Begin Again

By coffeemetation

904K 52.6K 11.9K

Orang sering bilang bahwa pernikahan akan bertahan lama karena didasari rasa cinta. Lalu bagaimana dengan mer... More

i
ii
iii
iv
vi
vii
viii
ix
x
xi
xii
xiii
xiv
xv
xvi
xvii
xviii
xix
xx
xxi
xxii
xxiii
xxiv
xxv
xxvi
xxvii
xxviii
xxix
xxx

v

25.8K 1.7K 484
By coffeemetation

Pagi ini masih sama seperti pagi kemarin, masih ada Terumi di rumah Sasuke dan Sakura. Masih sama pula seperti kemarin Terumi keluar dari kamar setelah Sasuke dan Sakura rapi duduk di meja makan, bedanya pagi ini Terumi tidak keluar dengan kaos lusuh Sasuke tapi keluar dengan jubah tidurnya yang sukses sekali menunjukkan lekuk tubuh Terumi.

Sakura risih sekali melihat Terumi dan Sasuke sudah bermesraan pagi-pagi di meja makan pula! Tidak malu sama sekali dengan Nenek Chiyo atau Ayame yang mondar-mandir mengeluarkan menu sarapan pagi.

Sakura tak habis pikir kemana urat malu dua manusia ini, sama sekali tidak sungkan bermesraan seperti hewan di hadapan manusia lain.

"Nanti malam aku pergi ke butik Temari, mencari baju untuk acara besok," ujar Sakura pada Sasuke yang sibuk sendiri dengan Terumi.

"Hn," jawab Sasuke.

"Aku berangkat." Sakura mengangkat dirinya dari kursi dan melenggang keluar dari ruang makan tapi sebelum itu langkahnya berhenti saat Sasuke menyerukan namanya.

Sakura segera berbalik dan menghampiri Sasuke yang telah berdiri dari kursinya. "Apa?"

"Pakai ini saja." Sasuke mengeluarkan kartu kreditnya dari dompet dan menyerahkannya pada Sakura.

"A-apa? Sayang itu untuk apa?" Terumi menjerit panik melihat Sasuke menyerahkan benda itu kepada Sakura.

"Membeli gaun untuk acara yang akan kita hadiri besok," jawab Sasuke tanpa basa-basi.

Rahang Terumi menganga mendengar jawaban Sasuke. "T-tapi kenapa? Dia kan bekerja, punya uang sendiri."

"Sudahlah biarkan saja—"

"Tidak! Jika kau membelikannya gaun, kau juga harus membelikan gaun untukku." Dengan cepat Terumi memotong ucapan Sasuke. "Nanti malam kau harus membawaku juga untuk beli gaun! Kau harus adil terhadap aku!"

Sasuke mendesah lelah, tak mampu menjawab lebih lagi akhirnya dia hanya mengangguk. Laki-laki itu berpaling pada Sakura. "Nanti malam kita bertiga pergi belanja gaun."

Ha? Aku tidak salah dengar kan? Batin Sakura terkejut.

"Bertiga?"

"Iya Sakura!!" Pekik Terumi girang.

Sial, bisa-bisa jadi pembantu mereka aku kalau pergi bertiga!

Tak mau lagi berlama-lama di depan dua manusia alay itu, Sakura segera melanjutkan langkahnya untuk pergi ke sekolah.

***

"Jadi beberapa murid sudah tahu suamimu ya?" Tanya Sasori yang duduk di depan Sakura. Saat ini mereka tengah makan siang bersama di kantin guru.

"Hm. Sepertinya begitu, kemarin dia menemaniku menunggu satu anak yang belum dijemput," jawab Sakura dengan menganggukkan kepalanya.

"Oh ya? Wah suami yang setia," goda Sasori pada Sakura.

Sakura memutar bola matanya malas. Selalu saja Sasori ini menggodanya dengan kata-kata tak perlu. "Setia? Tai ayam itu setia. Kau tahu, dua pagi ini aku muak sekali melihat Sasuke bermesraan dengan pacarnya! Sungguh menyebalkan bukan?"

Tawa Sasori pun meledak. "Kau cemburu?"

"Ha? Yang benar saja, aku cemburu? Sampai Kakashi-sensei ubannya hilang pun aku tidak akan cemburu padanya," jawab Sakura dengan sedikit menggebrak meja.

