Rusuh ✕ ljn ✔

Por somineral

36.4K 6.2K 2.5K

[DISCONTINUED] ya lo bayangin aja sih, gimana jadinya kalo cowok alim ketemu sama cewek berandal yang hobinya... Más

prolog
[0] kenalan
[1] anak baru
[2] sokap
[3] id line
[4] facebook vs line
[5] nobar
[6] jeno flashback
[7] tugas pertama
lucknut
[9] dunianya jeni
[10] perempuan berkerudung putih
[11] rencana
[12] jeno pake line
[13] bukan ekspektasi
[14] girls time and surprise
[15] jadi lo suka sama gue?
[16] Jeno-Jeni
[17] kita menjauh aja, ya?
[18] alkohol dan surat panggilan
[19] emosi
[20] Goodbye, school
ask the readers!

[8] gara-gara flashdisk

1.1K 256 60
Por somineral

Setelah pelajaran agama selesai, Jeno ngajak si pelaku yang punya flashdisk—Jeni buat keluar kelas karena ada sesuatu yang kepengen dia omongin.

"Kenapa? Lo mau marah sama gue?" Di tengah perjalanan, Jeni udah langsung to the point. Tapi ucapannya sama sekali ga digubris sama Jeno.

"Marahin aja sana,"
"Gue emang selalu salah di mata lo."
"Hahahahaha emang ya first impression kita tuh buruk,"
"Buruk banget."

Jeno muter badannya.

"Lo pasti sengaja!"

Freeze. Entah kenapa Jeni ngebeku.

"Gue tau kalo lo tuh bukan anak yang baik-baik."

"Kenapa? Karena muka gue kek berandal?"
"kKk anak nakal?"
"Iya, gitu?"
"Terus karena itu semua gue berhak buat selalu lo salahin?"
"Bitch please, gue juga ga tau kenapa fd gue virusan!"

"Ya terus sekarang kenapa bisa virusan?"

"Ya mana gue tau,"
"Kalo gue tau, gue udah bilang kali sama lo!"

"Yakin mau bilang ke gue kalo lo tau itu fd virusan?"

"Gue sama sekali ga ngerti sama jalan pikiran lo,"
"Sama orang yang baru dikenal saran gue tuh ya bertingkah sewajarnya aja anjing!"

"Lo yang seharusnya bertingkah sewajarnya!"
"Kan yang pertama kali nyari gara-gara ke gue itu, elo."

"Oh, yang makan seblak?"
"Iya terus aja gue yang di salahin."

"Emang ga boleh seudzon sama orang—

"Nah itu lo tau nyet!"

—tapi kalo kenyataannya udah kek gini, gue ga salah kan?"

"Jadi lo maunya apa tuanku, Jeno????"

Jeda sejenak. Jeno mikir. Feeling Jeni mulai ga enak.

"Balikin nilai 98 agama gue!"
"Ah... bukan! Lebih tepatnya nilai kelompok gue!"

Jeni terbatuk. "Balikin nilai agama? 98?"

"Iya."
"kenapa? Kaget?"

"B aja sih."
"Kan disini bukan cuma kalian yang dapet 98 hahahaha,"
"Bangga banget."

"Gue mau itu!"
"Mau ga mau, terima ga terima, gue taunya nilai MID agama kami 98 di rapot!"

"Lo mau gue nyuri daftar nilai Bu Ani terus ngubah semuanya jadi 98 gitu?"

"Totally no!"
"Bukan itu yang gue maksud,"
"Nyuri dan ngubah nilai itu termasuk tindak kejahatan."

"So?"

"Presentasiin tugas yang hilang tadi, di ruang guru, di depan Bu Ani, tanpa ngeliat catatan sedikit pun!"
"Itung-itung bayaran buat kita yang udah lo rampas nilainya lah,"
"Dan juga buat Renjun yang laptopnya juga ikutan nyicip virusnya fd lo."

Jeni berdecih. "Lo sinting?"

"Terserah sih,"
"Gue abis ini mau ke ruang guru buat ngasih tau Bu Ani kalo lo bersedia gantiin presentasi kelompok kita."

Jeno melajukan langkahnya. "Gak! Gue gak mau!" Tapi mendadak berhenti karena balesan dari Jeni.

"Bodoh banget kalo gue ngasih nilai 98 ke orang lain sedangkan gue sendiri ga dapet apa-apa," lanjut Jeni.

"Lo juga kebagian,"
"Tenang aja, gue baik kok."

"98?"

"75,"
"Pas KKM."

"aNJING YA LO!"
"Enggak!"
"Sama aja gue diperbudak!"

"98,"
"Deal!"

"Pinter nego ya lo kek koko-koko cina,"
"Gue tetep ga mau!"

"Yaudah kalo ga mau 4 mapel UN lo KKM semua."

Jeni membusungkan dadanya. "Lo punya hak apa disini?"

Jeno memangku telunjuknya di bawah dagu. "Belajar, dapet ilmu, emh..... main sama temen?"
"Menurut lo apa deh?"

