Rusuh ✕ ljn ✔

By somineral

36.4K 6.2K 2.5K

[DISCONTINUED] ya lo bayangin aja sih, gimana jadinya kalo cowok alim ketemu sama cewek berandal yang hobinya... More

prolog
[0] kenalan
[1] anak baru
[2] sokap
[3] id line
[4] facebook vs line
[5] nobar
[6] jeno flashback
[8] gara-gara flashdisk
lucknut
[9] dunianya jeni
[10] perempuan berkerudung putih
[11] rencana
[12] jeno pake line
[13] bukan ekspektasi
[14] girls time and surprise
[15] jadi lo suka sama gue?
[16] Jeno-Jeni
[17] kita menjauh aja, ya?
[18] alkohol dan surat panggilan
[19] emosi
[20] Goodbye, school
ask the readers!

[7] tugas pertama

1.3K 263 113
By somineral

Keesokan paginya, Jeno bener-bener jengkel bukan main sampe-sampe mukanya merah nahan amarah. Gimana enggak, baru masuk jam pelajaran pertama, udah dikasih dan dibagiin kelompok untuk bikin presentasi agama tentang qadha dan qadar.

Sebenernya bukan itu yang Jeno keselin. Ngerjain presentasi kayak gituan dia juga bisa kali tanpa bantuan orang lain. cuma, kelompoknya itu loh!

Sekelompok sama Seni!

Dimana-mana perasaan ada Jeni

"Yaudah langsung aja dah kita bagi-bagi tugas," kata Jaemin tembak lurus.

Satu kelompok ada 5 orang. Kebetulan yang ada di kelompoknya Jeno ada Jaemin, Renjun, Angel dan juga Jeni. Kalo bisa dan kalo boleh, Jeno kepengen banget tuh nyoret namanya Jeni. Tapi, Jeno kan masih punya hati.

"Gue ambil bagian ngetik aja," balas Angel santai. Cewek itu melipat kedua tangannya di depan dada.

"Gue bagian beli peralatannya deh." Dan ini si Renjun. Tokek barang elektronik mah beda.

"Yaudah berarti gue sama Jeno kebagian nyari bahan presentasinya ya?" sambung Jaemin sambil ngelakuin high five ke Jeno---tapi ga ditanggepin.

"Terus gue?" Jeno muter bola matanya pas Jeni mulai nyeloteh. "Gue ga kebagian apa-apa ya? Oh bagus dong hahahaha." Dan Jeno makin geram.

"Asumsi aja, gimana? Hehehehe," usul Jaemin iseng. Lalu Angel mukul lengannya sebagai balesan.

"Boleh,"
"Tapi gue ga ngerjain ya hehehehe."

"Enak aja!" Jeno menggebrak meja.

"Jangan numpang nama doang!"
"Kalo ga mau bikin yaudah coret aja nama lo dari sini,"
"Gue juga ga butuh makan-makanan."
"gue cuma butuh nilai!"

Semua yang mengelilingi meja Jaemin langsung diem, saling lirik-lirikan dan menelan saliva masing-masing. Gebrakan Jeno yang cukup keras juga berhasil bikin penghuni kelas noleh ke arah meja mereka, termasuk ibu Ani--guru agama mereka.

"Maaf Bu, tadi ada nyamuk," alibi Jeno pas di plototin oleh Bu Ani.

Lalu Jeno ngatur moodnya lagi. sedang yang dimarahin cuma masang tampak 'anjing' yang bener-bener minta dibacok. Edan, Jeni kayak ga ada dosa sama sekali.

"Yaudah lo bagian yang ngejelasin presentasinya aja," Akhirnya Jeno ngasih usul, walau dengan suara parau karena kesel.

Jeni melotot. "Yang bener aja lo setan!"

"Kenapa? Ga mau?" Dan mereka jadi main plotot-plototan.