Sasori tertawa lagi. "Ya barang kali saja kau cemburu begitu pada Sasuke dan pacarnya?"

"Tidak sama sekali! Kau tahu Sasori, malam ini kami akan pergi bertiga ke butik untuk membeli gaun karena besok aku dan Sasuke harus menghadiri undangan pernikahan kolega Ayah mertuaku. Si Terumi itu sama sekali tak ingin ketinggalan!! Menyebalkan bukan?" Ucap Sakura dengan kobaran api tak kasat mata di atas kepalanya.

Sasori menghentikan tawanya tapi tidak menghilangkan senyumnya, sejujurnya dia kasihan pada Sakura karena harus menjalani kehidupan yang seperti ini. Dia tak habis pikir kenapa begitu mudahnya Sasuke mempermainkan pernikahan mereka.

Hey, ini rumah tangga bukan papan ular tangga yang bisa seenak jidatnya dipermainkan.

"Bayangkan bagaimana nanti aku jadi pembantu mereka berdua! Berjalan di belakang mereka yang asik bergandengan tangan dan bermesraan di muka umum. Eww menjijikkan!" Sakura bergidik menyambung kalimatnya.

Sasori terkekeh dan menepuk punggung tangan Sakura. "Kau tak berniat mengajakku? Barang kali dengan adanya aku kau tidak jadi pembantu tunggal mereka?"

"Benarkah??" Sakura hampir melompat tak percaya.

"Benar lah! Tapi bagaimana Sasuke? Apa dia mengizinkan aku ikut?" Tanya Sasori dengan wajah berpikir.

Sakura segera melompat kegirangan. "Boleh! Pasti boleh. Dia saja mengajak selingkuhannya boleh, kenapa aku tidak boleh mengajak selingkuhanku?"

"Aw menyakitkan sekali, jadi aku ini selingkuhan ya?" Sasori tertawa dengan gelengan kepala.

"Bukan! Kau bukan selingkuhan, kau tidak sejahat Terumi nenek tua itu." Sakura ini kadang lucu juga, sikapnya kadang masih seperti anak-anak, begitu polos dan lugu sekali, mungkin itu yang membuat Sasori jatuh hati?

"Sakura-sensei! Sasori-sensei!"

Sakura dan Sasori segera menoleh ke arah suara yang memanggil mereka.

"Halo." Sasori menyapa seorang anak yang tadi memanggilnya. Sasori segera membantu anak itu duduk di bangku kosong saat melihat bocah itu kesulitan untuk duduk di bangkunya.

"Kau tidak main dengan temanmu?" Tanya Sakura.

Anak itu menggeleng. "Aku main dengan Sakura-sensei dan Sasori-sensei saja ya. Aku tidak mau bermain dengan teman-temanku, mereka nakal."

"Kenapa?" Selidik Sasori dengan sabarnya menunggu anak itu bicara sekali pun bahasa dan kata-katanya acak-acakan.

Sakura tersenyum melihat Sasori begitu dekat dan begitu sabar menghadapi anak-anak, banyak juga guru laki-laki di sekolah ini, tapi yang Sakura tahu hanya Sasori yang bisa begitu sabar pada anak kecil.

Beruntungnya wanita yang jadi istri Sasori nanti karena suaminya begitu bisa menyikapi anak-anak.

"Ya sudah kalau begitu kau main saja dengan yang lain, jangan dengan yang nakal," jawab Sasori pada anak itu setelah anak itu selesai bicara.

"Aku mau dengan Sensei saja. Supaya mereka tidak menakaliku lagi."

Sasori tersenyum dan mengacak rambut anak itu gemas. "Boleh. Kau tidak membawa bekalmu?"

"Bawa. Tapi mereka menumpahkannya! Tadi Kakashi-sensei sudah memarahi mereka."

"Oh kalau begitu kau makan disini saja ya? Tunggu sebentar." Sasori segera keluar dari kursinya dan memesan makanan untuk anak itu.

Sakura paham, sikap Sasori ini bukan sekedar akting supaya dipandang gentleman oleh Sakura tapi memang begitulah Sasori. Bukan sekedar pencitraan, tapi benar-benar tindakannya sesuai dengan isi hatinya yang begitu tulus.