"Bangke!"

"Deal!"

Kali ini Jeno bener-bener melajukan langkahnya tanpa memedulikan Jeni yang teriak-teriak kesel kayak anak autis.

Bodo amat. Jeno ga mau ada tugas susul-susulan. Baginya itu malah nambah pekerjaan.

Dalam hati Jeno juga merasa ga enak sama Jeni. Yakali Jeni harus mempresentasiin semua rangkumam yang ada di fd tadi seorang diri sedangkan mereka seharusnya berkelompok.

5api mau gimana lagi. Pas pertama kali ketemu sama Jeni, bawannya selalu kesel mulu. Mau marah aja.

Ga tau kenapa. Jeno juga bingung.

























"Qadha itu artinya.... emh.... ketentuan Allah. Terus kalo qadar itu..... artinya—" Jeni melirik Jeno. "—Artinya sama aja kali ya Bu?"

"Mmppffttt," Jaemin ketawa. Dan pelototan mata Jeni lah yang dia dapet.

"Dalil naqlinya coba," Kata Bu Ani.

"Banyak Bu."

" Apa aja?"

"Emh....." Jeni memainkan kedua telunjuknya. "An-nisa?"

"Terus?"

"Emh...."

"Kamu niatnya mau presentasi atau tanya-jawab sama saya?"

"Yaudah Bu saya aja."

Jeni kaget. Kasar, setelah ngomong gitu Jeno menggantikan posisi Jeni tanpa aba-aba terlebih dulu. Jadi Keninya kegeser beberapa senti, karena badan gedenya Jeno.

Selama mempresentasikan—lebih tepatnya mewakili kelompoknya dalam nilai tugas, ga pernah sekali pun Jeno ngomongnya tersendat-sendat kayak yang Jeni lakukan sebelumnya tadi. Jaemin, Renjun sama Angel dalem hatinya udah pasti seneng karena dapet nilai 98.

Kecuali Jeni. Jeni yang masang muka asem kayak ga setuju gitu.

"Kayaknya cuma itu aja Bu yang bisa saya presentasikan,"
"Mungkin karena insiden tadi, kelompok kami tampilnya jadi ga maksimal tapi, kami udah berusaha sebisanya."

Fair, setelah Jeni ngeluarin semua pengetahuannya, Bu Ani nanya ke sisa kelompok itu dari apa aja yang udah Jeno sampaikan.

Lancar tuh. Cuma pas tiba di Jeni, eh malah jadi macet.

Iseng, Jeno malah bilang, "Bu kami yang sudah permisi balik ke kelas ya karena ada ulangan lagi."

Mata Jeni melebar. Dalam hatinya ngomong, "Woy setan bin jahanam emang dasar anjing babi ya lo Jeno!"

Tapi itu cuma di dalam hati, belum keluar semua kok kebun binatangnya.

"Yaudah sana."

Sebelum bener-bener pergi, Jeno sempat ngelirik Jeni yang lagi mati kutu. Lalu ia melengoskan pandangannya, pergi bersama temannya yang lain buat masuk ke kelas.

Tersisalah Jeni sendirian. Ga bisa berkutit apapun.

"Sampe dimana kita tadi?"

"hAH?!"
































"Ga mau bilang makasih gitu sama gue?"

Kegaduhan dari dalam kelas membuat suara Jeno jadi tak terdengar kepada lawan bicaranya.

Jam pulang. Bayangin aja gimana rusuhnya.

"wOYYY DAFTAR PIKET YANG BARU GUE PAJANG DI SAMPING PAPAN TULIS YE!"
"YANG PIKET HARI INI: JENO, MEGA, JENI, MARK, SAMA CHENLE!"
"YANG GA PIKET GUE CATET!"

Yang dipanggil namanya tadi oleh Selsya—ketua kelas cuma bisa ngedesah pelan. Oke, jam balik agak sedikit tertunda karena harus bersih-bersih kelas dulu supaya ga dimasukin ke death note oleh si ketua kelas garang.

Ga sengaja Jeno nyenggol lengannya Jeni pas dia mau ngambil peralatan di letaknya di belakang pintu sana.

"Apasi?" rutuk Jeni kesel.

Lambat-laun penghuni kelas udah pada keluar semua. Cuma kesisa yang piket, sama Selsya yang setia menunggu.

"Bersih-bersih anjir!"
"Liat itu keripik kenapa bisa nembel di lantai?!" Selsya udah kayak ibu-ibu kos yang kerjanya ngomel mulu.

"Nyerocos aja congor lo, Sya!"
"Bantuin napa?" bales Mark sewot.

"Halah maunya lo itu mah."

Mark malah nyengir.

sedang yang di belakang sana—Jeno, Mega sama Chenle yang lagi nyapuin tiap-tiap barisan, ga berceloteh sedikit pun. Mereka asyik sama pekerjaan masing-masing. Santuy aja yakan.