"Ya enggak lah,"
"Gue mana ngerti apapun soal aga--"

Mendadak Jeni mengulum bibirnya ke dalam karena dapet tatapan intimidasi dari temen satu kelompoknya.

"Yauda iya gue mau!"
"Tapi ajarin dikit-dikit lah, gue pan kagak paham."

"Jaemin bersedia kok ngajarin lo," tukas Jeno tajem.

Jeno sensian banget si :(

"Lah, kenapa gue?"

"Karena gue ga mau ngajarin dia."

Jeni melirik jaemin. "Yaudah liat aja nanti."

Tanpa disuruh, Jeno udah nulis beberapa rangkuman di buku catatannya, tanpa peduli dan merhatiin sekitar. Jeni yang duduk persis di depannya cuma bisa ngeliatin datar.

Dari semalem, Jeno kayaknya lagi PMS. Sensian mulu. Meledak-ledak kayak mercon.




























Setelah berembug bentaran, akhirnya mereka sepakat buat ngerjain tugas di rumahnya Jaemin. Selain ada WiFi kenceng, emaknya juga baik, suka bikinin makanan. Itu idenya Renjun. awalnya mau ngerjain di Alfamart depan sekolah aja tapi kalo dipikir-pikir, Alfamart cuma menang di free WiFi doang. Gak kayak rumah Jaemin ya kan.

"Ngel, nih ketik."
"Kalo bisa yang ini hurufnya di bold aja soalnya itu pokok persoalannya," interuksi Jeno, nyerahin catatannya ke Angel.

"Siap bosque!"

"Nah elo," kata Jeno teruntuk Jeni.

"Apa?"

"Lo paham kan arti qadha dan qadar?"
"Contohnnya, dalil naqlinya, hadistnya—

"$-#-;$-$'/#+_¢_¢_'={£??????"

—terus perbedannya."
"Paham kan?"

Jeni bengong. Natap catatannya Jeno dengan tatapan kosong.

"Kenapa diem?!"

Jeni tersentak. "Iya gue tau!"
"Sans aja bisa kali."

"Selagi nunggu Angel ngetik, lo baca-baca lagi dah tuh buku agama,"
"Kalo ga paham tanyain."

"Lagak lo udah kek guru anjir." Jeni malah nyinyir.

Jeno melotot. "Lo bilang apa?"

"Gue bilang lo ganteng."

Mata Jeno melotot 3 kali lipat. "Muji atau ngehina?"

"Lo berdua kenapa sih ribut melulu?!" Sebelum jeni ngebales, Jaemin udah nyela dengan nada bicara yang sedikit ngebentak.

"Ajarinnya santuy aja bos,"
"Jeni juga anak baru,"
"Impression lo nanti buruk lho dimata Jeni."

Denger begituan, Jeno malah ketawa kecil. "Jaem, gue permisi ke toilet ya."

Jeno beranjak dari kursi. Lalu berjalan ke sudut ujung rumah Jaemin untuk buang hajat, sesuai sama apa yang dia omongin tadi.

"Itu anak kenapa ya sama gue?"
"Kek benci banget gitu," gumam Jeni sambil buat sketsa gambar babi.

"Dari semalem pas di mall,"
"Dia malah marah-marahin gue."
"Ehh tau-tau gue ditinggalin,"
"Hahahahaha."

Krik.

Krik.

Ga ada yang mau nanggepin Jeni.

"Dia pulbar sama pacarnya tuh,"
"Siapa namanya... ra... apa si ada ra ra ra ra nya gitu,"
"Najis banget hahahahha."

"Maksud lo Rasya?!"

"Nah eta!"
"rasya!"
"Pake nama panggilan gitu dih elah kek ngehina gue banget mereka mah."

"Emang kenapa ya?"
"Rasya juga temen gue."
"Setau gue semalem mereka ke gramed buat nemenin cahya beli sketchbook."
"Gue yakin Rasya ga sendirian lagi." Angel angkat bicara.

"Iya sama dua temen lainnya."

"Semalem kalian kemana emang?"
"Gafatar?"

Bau-baunya, Jaemin mau ngejelasin nih.

"Jadi gini,"
"Kemaren Mark ngajak nobar di PIM,"
"Eh ga sengaja ketemu sama Jeni,"
"Yaudah jadi gitu."

"Terus?"

"Ga tau la--"

"Jeno ngelabrak gue."
"Ehh akhirnya gue ketemu sama pacarnya," jawab Jeni antusias. Tapi itu lebih terarah ke nyinyir.

"Pacar siapa? Gue?" Sialnya, Jeno udah keluar dari toilet.

"Rasya?" tanya Jeno ke Jeni.

"Iya kan?" Jeni malah balik nanya.

"Jen, kalo ada Rasya, berarti ada Sherina juga dong?" Renjun akhirnya ngomong. Mukanya cemas. Pucet. Udah kayak mau teler selamanya.

"Iya."

"Ara?" ini jaemin yang nanya.

"Gada Ara,"
"Rasya, Sherina sama Cahya doang."

"Oh hamdalah gusti!"

"Gahaha gue masih gagal paham sumpah," kekeh Angel di sela aktivitasnya.

"Ga usah dipikirin, Ngel."

"Kok bisa ketemu?" tanya Renjun penasaran.

"Mereka yang nyamperin gue,"
"Lo berenam kemaren kemana dah? Perasaan juga pada ngintil di depan bareng gue."

"Mark ngajak caw duluan,"
"Sialan emang si jigongnya panda."

"Kalo tau ada Sherina gue ga bakal caw duluan kali."

"Sherina cewek yang hyper itu bukan si?" Jeni mulai nyeloteh.

"Mmppffttt," Jaemin nahan tawa.

"Nanya apa sih lo gadanta amat," Renjun protes.

"Oh lo cem-cemannya? Pantes aja hehehehe."

Pusing, Jeno narik catatan yang ada di Jeni tanpa izin. Terus, Jeno rasanya kepengen banget ngutuk Jeni sama persis sama apa yang udah dia coret-coret di lembaran kertas itu.

"mAKSUD LO APA YA GAMBAR BABI DISINI?"
"INI CATATAN AGAMA BODOH!"
"ADA TULISAN QURANNYA!"

Jeni kaget bukan main pas Jeno ngebentak dirinya tanpa aba-aba terlebih dahulu.

Mau nyari alesan apa ni? -Jeni

"Babi kan lucu,"
"Lucu itu elo hehehehe."

Bukan perkiraan Jeni kalo orang yang ada sketsa babi di kertasnya itu malah semakin marah dan ngambil tasnya buat langsung cabut dan ninggalin tugas beserta rumah Jaemin ini.

"Ehh jeno!"
"Jen! Lo kemana anjir?!"

"Bodo amat gue mau balik!"
"Mamam itu babi!"

Jeni menelan salivanya gusar. Serem.





























Perasaan baru kemaren belajar agama, eh sekarang udah ketemu lagi sama pelajaran itu. Semua kelompok udah berkumpul sama anggota lainnya, membentuk lingkaran kecil dari meja yang digabung jadi satu.

Proyektor udah siap di depan kelas. Masing-masing ketua ngambil kertas yang berisi nomor giliran kelompok mereka mempresentasikan hasil kerja mereka ke depan.

"wOYYYY KITA NOMOR 1 WOYYY!!!" Haechan, yang teriak histeris karena dapet giliran nomor 1.

Jeno cuma geleng-geleng kepala aja pas tau dia maju bersamaan sama Haechan.

Haechan jadi ketua kelompok? Sulit dipercaya. Karena di dalem kelompoknya juga ada Jean dan Mega yang udah pasti punya IQ yang lebih tinggi dari Haechan.

Suatu kegoblogan.

Tau-tau jeno balik ke meja kelompoknya dengan ngebawa nomor '7', angka terakhir-karena disini cuma sampe kelompok 7.