Awalnya Sakura hanya menganggap Sasori sebatas kakak lelakinya karena Sasori yang lebih tua darinya juga Sasori yang lebih mampu bersikap dewasa dibanding dia, membuat Sakura menemukan sosok kakak dalam diri Sasori, tapi setelah lama kenal dan menjadi teman dekat perasaan sayang antara kakak dengan adik itu berubah menjadi perasaan yang lebih intim dan dekat.

Sakura tak mau menyebut dia jatuh cinta pada Sasori, dia tidak mau mengklaim sesuatu yang belum dia yakini. Yang pasti Sakura nyaman dengan Sasori dan Sasori nyaman dengan Sakura, masalah status bukan sesuatu yang diharuskan bagi Sakura.

Dulu sebelum Sakura tahu bahwa dia dijodohkan dengan Sasuke, Sasori pernah bilang bahwa dia tidak mau pacaran maunya langsung menikah saja  jika memang keduanya sudah saling kenal dan saling sayang.

Karena kata Sasori, dia bukan tipe pria yang suka menggantung perasaan wanita dengan status pacaran, menurut Sasori cara memiliki dan mengingini wanita dengan benar adalah dengan menikahinya, memintanya secara resmi pada orang tuanya langsung. Sungguh perempuan mana yang tidak berbunga-bunga hatinya jika mendengar itu?

Tapi bunga di hati Sakura segera layu saat tahu dia dijodohkan dengan Sasuke.

Sasuke, pria amburadul yang berbeda sekali kelakuannya dengan Sasori. Laki-laki yang bahkan tidak berani menunjukkan pacar tuanya pada Fugaku dan Mikoto. Dan laki-laki bejat seperti itu yang malah jadi suami Sakura, padahal ada Sasori laki-laki bermasa depan jelas, berkelakuan benar, tanggung jawab dan setia pastinya, tapi orang tuanya malah ngeyel menjodohkan Sakura dengan Sasuke.

Sakura janji pada dirinya sendiri, jika dia punya anak nanti dia tak akan membuat nazar menjodohkan anaknya dengan anak temannya. Perjodohan terdengar konyol sekali, di zaman modern dimana para wanita bebas menentukan masa depannya, Sakura malah terjebak dalam perjodohan yang dibuat oleh Ayahnya di masa muda.

Menyebalkan.

Saat ini pun Sakura sadar bahwa kelakuannya salah kaprah karena dekat dengan lelaki lain sementara statusnya bersuami, tapi seolah tak peduli dosa Sakura tetap dekat dengan Sasori, menurut Sakura selama dia tidak "aneh-aneh" dengan Sasori dia tidak bisa dihitung berdosa pada suaminya.

Berbeda dengan suaminya yang sembarangan tidur dengan wanita lain, jika dikalkulasi mungkin Sasuke segera masuk neraka setelah mati karena durhaka pada istrinya sendiri.

"Kau tidak memesan lagi?" Sakura segera sadar dari lamunannya saat suara Sasori menyeruak ke dalam telinga.

"Ah tidak, aku sudah kenyang," balas Sakura tak lupa dengan senyuman.

Sasori pun balas tersenyum dan duduk di tempatnya lagi setelah menyodorkan makan siang untuk muridnya. "Makanlah."

"Wahh terima kasih ya Sasori-sensei. Lain kali gantian aku yang membelikan Sasori-sensei dan Sakura-sensei makanan!"

Sakura tersenyum dan mengangguki ucapan anak itu. Dia menunggui anak itu sampai selesai dengan makan siangnya.

"Hah, kenyang sekali Sensei. Terima kasih yaa." Sasori mengangguk menanggapi ucapan terima kasih anak itu. "Tapi aku masih ingin disini, bolehkah?"

"Boleh. Kenapa tidak?!"

"Yeyey! Sakura-sensei memang yang terbaik!"

Mereka terkikik dengan ucapan tulus anak itu.

"Sensei, Ryuu bilang suami Sensei keren ya?"

Wajah Sakura merah padam dengan pertanyaan anak itu.

"Iya, suami Sakura-sensei keren sekali."

"Wahh, Sasori-sensei sudah tahu?"

Sasori mengangguk, sementara Sakura melotot pada Sasori. "Ganteng ya?" Tanya Sasori pada anak itu.

