ikut mengembang di saat netra milik Joowon melihat ke arahku. Lengannya yang tak biasa bekerja dengan lincah menyapu bersih debu di atas meja dengan kain lap. Satu per satu meja di ruangan ini mengkilap di buatnya.

Sudah hari ke empat ia melakukan hal semacam itu. Membersihkan meja, menyapu lantai bahkan ia pel bersih. Melayani pelanggan lebih lihai ketimbang karyawan tetap di sini. Termasuk aku. Mungkin.

"Chaewon, bisa tolong ke ruanganku sebentar." suara seseorang membuyarkan fokusku. Aku mengangguk tanda mengerti.

"Aku dengar dari Boyoung beasiswa Joowon di cabut. Apa yang Boyoung katakan benar adanya?" tanyanya padaku yang sudah duduk berhadapan dengannya. Lagi-lagi aku mengangguk.

"Bagaimana bisa mereka melakukan ini padamu di saat mereka belum mendengar kepastian dari pihak bersangkutan." lanjutnya dengan nada kesal.

"Aku baik-baik saja, Kak. Pencabutan beasiswa Joowon tidak akan berpengaruh terhadap keberadaannya di sekolah. Aku masih memiliki beberapa tabungan untuk biaya sekolahnya beberapa waktu ke depan." jawabku dengan senyuman pasti. Tak ingin terlihat menyedihkan di mata kak Shihoo. Di pandang dan di kasihani oleh oranglain seperti aku adalah orang yang paling menyedihkan di dunia.

"Anak itu bahkan belum siuman. Tidak ada yang bisa di perbuat untuk saat ini." jawabku dengan biasa saja. Membuat kak Shihoo terlihat geram terhadapku.

"Tidak kah itu tidak adil untuk kalian? Apa kalian tidak ingin mencari pembenaran?" tanyanya lagi dan aku lagi-lagi mengangguk mantap.

Aku berniat meninggalkan ruang kerja kak Shihoo  namun tertahan oleh sesuatu di otakku.

"Boleh kami pulang lebih awal, Kak?" tanyaku meminta izin agar pulang lebih cepat dari biasanya.

Aku menjelaskan pada kak Shihoo alasan pulang lebih cepat. Kak Shihoo pun mengerti dan membiarkan ku tanpa berat hati. Aku tersenyum, membungkuk kecil. Mengucapkan kata terimakasih.

***

Author Pov

Pedal gas Joongki injak tanpa asa dan kesal di wajahnya terlihat jelas oleh mata. Harus kah ia nekat menenggak lagi racun serangga membasahi kerongkongannya? Hal konyol yang ia lakukan beberapa tahun silam di saat raganya harus di paksa menikah dengan seorang wanita tak di cintanya. Hal ampuh untuk membatalkan pernikahan sepihaknya. Meski pun ia tahu suatu hari nanti salah satu dari mereka bahkan lebih akan menagih kembali sesuatu yang belum terselesaikan. Ya, seperti hari ini dan beberapa hari lalu. Meminta suatu pernikahan yang sempat tertunda untuk di laksanakan dengan segera.

"Argh~" erang Joongki memukul keras kemudi saat mobilnya berhasil ia tepikan.

Bukan kah sesuatu yang tanpa di landasi dengan kata Cinta akan berubah menjadi bencana? Akan jadi apa hubungan mereka setelah menikah nanti? Bersikap seperti tak saling mengenal saat berada dalam petak apartemen dan mengumbar kemesraan saat di depan publik? Munafik sekali!

Lalu… bagaimana jika dari pihak keluarga masing-masing meminta sebuah nyawa baru untuk di jadikan penerus? Jangankan bersetubuh, untuk sekedar saling menyapa saja rasanya enggan.

Apakah kalian mencium aroma sesuatu? Aroma kebencian Joongki terhadap Hyekyo.

Tidak! Joongki tidak benar-benar membencinya. Hanya kesal saja padanya. Dulu… mereka adalah teman baik bahkan sering menghabiskan waktu bersama. Sekedar menghilangkan penat di kepala karena pekerjaan. Namun, semuanya berubah di saat kata 'Perjodohan' menghampiri mereka.

Joongki yang tak terima itu pun meminta Hyekyo untuk membatalkan perjodohan ini karena Joongki tahu Hyekyo juga tidak menaruh hati padanya. Hubungan mereka hanya sebatas teman baik. Joongki sudah menganggap Hyekyo seperti kakaknya sendiri. Begitu juga Hyekyo.

Namun… di luar nalar, Hyekyo dengan ringan hati menerima perjodohan ini membuat Joongki kesal dan marah padanya. Bukan kah Hyekyo tahu bahwa Joongki sudah memiliki cinta pertama dan akan segera menemukan cintanya itu? Bahkan Hyekyo sudah memiliki dambaan hati juga saat itu.