"Gapapa,"
"Angka 7 bagus kali hehehehe," kata Angel menanggapi.

Presentasi akhirnya bener-bener dimulai. Semua nahan tawa pas Haechan mulai ngoceh dan bawa kopelan kecil di tangannya buat jaga-jaga siapa tau lupa.

"Nah jadi teman-teman, qadha dan qadar itu ialah rukun islam yang terakhir,"
"Jadi kita harus memercayainya!"

"Emang kita temen lo?"

Celetukan dari Mark sukses bikin Haechan di depan sana jadi down seketika. Semua ketawa, nganggep itu sebagai guyonan.

"Nah teman, itu contoh orang yang tidak tahu apa itu qadha dan qadar,"
"Jangan ditiru, ga baik."

"hAH? LO SENDIRI NGERTI GA SIH APA YANG LO JELASIN DI DEPAN SANA?"

Skakmat! Haechan baper. Haechan kitati. Haechan ngambek. Dia ngasih alih tugasnya ke Mega, dan presentasi kelompok Haechan berjalan lancar, ga kayak sebelumnya.

Sekian lama nunggu, akhirnya kelompok Jeno maju.

Wah, aura anak Kyai terkenal emang beda sob. Apalagi di dukung sama 2 anggota Gafatar lainnya.

Jeno memperkenalkan kelompok mereka.

Karena beberapa hari kemaren Jeno sempet kesel, secara mendadak dia bilang, "Gue aja yang ngejelasin ke depan," Seolah-olah omongannya nyindir Jeni dan kepengen gantiin posisi itu cewek.

Jeni mah fine-fine aja. Dia malah berterima kasih. Ga kebagian apapun. Ena.

Pas flashdisk bentuk burung hantu itu udah di colokin di portnya, lagi asik-asik pamer senyum, tiba-tiba lengan Jeno disenggol sama Renjun yang juga lagi nyiapin keperluan kelompok mereka.

Jeno noleh dengan isyarat 'kenapa?'.

Ternyata, flashdisk burung hantu itu virusan! Jeno panik. virusnya terdeteksi banyak banget. Karena panik juga lah, Jeno menekan 'clear', tanpa harus di scan terlebih dahulu.

Karena kabel proyektor sudah di pasang, alhasil semua penghuni kelas bisa ngeliat dong ke arah papan tulis. Mereka malah serempak bilang,

"Nah loh virusan."

"Eh Jeno kenapa lo clear anjer?!"

"Lah mampus ilang semua itu file."

Dan itu malah bikin Jeno semakin panik.

Jaemin nyaranin buat ngecek folder dulu. Siapa tau masih kesisa. Kan bisa juga flasdisknya cuma ga kebaca doang oleh PC ini, bukan virusan.

Tapi pas di cek.....

Hilang semua.

Ga ada sama sekali file yang kesisa.

Jeno speechless. Udah kelompok terakhir, nunggu lama, pas mau maju, flashdisknya virusan dan malah ga jadi dapet nilai.

Rasanya kepengen gantung diri.













































fyi gue tu paling takut banget ngadepin fd virusan lebih dr gue ngerjain tugas emteka jadiiiii....... sekiranya gitu aja kali ya tentang this n that abt fd wkwkwkwk ya allah ku kudet sekali huhuhuhu TT

Continue Reading

You'll Also Like

97.8K 16.7K 25
Kecelakaan pesawat membuat Jennie dan Lisa harus bertahan hidup di hutan antah berantah dengan segala keterbatasan yang ada, keduanya berpikir, merek...
169K 14.4K 26
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...
48.7K 7.6K 44
Rahasia dibalik semuanya
616K 61.2K 48
Bekerja di tempat yang sama dengan keluarga biasanya sangat tidak nayaman Itulah yang terjadi pada haechan, dia menjadi idol bersama ayahnya Idol lif...