15. Budhe Mar dan Iskandar

7.1K 970 23
                                    

S U R Y A

Hari ini, gue malas melakukan apapun. Yang gue lakukan hanya duduk memainkan plasystation. Mungkin di karenakan hari ini adalah hari minggu, jadi memang sudah hakikatnya bahwa ini adalah hari mager.

Jari gue bergerak-gerak di atas stik yang saat ini gue pegang. Gue memainkan game sepakbola melawan computer, karena gue memang main sendirian.

Berulang kali bermain, berulang kali juga Surya mendapatkan kekalahan. Pikirannya tidak berada di sana, melainkan kepada Yasnina. Sudah berkali-kali Surya menghubungi Nina, tapi ia tidak mendapat balasan apapun.

Mengorek info dari asistennya, , Nina sedang terlibat suatu urusan dengan pemilik vilanya yang memberikan satu syarat agar Vila itu diberikan kepada Nina.

Tanpa terasa, kerongkongan Surya kehausan ketika game tersebut lagi dan lagi, tak kunjung ia menangkan. Menekan tombol pause, Surya akhirnya memilih untuk mengambil minuman di dapur.

Langkah kaki Surya menapak ubin-ubin rumahnya, ketika ia melewati pintu ruang kerja ayahnya yang terbuka. Sejenak Surya menahan langkah ketika mendengar nama Yasnina disebut. Lantas, Surya semakin merapatkan tubuhnya ke arah pintu. Dari tempatnya berdiri, ia melihat ayahnya sedang berbicara lewat telepon kepada seseorang.

"Saya sudah tahu, bagaimana kabarnya? Apa dia belajar dengan baik?"

Alis Surya berkerut, menandakan bahwa ia tidak mengerti dengan ucapan ayahnya tersebut. Lantas ketika kebingungannya itu masih ada, suara gelak tawa pelan terdengar.

"Ya. Petunjuk yang kita dapatkan memang tidak salah," balas ayahnya lagi.

Memangnya petunjuk apa yang ayahnya dapatkan.

"Nina akan belajar dengan baik. Saya yakin dia pasti akan menggantikanmu." Surya terus mendengar ucapan demi ucapan ayanya yang belum Suirya tangkap masksudnya apa.

Hingga di akhir pembicaraan sebelum panggilan itu tertutup. Ayahnya tiba-tiba bicara lagi. "Iya Budhe Mar, saya mengerti. Saya harap apa yang kita lakukan ini berubah baik. Suamimu itu sudah membantu banyak hal kepada saya, sudah sepatutnya kan saya membalas apa yang suami kamu lakukan."

Surya terus menebak apa maksud semua ini.

Dan pada akhirnya, tanda tanya besar itu terjawab.

"Ya rencana kita memang tidak akan gagal. Cepat atau lambat kita sudah mendapatkan segalanya, Nina berpisah dengan Surya. Dan kamu mendapatkan Nina sebagai pengantimu sebagai dukun manten. Kita impas."

Jadi semua ini? Surya kehilangan kesabaran, ia segera masuk ke dalam ruangan itu dan langsung membuat Iskandar terpaku, memadanganya.

"Ayah!" Surya jelas tidak terima dengan semua skenario yang dibuat oleh Isakndar, ayahnya, selama ini.

"Surya..."

"Yah, apa yang ayah lakukan, Nin—" Ucapan Surya tidak terlanjut, karena dengan cepat Iskandar memotongnya.

"Ini sudah takdirnya Nina, Surya. Kamu tidak bisa menganggu gugatnya. Dia akan menggantikan budhe Mar sebagai dukun manten, karirnya di kantor sudah selesai. Termasuk takdirnya bersama kamu, itu juga sudah selesai. Hal ini sudah ayah persiapkan, bahkan jauh sebelum kisah percintaan kamu dan Nina harus hadir di dalam rencana ayah," jelas Iskandar. Yang sekali lagi, membuat Surya tercengang dan marah di waktu yang bersamaan.

Bersambung

Mantan MantenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang