Mantan Manten

By Bellazmr

371K 33.9K 4.4K

[Sudah difilmkan] Yasnina, bisa jadi adalah penggambaran perempuan metropolitan yang sukses menata dengan bai... More

2. The Love Story
3. End Game
4. Marjanti
5. The Letter: Terms & Conditions
6. First Day
7. Yasnina dan Mutih
8. Yasnina dan Meditasi
9. Yasnina dan Permintaan Maafnya
10. Yasnina dan Filosofi Cintanya
11. Yasnina dan Paes
12. Aku dan Yasnina
13. The Wedding
14. The Deal
15. Budhe Mar dan Iskandar
16. Budhe Mar
17. The Steam
18. Game Over (END)

1. Yasnina

93.1K 6.9K 1.3K
By Bellazmr

"Setiap manusia pasti selalu berhadapan dengan ketidakpastian. Yang membedakan adalah reaksi individu yang muncul saat menghadapi ketidakpastiaan itu, Reaksinya bisa dua, terpuruk karena ketidakpastian itu atau bangkit melawan ketidakpastian. Semua tergantung individu itu sendiri."

A R D Y

Perkenalan gue dengan dia sama sekali nggak bagus, bahkan bisa dikatakan buruk. Enam tahun yang lalu, saat gue kesulitan biaya hidup karena nekat kuliah di ibu kota. Gue akhirnya ngambil upahan dengan ngerjain tugas teman-teman kampus.

Gue tahu, kerja itu sama sekali nggak baik, tapi  karena desakan ekonomi. Gue sama sekali nggak mikir risikonya. Gue butuh uang dan uang mendesak gue buat ngelakuin itu.

Gue tahu uang bukan segalanya, tapi balik lagi... segalanya butuh uang.

Sampai akhirnya, apa yang gue lakuin benar-benar dapat balasannya, salah satu senior kampus yang kebetulan asisten dosen mata kuliah yang gue ambil, tahu bahwa gue yang ngerjain hampir semua tugas sekelas yang dia kasih sebagai pengganti ketidakhadiran dosen.

Gue ketakutan, gue nggak punya pilihan selain ngaku bersalah dan mohon sama senior gue ini buat nggak ngelaporin gue ke dosen. Gue takut, terlebih gue ingat bahwa gue adalah anak beasiswa di kampus gue itu. Buat ulah dikit, bisa dicabut beasiswa gue. Mau jadi apa gue kalau gue kuliah tanpa beasiswa?

Setelah pembicaraan yang cukup panjang. Dia berhasil gue bujuk, pokoknya dia ceramah banyak hal ke gue. Sampai satu kalimat dari dia, benar-benar gue hapal banget sampai sekarang, dia bilang gini, "Hidup ini bukan hanya perihal uang, tapi bagaimana lo bisa menghargai diri lo sendiri dan menikmati semua hal yang udah diberikan Tuhan ke lo."

Dari kejadian itu, gue mulai dekat dengan senior perempuan yang perlahan mulai jadi sosok paling penting di dalam hidup gue. 

Perempuan itu bernama Yasnina, yang saat ini sedang duduk anggun menghadapi  setiap pertanyaan yang diajukan pembawa acara salah satu talkshow inspiratif sebuah stasiun televisi.

Setiap pertanyaan dijawab Nina dengan jawaban yakin. Salah satu sifat Nina yang akhirnya membawa perempuan itu sampai pada titik ini, ya, perempuan  yang akan  segera menyentuh usia tiga puluh tahun itu punya kepercayaan diri yang begitu tinggi.

Dari tempat gue duduk, gue tahu bahwa Nina lagi gugup. Secara, Nina itu paling malas banget tampil di depan umum kayak sekarang, gue hapal banget sifat Nina kalau dia lagi malas berurusan dengan sesuatu. Termasuk saat lagi kondisi seperti ini.

Gue tertawa ketika Nina malu-malu menolak untuk jawab pertanyaan pembawa acara yang nanya berapa penghasilan dia. Sebenarnya, pembawa acara itu salah orang, dia seharusnya nanya sama gue. Karena sebagai asisten seorang Yasnina, sang konsultan keuangan di salah satu perusahaan paling terkenal di Indonesia. Gue tahu pasti berapa penghasilan Nina.

