Pangeran Kelas

By henputra

13.5M 340K 15K

#1 in Teen Fiction [09-05-2017] Berjuta cerita cinta terukir di dalam dunia. Akan ada setiap harinya tetesan... More

PANGERAN KELAS
SATU: GAGA
DUA: ASHILA
TIGA: ANTARA GAGA DAN ASHILA
EMPAT: GAGA ON THE RACE
LIMA: GAGA MINTA MAAF
ENAM: THE FLASH AND DANGER
TUJUH: LAGU UNTUK ASHILA
DELAPAN: PERLINDUNGAN GAGA
SEMBILAN: ALEX
SEBELAS: MOMMY ASHILA
DUA BELAS: UNGKAPAN RASA GAGA
TIGA BELAS: SQUISHY UNTUK RAFA
EMPAT BELAS: GAGA UNTUK ASHILA
LIMA BELAS: GEMASNYA GAGA DAN ASHILA
ENAM BELAS: STATUS BARU GAGA DAN ASHILA
TUJUH BELAS: KEKECEWAAN ASHILA
DELAPAN BELAS: KEDATANGAN NICO
SEMBILAN BELAS: NICO MASIH SAYANG

SEPULUH: KEBAHAGIAAN GAGA

194K 14.1K 430
By henputra

HALO, APA KABAR?

SELAMAT MEMBACA YA AYANG 😍

KOMENTAR SETIAP PARAGRAF YA 😘

ABSEN DULU SEBELUM MEMBACA 👋

***

Di taman sekolah, Gaga menemukan seseorang yang sedari tadi dia cari. Tempat ini sangat sejuk karena pohon-pohon yang ditanam di sekeliling lingkungan ini sangat rindang. Sejenak Gaga memperhatikan Ashila yang duduk di kursi, mata perempuan itu melihat langit, memperhatikan burung-burung kecil yang sedang berterbangan.

Gaga menekuri es krim di tangannya. Entah apa yang membuatnya hingga pergi ke tempat ini. Dia tidak tahu. Gaga hanya mengetahui jika sekarang dirinya ingin menghampiri perempuan itu.

"Ashila." panggil Gaga.

Ashila mengerang kesal. "Lo mau ngapain sih ke sini? Mau gangguin gue?"

Tanpa persetujan dari Ashila, cowok berjaket jins itu menghempaskan tubuhnya di kursi. "Siapa juga yang mau gangguin lo. Gue mau duduk di samping lo kali!"

Ashila memandang Gaga. "Gue lagi mau sendirian!" Suaranya terdengar seperti memohon.

Gaga tidak menyerah begitu saja. "Gue gak suka diusir."

"Mau lo apa sih, Ga?" Perempuan itu bangkit dari posisi duduknya.

Gaga mencoba tersenyum. "Gue mau lo makan es krim berdua sama gue."

Ashila sama sekali tidak menginginkannya. "Gue gak mau!" Perempuan itu melangkahkan kaki menjauh dari tempat yang sedari tadi membuatnya tenang. Sebelum Gaga datang menyerang.

"Shil..." lirih Gaga, menghentikan langkah kaki perempuan itu.

Gaga sekarang berdiri tepat di samping Ashila lalu berkata pelan. "Gue aja yang pergi dari sini!"

"Gitu kek dari tadi." kata Ashila lalu kembali duduk di kursi putih itu. Kedua mata perempuan itu menyipit melihat Gaga yang masih berdiri di hadapannya. "Ngapain lo masih di sini?"

Kekecewaan terlukis jelas di wajah cowok itu. Namun dia tidak beranjak pergi. Dia bukan dilahirkan sebagai pecundang. Gaga akan tetap terus berusaha. "Gue akan pergi kalau lo mau temenin gue makan es krim."

"Ga..." Ashila mencoba meredam kejengkelannya terhadap cowok itu.

Gaga terlihat lega saat dia kembali duduk tetapi perempuan di sampingnya terlihat menyerah menghadapi dirinya. Tangan cowok itu lantas membuka bungkus plastik es krim untuk Ashila. "Nih, untuk lo."