Balas budi. Dua kata yang diam-diam mengurungmu dalam mengendalikan perasaanmu. Perasaan tidak enak untuk menolak atas segala tabiat yang telah seseorang berikan padanya. Itu lah yang Hyekyo rasakan saat ini. Kebaikan Tn. Seo terlampau banyak untuk dirinya dan ayahnya membuat Hyekyo tidak ada alasan untuk menolak perjodohan ini.

Wajah tampannya terlihat semakin memerah dan rahangnya mengeras menahan amarah. Penat di kepalanya semakin terasa. Joongki mengacak rambutnya frustasi. Haruskah? Haruskah…?

***

Chaewon dan Joowon berjalan beriringan. Melangkah masuk menuju salah satu kamar di rumah sakit ini. Langkah mereka terhenti di saat raga keduanya sudah berada di depan pintu kamar 856.

Tok… Tok… Tok…

Suara ketukan terdengar menggema di lantai yang Chaewon pijak.

Ceklek~

Pintu kamar 856 pun terbuka menampilkan sosok pria yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit ini. Matanya mengerjap lemah menatap langit-langit kamar.

"Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya pria itu lemah namun tak menghilangkan kesan masam di nada bicaranya.

"Kau sudah siuman? Syukurlah." tanya Joowon dengan leganya.

Ini sudah ke sekian kalinya Joowon diam-diam menyelinap masuk ke dalam kamar rawat Woobin. Menemani kesendirian Woobin semasa matanya terpejam dalam koma. Kepalanya mengalami benturan keras membuat darah keluar banyak dari sana.

"Apa perlu kakak panggilkan dokter? Bagian mana yang terasa sakit?" tanya Chaewon ramah.

Woobin memalingkan wajahnya di saat lengan Chaewon akan menyentuh keningnya. Chaewon tersenyum dan mengelus lembut puncak kepala Woobin.

Selang beberapa menit dokter masuk di ikuti perawat bersamanya. Tangannya lihai memeriksa kondisi Woobin saat ini.

"Apa anda kakak dari pasien ini?" tanya dokter pada Chaewon. Pandangannya sempat melirik ke arah Joowon yang memberi kode melalui anggukan kepala.

"Iya, Dokter. Bagaimana kondisi adik saya?" timpal Chaewon kemudian.

"Kondisinya sudah membaik. Sempat ada pendarahan di otaknya. Beruntung, pihak kami bertindak dengan cepat." lanjut pak dokter yang di beri anggukan oleh Chaewon.

Sudah hampir dua jam Chaewon begitu juga Joowon terkurung di dalam kamar beraromakan obat. Chaewon yang terlihat sabar terus membujuk agar Woobin membuka mulutnya. Perawat bilang belum ada sedikit makanan pun yang mengisi perut Woobin sejak ia siuman pagi tadi. Woobin terus menolak suapan yang Chaewon berikan. Namun… bukan Chaewon namanya jika tidak berhasil menaklukkan.

"Ayo, buka mulutmu. Jika tidak, aku akan laporkan kepada ayah dan ibumu." ancam Chaewon.

"Laporkan saja. Mereka tidak akan perduli sekali pun aku telah menjadi mayat." jawab Woobin frontal.

"Hei-ya, apa kau bilang? Mayat? Tsh!" geram Chaewon. Woobin hanya mendelikkan matanya malas.

Chaewon terus menerus menggerutu membuat Woobin sakit di bagian telinganya. Dan kepalanya terasa pening mendengar omelan Chaewon. Joowon yang melihat hal itu hanya mampu menahan tawanya setiap kali mulut Chaewon melontarkan kata-kata yang tak ada habisnya.

Sesekali Chaewon menepuk bokong Woobin layaknya ibu yang memarahi anaknya yang bandel. Lengannya terus menerus memaksa Woobin untuk bangkit dari tidurnya. Meski pun demikian Chaewon dengan hati-hati membantu Woobin duduk dan membantunya bersandar. Woobin terus berontak meski suaranya tak selentang saat ia sehat.

"Baiklah. Aku akan makan. Kau puas?" Woobin akhirnya menyerah. Chaewon pun tersenyum penuh kemenangan.

"Tsh, kenapa tidak dari awal saja? Kau membuat tenagaku habis, Woobin." Chaewon megerlingkan matanya.

"Aku pikir kau tidak akan kehabisan tenaga hanya karena tadi. Kau wanita berisik yang pernah ku temui, Kakak!" sindir Woobin.

Joowon menyerah. Ia tak dapat menahan tawanya. Chaewon yang melihat hal itu menatap tajam Joowon yang langsung menghentikan tawa renyahnya. Tanpa Woobin sadari ada kehangatan yang menjalar di sekitarnya. Suasana seperti ini jarang sekali Woobin rasakan. Bibir pria jangkung itu membentuk lengkungan tipis ke atas.

"Kalau begitu buka mulutmu. Aaaa…" Chaewon tersenyum di saat Woobin tak menolak suapannya lagi.

***

Di sisi lain salah satu orang kepercayaan Tn. Seo yaitu Park Joonha tengah mendorong kursi roda yang Ny. Seo tumpangi. Hari ini jadwal untuk Ny. Seo check-up. Hyekyo yang tak bisa mengantar ibunya pun meminta tolong pada pengacara Park untuk menemani ibunya. Kondisi Ny. Seo masih sama. Seperti ada sesuatu yang terenggut darinya sehingga membuat hidupnya seakan hampa. Entahlah, itu yang kulihat dari sorot matanya.

Chaewon yang merasakan haus pada kerongkongannya undur diri sejenak pada Woobin untuk membeli minuman. Woobin yang sedang menyantap buah apel yang Chaewon kupaskan hanya mengangguk. Joowon yang terlihat kelelahan berbaring di sofa yang ada di kamar VIP ini.

Entah hembusan angin kencang muncul dari arah mana menerbangkan syal tipis milik Ny. Seo yang di biarkan tergeletak di pangkuannya. Chaewon menghentikan langkahnya di saat syal itu berlabuh di hadapannya. Tubuhnya merunduk memungut syal merah muda itu. Pandangannya celingukkan ke kanan dan ke kiri. Mencoba mencari orang pemilik syal merah muda ini.

"Maaf, Nona. Syal itu milikku." suara Park Joonha terdengar jelas. Kini mereka sudah berhadapan satu sama lain.

"Oh, ini. Aku menemukannya tergeletak di sini." Chaewon menyodorkan syal merah muda itu pada Park Joonha. Namun ia urung saat melihat wanita tua yang duduk terdiam di kursi rodanya.

"Apa ini ibumu, Tuan? Boleh aku menyampirkan syal ini di lehernya?" entah kenapa ingin sekali Chaewon menyampirkannya pada leher Ny. Seo. Joonha tak keberatan atas permintaan Chaewon.

"Kau harus meletakkan nya seperti ini. Udara benar-benar dingin di luar sana, jangan sampai ibumu kedinginan." ucap Chaewon di sela-sela kegiatannya.

Chaewon mengakhiri kegiatannya dengan senyuman. Layaknya Ny. Seo telah mengkonsumsi obat ampuh baru saja, perkataan yang Chaewon lontarkan dapat ia dengar dengan baik. Pandangannya mencoba melihat sosok wanita di hadapannya.

Untuk pertama kalinya mata dan telinganya berfungsi dengan baik setelah sekian lama tak berjalan semestinya. Hal yang pertama ia lihat adalah senyum tulus di wajah Chaewon.

Mata Ny. Seo berbinar cerah. Hatinya berdegup kencang. Pandangannya tak beranjak sedikit pun dari wajah elok milik Chaewon.

"Ibu, aku pergi dulu ya. Semoga anda lekas sembuh." Chaewon pamit pada Ny. Seo. Entah ia sadar atau tidak kata Ibu baru saja ia lontarkan dari hati.

Ada sesuatu yang bergejolak di hati wanita paruh baya itu. Pandangannya tak luput melihat kepergian Chaewon yang perlahan menjauh dari penglihatannya.

"Anakku." untuk pertama kalinya juga suara kembali terdengar keluar dari bibir keringnya. Begitu pelan sehingga pengacara Park tak mendengar gumaman tersebut.






Hai-hai, aku kembali bawa Chap 5 nih. Maaf seribu maaf yang nungguin ini cerita gak publish-publish. Hihi~

Pengennya update cepet tapi bener-bener gak bisa. Tadi sempet ketiduran saat nulis ini. Epek lelah kali yak/? Kekeke~

Gak ada moment Chaeki? Next chap, insyaallah aku cepetin. Lagi on going/?

Udah bisa nebak-nebak ini alur cerita kemana? Aku aja pusing maunya kemana/? Haha~

Oceh, oceh. Makasih yang sempetin baca. Makasih yang sempetin vote. Makasih yang sempetin komen. ^^

Thengkyu <3

Continue Reading

You'll Also Like

320K 7K 35
"That better not be a sticky fingers poster." "And if it is ." "I think I'm the luckiest bloke at Hartley." Heartbreak High season 1-2 Spider x oc
1M 55.3K 35
It's the 2nd season of " My Heaven's Flower " The most thrilling love triangle story in which Mohammad Abdullah ( Jeon Junghoon's ) daughter Mishel...
1.2M 47.6K 53
Being a single dad is difficult. Being a Formula 1 driver is also tricky. Charles Leclerc is living both situations and it's hard, especially since h...
494K 17.7K 96
The story is about the little girl who has 7 older brothers, honestly, 7 overprotective brothers!! It's a series by the way!!! 😂💜 my first fanfic...