Saat gue sedang ketawa, gue sadar bahwa Nina sedang melayangkan tatapan matanya ke gue dan gue langsung menanggapinya dengan mengangkat bahu,  pura-pura tidak tahu. 

Enam tahun gue kenal sama Nina. Selama itu, gue jelas mengenal Nina lebih dari perempuan itu mengenal dirinya sendiri. Gue tahu, makanan kesukaan dia, nomor sepatu dia, tempat favorit dia buat menyepi, ah banyak hal pokoknya yang gue tahu tentang dia.  Secara, gue kenal dia enam tahun, susah senang banyak gue laluin sama dia.

Nina itu senior dua angkatan di atas gue, tapi kalau masalah usia, dia tiga tahun di atas gue. Dia punya segala hal di usianya yang terbilang sangat matang, kalau bisa dibilang, Nina itu sempurna buat perempuan seumuran dia. 

Bagi gue, Nina itu bukan hanya sekadar bos. Lebih dari itu, dia bisa jadi apa aja dalam hidup gue. Kadang, dia bisa jadi kakak perempuan, sahabat, tempat curhat, atau bahkan kalau sifat mengomelnya sudah keluar, dia bahkan bisa dua kali lipat lebih kayak emak gue.

Nina juga adalah seorang panutan bagi gue. Ah! gue yakin kalau Nina dengar omongan ini. Dia bakal menepuk kepala gue habis-habisan karena geli dengar kata panutan. Dia paling jijik sebenarnya kalau gue sudah bilang bahwa dia itu inspirasi banget bagi gue, khusus gue ya. Karena kalau yang ngomong orang lain, dia bakal menanggapi itu semua dengan senyum.

Nina itu orangnya ambisius, seperti yang gue bilang diawal saat gue kenal dia. Dia itu asisten dosen yang nge-gap gue jadi joki tugas kelas. Asdos, otomatis dia itu terpilih dari mahasiswa lainnya dan benar sih, dia lulusan cumlaude di kampus gue bahkan juga dapat gelar lulusan tercepat. Semua tercapai, jelas karena apabila Nina lagi mengejar suatu mimpi, pasti dia selalu bersikeras untuk menggapai mimpi itu, dia tidak mau gagal.

Gue tahu, benar-benar tahu. Bahwa keambisiusan Nina itu bersebab, bukan tanpa alasan. Dia bukan terlahir dari orang tua yang kaya, boro-boro kaya, bahkan Nina pernah bilang bahwa dia nggak pernah sekalipun tahu gimana rupa kedua orang tua dia. Dari dia kecil, Nina tinggal di panti asuhan. Masa kanak-kanak Nina, dia habiskan di sana.

Lalu, ketika umurnya menginjak angka 10. Nina diadopsi oleh Iskandar, laki-laki kaya raya yang kebetulan sudah tidak memiliki istri lagi dan hanya memiliki seorang anak laki-laki seusia Nina. Semenjak Nina diadopsilah, perlahan kehidupan Nina mulai berubah.

Kesempatan emas saat diadopsi orang kaya sama sekali tidak disia-siakan oleh Nina. Alih-alih terbuai seperti kebanyakan anak panti yang diadopsi, Nina malah memanfaatkan kesempatan itu untuk belajar banyak hal. Sampai, ia berhasil menjadi Nina yang dikenal sukses sekarang.

Lagi-lagi, kalimat Nina itu seolah muse bagi gue. Gue pernah dengar satu kalimat dari Nina yang sampai detik ini juga selalu gue ingat, "Lo nggak bisa milih lo mau terlahir dari siapa dan dari kehidupan kayak gimana. Tapi, saat lo tumbuh dewasa, lo yang jadi penentu mau jadi apa lo dan mau kayak gimana hidup lo.''