Perempuan itu menerima es krim dari tangan Gaga. "Buat apa sih ngikutin gue mulu" tanya Ashila sambil melihat kedua mata Gaga yang teduh.

Ashila selalu merasakan dadanya berdebar ketika Gaga melihat dirinya seperti sekarang. Tanpa kedip. "Hidup gue hampa kalau sedetik aja gak dengar suara lo yang kayak petasan itu." Gaga terkekeh.

"Enak aja lo kalau ngomong." Suara petasan yang Gaga katakan barusan keluar.

"Nah itu nyaring banget lo ngomong." Cowok itu terus menggoda Ashila.

Ashila, meskipun bukan kali pertama menatap sepasang mata indah itu, dia masih tidak berani menatapnya lama-lama. Ashila menekuri es krim seakan-akan makanan manis itu lebih menarik daripada wajah Gaga. Melihat es krim itu, Ashila langsung berniat jail. Ashila mendaratkan ujung es krim miliknya ke ujung hidung Gaga. Perempuan itu mencoba menahan tawanya ketika melihat ekspresi cowok di sampingnya. "Rasain tuh. Nyebelin sih lo."

Gaga meneguk ludahnya sendiri karena grogi. Melihat tawa perempuan itu membuatnya tidak dapat berkutik. Ada keinginan Gaga untuk membalas kejailan Ashila namun Gaga mengurungkan niat itu sejenak. Cowok itu justru memandang Ashila sungguh-sungguh.

Tiba-tiba saja Ashila tidak tahu bagaimana caranya menggerakkan tubuhnya sendiri. Dia terdiam terpaku. Gaga memberikan pandangan penuhnya pada dirinya. "Jangan bergerak." Gaga menjulurkan sebelah tangannya menyentuh sudut bibir Ashila. Cowok itu mengusap lembut bibir Ashila. Waktu seakan berhenti. Satu detik, dua detik, tiga detik.

Ashila tidak sadar dia telah menahan napas. Detak jantungnya terasa lebih kencang dari biasanya. "Apaan sih?" Ashila menunduk, menyembunyikan wajahnya yang berseri-seri. "Gue bisa kali bersihin sendiri." Ashila melakukan terapi pernapasan sejenak. Wajahnya entah kenapa terasa hangat dan memerah.

"Dasar bawel." kata Gaga berusaha terdengar santai, sedangkan Ashila masih terasa tegang.

Cowok itu dengan cepat menyodorkan es krimnya ke pipi Ashila, membalas keisengan perempuan itu. "Nih rasain. Bersihin sendiri. Hahaha."

Ketika Ashila hendak menjitak kepala Gaga karena kesal. Cowok itu dengan cepat berlari meninggalkan Ashila. Perempuan itu ikut berlari mengejar Gaga.

"Awas ya lo, Ga!" seru Ashila.

Gaga tidak ingat kapan terakhir kali dirinya berlari dengan tertawa seperti saat ini. Dia bahagia. Ralat, dia sangat bahagia. Dia merasakan ada yang berubah di kehidupannya. Dia merasakan ada suntikan semangat baru yang mengalir di dalam tubuhnya. Dan, Gaga tahu ini semua karena cinta. Gaga jatuh cinta.

***

"Ayo pulang sama-sama, Shil." ajak Kinta dan Rina saat berjalan keluar kelas.

"Ashila pulang bareng sama gue!"

Ashila tahu siapa yang bersuara itu. Gaga. Cowok bermata teduh itu berdiri di samping dirinya, menatap Kinta dan Rina yang masih berdiri di hadapan mereka. Tatapan mata Gaga menunjukkan sebuah kode. "Sudah kalian duluan aja!" Seolah mengerti arti kode tersebut, Kinta dan Rina mengangguk lalu meninggalkan Ashila.

"Ayo gue antarin lo pulang!"