"Ehh yang di belakang sana siapa sih?" tanya Selsya nyaring.

"Yang di belakang sana cuma masa lalu kita, Sya," celetuk Mark tanpa dosa. Selsya jadi bergidik ngeri.

"Gue, kenapa?" Lalu orang yang ditanya oleh Selsya tadi nyaut dan berjalan ke depan, ke posisinya Mark.

"Oh, elo."
"Ga piket? Mau dimasukin kesini?" Selsya menunjuk catatannya.

"Masukin aja sesuka lo."

Seumur-umur, baru kali ini Selsya ketemu temen cewek yang orangnya nantangin banget. Kan jiwa kejantannya malah diuji.

"Lebih baik lo piket deh, Jen,"
"Jan buat gue marah disini."

"Hak ah, alergi debu."

"Anjeng!"

Tuh kan bener. Lagian si Jeni lagaknya emang nyebelin banget. Si Mark, malah manfaatin kesempatan buat nenangin si Selsya.

"Apasi lo kentutnya kucing?"
"Modus lo kentara banget parah."

"Heuheuheuheu."

Hak lama kemudian Keno bebarengan sama Chenle meletakkan kembali sapu yang mereka pake tadi ke tempat semula.

Tapi sebelum itu, dengan sengaja Jeno menyentakkan gagang sapunya ke kepalanya Jeni tanpa alesan yang jelas.

pletak!

"aKHH!"
"SAKIT BANGSAT!" Jeni langsung naik darah. Refleks dia mukul lengan Jeno sampe si empunya menjadi tidak seimbang.

"Dapet 98, tapi sama sekali ga bilang makasih sama gue."
"Sekarang ga mau piket juga?"
"Emang hak lo apa disini?"

Ucapan Jeno yang terakhir seolah dia mengulang kembali apa yang diomongin Jeni pas mereka debat sebantar di koridor sekitar pagi tadi.

Jeni menggeram. Dia langsung ngambil ranselnya dan berlalang pergi ninggalin kelas.

Selsya di depan pintu juga ga sadar kalo Jeni ngelewatin dia kayak makhluk halus. Pulpen di tangannya udah siap buat nyatet nama 'Hwang Jeni' di buku catatan khusus itu.

"Eh gue duluan ya,"
"Sya, gue udah piket lho,"
Awas kalo lo catet."

Disusul Jeno, perlahan juga semuanya pada mau balik. Yakali nginep disini.

"Woy jeno!"
"Tungguin gue!"

Dan pada akhirnya, Mark, Jeno dan juga Chenle yang adalah anggota Gafatar, pulbar.

Mega sama Selsya barengan juga.

Sesampainya di depan gerbang, trio Gafatar itu sama-sama ngeliat Jeni lagi berdiri di bawah pohon kayak lagi nunggu sesuatu.

"Nungguin siapa dia?"

"Jembutan kali?"

"Apa Le?"

"Jemputan."

"Pendengaran gue tadi jembut lho, Le."

"Astaghfirullah,"
"Ga usah di repeat bisa kali."

Males, Jeno berlalang duluan ngambil motor CBR 150 nya buat duluan balik karena hari udah semakin siang.

ttiinnn

ttiinnn

"Balik woy!"
"Udah siang ini!" teriak Jeno kapadaark dan juga Chenle dari atas motor.

"Bentaran,"
"Mau ngeliat Jeni dulu."

Jeno mendelik. "Kuker amat."

"Ehhh anjir liat noh!"
"Itu Jeni di jemput pake mobil sedan item."

Mark dan Jeno—yang masih setia di atas motornya serempak ngikutin arah pandangnya Chenle. Bener, sedan hitam itu berhenti di depan Jeni. Lalu orang yang di jemput langsung masuk ke dalem lalu mobil itu segera melajukan geraknya.

"Siapa ya?"

"Apanya?"

"Yang jemput Jeni."

"Ya bapaknya ya lah!"
"Sajadi supirnya,"
"Ribet amat ngurusin orang lain."

"Lalo pacarnya?"

"Ah udahlah gue cabut duluan."

ttiinn

Klakson Jeno jadi pertanda kalo Jeno udah bener-bener ninggalin dua temennya dan juga sekolah ini buat balik ke rumah.

Di perjalanan, pas lagi lampu merah, Jeno baru sadar kalo posisinya bersebelahan sama mobil yang Jeni tumpangin tadi. Kepengen noleh sih, tapi harus jaga image.

Sekitar 2 menitan, lampu hijau terlihat.

ttiiinnn

tttiinnn

Jeno kembali menekan klaksonnya.

Lalu motor gagah itu mendahului mobil sedan hitam itu tanpa tau orang yang di dalam sana lagi bertanya-tanya kenapa orang di atas motor itu selalu ngebunyiin klaksonnya kek orang yang baru kebeli motor baru.

Seguir leyendo

También te gustarán

62.9K 5.7K 48
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
174K 14.8K 26
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...
325K 26.9K 38
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
473K 47.2K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...