Tetapi balik lagi, setiap manusia itu pasti punya celah, termasuk Nina. Karena dari kecil dia tidak pernah melihat orang tuanya dan diadopsi oleh Iskandar yang sebenarnya mengadopsi Nina karena melihat potensi perempuan itu. Selain, ambisius dan percaya diri. Nina memiliki kekurangan dalam hal bergaul, dia bukan tipe yang mudah percaya orang lain sehingga itu yang membuat dia kesulitan dalam menemukan orang yang benar-benar mengerti dia.

Dan di sini, gue ada untuk dia. Gue selalu berusaha untuk mengerti dia, seperti yang gue bilang. Enam tahun kenal Nina, gue bahkan lebih kenal diri dia ketimbang dia sendiri.

"Mikirin apa sih lo, Dy?'' Gue mengerjap, seketika semua lamunan gue terganti saat mata gue teralih pada sosok yang sedari tadi gue bicarakan. Sosok yang sekarang sudah duduk di sebelah gue setelah berhasil menarik botol air mineral yang gue pegang.

Gue bertanya, mengalihkan pembicaraan dia tadi, ''Sudah selesai, Nin?''

Manik mata Nina melirik gue, meskipun dia masih dalam posisi menyesap air mineralnya. Barulah setelah botol air mineral itu, ia turunkan. Dia membalas pertanyaan gue. ''Dari tadi otak lo keliaran ya, Dy, sudah sampai mana aja,'' sindirnya sambil tertawa.

Gue menghela napas panjang, gue mengenal segala seluk-beluk mengenai Nina. Begitu juga dengan dia ke gue, dia juga tahu banyak hal mengenai gue. Otomatis dia tahu banget, kalau gue begong kayak tadi, berarti gue lagi mikirin sesuatu.

''Nggak ada apa-apa, Nin.''

Nina menatap mata gue lekat, seolah mencari sesuatu yang bisa ia gali dan sebisa mungkin gue membalas tatapan itu. Biar dia yakin.

Tak lama, Nina menghela napas panjang, ''Ya udahlah. Sekarang kita mau kemana, balik ke kantor atau ada jadwal lain?'' alih Nina. Sepertinya dia berhasil termakan tatapan gue, buktinya dia sudah tidak bertanya-tanya lagi.

Sebenarnya gue nggak perlu sih menyembunyikan apapun dari dia, toh, sejak tadi gue cuma lagi membayangkan aja sosok dia di dalam hidup gue. Tapi tak apalah, gue nggak mau membahas ini ke dia. Biar ini, jadi rahasia aja kalau selama enam tahun kenal dia. Gue merasa beruntung, bisa kenal dengan sosok setangguh dia.

Gue mengambil handphone, mengecek jadwal dia yang ada di handphone gue. Setelah berhasil memastikan, gue menjawab, ''Satu jam dari sekarang, ada meeting sekaligus lunch bareng sama pengusaha kerajinan kayu.''

Tanpa menunggu, Nina mengangguk, tanda ia mengerti.

Kami tidak membuang banyak waktu dan langsung berpamitan dengan crew acara itu, gue dan Nina langsung memilih pergi setelah itu.

Bersambung

Hai aku datang dengan cerita baru yang diadaptasi dari sebuah naskah seseorang.

1. Apa perasaan kalian setelah membaca cerita ini yang jauh banget dari cara biasa aku menulis?

2. Lanjut bab dua, yay or nay?

Salam, Bellazmr

Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 10K 24
Menceritakan kehidupan seorang lelaki yg bernama Nathan. dia dikenal sebagai anak baik yg tidak pernah neko neko dan sangat sayang pada keluarganya...
1.3M 95.5K 34
Keisari, 27 tahun, jomlo, dan pengangguran. Wow! Akhirnya dia tiba pada fase paling mengerikan bagi seorang perempuan. Ketika relasi, percintaan, k...
870K 42.2K 36
"Jalang sepertimu tidak pantas menjadi istriku, apalagi sampai melahirkan keturunanku!" Bella hanya menganggap angin lalu ucapan suaminya, ia sudah...
369K 32.8K 86
Gadis Sekarwangi, tidak pernah menyangka jika rumahtangga yang ia bangun bersama suaminya, Pradipta harus berakhir ditengah jalan karena sang suami k...