Ashila merasakan Gaga menyentuh tangannya. Perempuan itu menoleh ke arah Gaga sambil menggelengkan kepala. "Gue bisa pulang sendiri!" ujarnya tanpa basa-basi lalu berjalan di koridor meninggalkan Gaga.

"Tungguin gue, Shil!"

Ashila mengerjapkan mata, tak mengerti. "Apa lagi?"

Ashila sedikit terkejut melihat aksi Gaga. "Ngapain lo berlutut?"

"Kalau lo jalan dengan tali sepatu ikatannya lepas begini, bisa jatuh." Gaga baru saja mengikatkan tali sepatu Ashila yang terlepas.

Ashila meremas kedua tali ranselnya agar tetap terlihat tenang. Dadanya berdebar-debar. "Makasih..." Perempuan itu cepat-cepat pergi meninggalkan Gaga. Perempuan itu tidak mau Gaga menangkap basah dirinya yang saat ini tidak bisa menahan diri untuk tersenyum dengan perlakuan manisnya tadi.

Langkah kakinya terus bergerak. Ashila sudah melewati pintu gerbang sekolahnya. Sambil berjalan menuju halte di dekat sekolah, Ashila terus saja kepikiran sikap Gaga padanya. Cowok itu egois tetapi terkadang baik juga dengan dirinya. Ashila tidak mengerti apa yang dia rasakan. Dia hanya ingin tersenyum saja sekarang.

"Daripada lo nunggu angkot kelamaan mending ikut gue."

Seorang cowok dengan motor besarnya yang berwana hitam mengilat menghampiri Ashila, membuat perempuan itu menggeleng. Cowok itu tidak pernah menyerah. Ashila mengembuskan napas. Berusaha tidak memedulikan Gaga yang sekarang membujuknya.

Wajah Gaga seperti baru saja mengingat sesuatu. "Tadi pagi gue sempat lihat berita kalau hari ini angkot lagi demo."

Ashila menatapnya kesal. "Ngaco lo. Jangan ngarang cerita deh."

"Ya sudah kalau lo gak percaya. Kalau lo kelamaan mikir, gue cabut duluan nih." Suara Gaga yang terlalu meyakinkan di telinga Ashila membuat perempuan itu mau tidak mau harus percaya.

"Eh... tunggu!" Ashila melangkah berdiri di samping Gaga. "Nyebelin banget ya lo."

Gaga memainkan kedua alisnya. "Tapi bikin kangen, kan?"

Ashila duduk menyamping di atas motor Gaga. Perempuan itu sempat mengeluh dalam hati karena motor ini terlalu tinggi. "Sudah jalan..." Perempuan itu menepuk bahu Gaga beberapa kali.

Gaga memberikan info maha penting pada Ashila. "Gue gak bisa jalankan ini motor kalau lo gak pegangan."

Ashila mendesis. "Niat antarin pulang apa enggak sih?"

Cowok idola sekolah itu tersenyum jail karena ingin mengerjai Ashila. Gaga tiba-tiba mengagetkan Ashila dengan motor yang dilajukannya tanpa aba-aba.

"Gaga..." seru Ashila terkejut.

"Kan sudah gue suruh pegangan!" Cowok itu berusaha menahan tawanya.

Ashila memutar kedua bola matanya. Dia menyerah. Pelan-pelan Ashila memegang bahu Gaga. Detik pertama langsung membuat Ashila tidak bisa menahan diri agar tidak tersenyum.

"Sudah siap?"

Ashila sekarang hanya bisa berdeham untuk menjawab pertanyaan Gaga.

Siang itu, di boncengan belakang motor, Ashila masih terus tersenyum tipis. Cowok itu mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Dan saat itu Ashila mulai merasa nyaman di dekat Gaga. Cowok yang membuatnya menangis di hari pertama masuk sekolah SMA Nusa Bangsa.

Sepanjang perjalanan pulang, Gaga melewati beberapa tanjakan, putaran, tikungan dan lurusan. Ashila yang duduk di boncengan belakang tidak mengeluarkan suara kecuali sesekali saat Gaga melaju kencang untuk menyalip sebuah mobil.

Harusnya Ashila curiga jika Gaga tidak mengantarkannya langsung pulang saat ini. Tentu saja ini bukan jalan menuju rumahnya, Gaga sekarang justru berhenti di depan sebuah kafe.

"Kita ngapain ke sini?" Ashila bertanya atau lebih tepatnya memprotes Gaga saat dia baru saja turun dari motor.

Gaga mengantongi kunci motornya lalu menjawab santai. "Ikut gue nongkrong sebentar."

Kening Ashila berkerut sangat dalam. Cowok di hadapannya itu selalu bertingkah semaunya. "Lo gila ya? Gue mau pulang!"

"Bentar doang kok. Lagi pula lo pasti senang kan, bisa makan bareng gue." gerutu Gaga dengan seulas senyum.

Ashila terkejut. Cepat sekali Gaga mengambil kesimpulan yang aneh itu. Perempuan itu berjalan mendekati Gaga yang sudah berdiri tepat di depan pintu kafe. "Amit-amit... cepat antarin gue pulang!"

Gaga mengulas senyum mengerti. "Lo tenang aja... gue yang traktir." ucap Gaga seolah dirinya seorang detektif yang baru saja memecahkan teka-teki tersulit.

Ashila menggeleng lemah. "Bisa nggak sih izin dulu sama gue?"

"Gue sudah pernah ngasih tahu lo, gak semua orang bisa nurutin kemauan lo." sembur Ashila. Dia tidak terima karena dirinya tidak diminta persetujuan terlebih dahulu.

"Oke... kalau lo gak suka, gue minta maaf." nada Gaga melunak. "Lagi pula kita sudah ada di depan kafe."

"Tinggal masuk aja." Gaga terus membujuk Ashila yang sekarang seperti tidak peduli dengan apa pun yang dia katakan.

Ashila tetap pada pendiriannya. "Gue maunya pulang, Ga!"

"Kita pulang setelah makan." Gaga membuat kesepakatan.

Wajah perempuan itu berusaha tidak peduli. "Gue gak lapar."

"Cepat antarin gue pulang!" Ashila sungguh kesal.

Bukan Gaga namanya jika langsung pantang semangat. "Ayo cepat masuk!" Gaga masuk ke dalam kafe, meninggalkan Ashila yang sekarang menatapnya dongkol.

"Ehh..." Ashila pada akhirnya membuntuti Gaga masuk. Saat itu, Ashila harusnya menarik lengan Gaga. Dia seharusnya mengeluarkan sumpah serapahnya. Namun, Ashila justru mengalah. Hati Ashila terus berdesir. Mungkin kata cowok itu benar, Ashila senang bisa makan bersamanya. Sial.

***

JANGAN LUPA FOLLOW AKUN WATTPAD AKU YA. BIAR JADI AYANG AKU 🥰

JANGAN LUPA SHARE CERITA INI BIAR BAPER BERJAMAAH!

TERTANDA, HENDRA PUTRA ❤️

Continue Reading

You'll Also Like

981K 51.7K 40
Bagaimana jika kalian sudah dijodohkan dengan seorang mafia? Tidak tidak, bukan cowonya yang seorang mafia, tapi cewenya. Tidak selesai sampai di si...
SENIOR By K.O.H

Teen Fiction

21.2M 349K 35
[SUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU TERDEKAT] Berawal dari rasa penasarannya pada Nakula, ketua MOS yang gantengnya membelah tujuh benua. Aluna, mulai menca...
8.8M 58.5K 9
#1 In Teen Fiction (22/01/2017) "Kenapa ya dari sekian banyak cewek di sekolah kita, harus banget yang gue tabrak itu si siapa tuh namanya?" Kavi mem...
9.5M 336K 46
[CERITA INI SUDAH DITERBITKAN] Dia, seperti Caramel Macchiato. Dibalik tawanya, dia sedih. Dibalik keceriaannya, ia menyimpan luka. Semua orang hanya...