"Iya ganteng. Tapi tenang saja Sasori-sensei jangan galau ya, aku masih setia menjadi SasoSaku shippers kok," jawab anak itu dengan cengiran lebar dan acungan kedua jempolnya.

Sasori terbahak mendengar celoteh anak ini. Bahkan usianya belum genap lima tapi dia sudah paham mengenai hubungan antara laki-laki dan perempuan dan apa itu shippers.

"Tapi di kelas banyak juga SasuSaku shippers-nya. Huuft aku jadi bingung Sensei," sambung anak itu dengan memegangi kepalanya bertingkah layaknya dia sedang sakit kepala.

Sakura gemas bukan main dengan anak itu, dia mengulurkan tangannya dan mencubit pipi gembul anak itu sampai anak itu mengaduh kesakitan.

"Tidak ada SasoSaku shippers atau SasuSaku shippers. Sudah lebih baik kau kembali ke kelas sebentar lagi masuk," ucap Sakura tegas dan anak itu segera melaksanakan perintah Sensei-nya.

Sakura geleng-geleng kepala melihat anak-anak sudah mulai membentuk kubu. Dia mengarahkan tatapannya pada Sasori yang masih tergelak. "Apa?" Tanyanya galak.

Sasori menutup mulutnya dengan tangan kemudian menggeleng. "Ayo kembali, sebentar lagi bel masuk."

Sakura dan Sasori segera bangkit dari kursi mereka dan melangkah meninggalkan kantin sekolah.

"Pasti di kelas nanti akan ada pertempuran antara SasuSaku shippers dengan SasoSaku shippers." Goda Sasori pada Sakura, dengan dia perintahkan kakinya untuk berlari supaya tidak terkena lemparan sepatu dari Sakura.

***

Sesuai yang sudah disepakati, Sasori turut menemani Sakura dalam acara belanja gaun di butik Temari. Pukul 7 malam Sasori sudah tiba di rumah Sakura, kebetulan Nenek Chiyo yang membukakan pintu sehingga Sasori terpaksa harus masuk ke dalam rumah Sakura dan Sasuke.

"Sasori, maaf membuatmu menunggu." Sakura muncul dari dalam kamarnya sudah rapi dengan setelan casualnya.

Sasori tersenyum dan mengatakan taka pa pada Sakura. Sasori sebenarnya menikmati duduk sendirian di ruang tamu Sakura, mengingat dia bisa melihat seluruh foto-foto cantik Sakura yang dipasang di dinding ruang tamu itu. Walaupun ada foto-foto Sakura disana Sasori tetap tak boleh melupakan foto-foto Sasuke juga yang selalu berdampingan dengan Sakura.

"Tunggu ya, aku panggil Sasuke dulu." Sakura menghilang lagi, Sasori bisa melihat Sakura mengetuk – lebih tepatnya menggedor – pintu kamar yang terletak paling depan diantara jejeran pintu kamar yang lain.

"Sasuke! Ayo cepaat!" Jeritan Sakura sampai terdengar menggema keseluruh sudut rumah.

Tidak lama muncullah sosok yang Sakura panggil bersama seorang wanita berpakaian seksi sekali. Sasori sampai setengah kaget melihat Sasuke keluar dari kamar bergandengan dengan wanita itu.

"Ayo!" Sakura kembali menghampiri Sasori dengan senyum girangnya. Sasori berdiri dan berjalan keluar dengan Sakura.

"Sakura,"panggil Sasori.

"Ya?"

"Itu pacarnya Sasuke?"

Sakura mendongak dan mengangguk. "He'em. Dia pacarnya."

Sasori menaikkan alisnya tanda tak percaya, lelaki itu menoleh ke belakang tepat kepada Sasuke dan Terumi yang berjalan menghampiri mereka di halaman. "Wow, kalau boleh jujur itu lebih dari sekedar seksi kalau menurutku."

"Kau ini! Sama saja dengan Sasuke, mata keranjang!" Amuk Sakura pada Sasori.

"Bukan begitu maksudnya, tapi itu benar-benar lebih dari sekedar seksi."

Sakura mengabaikan ocehan Sasori, dia memilih melangkah menuju mobil Sasori dari pada mendengar penilaian Sasori. Tapi diam-diam Sakura memang setuju dengan Sasori, baju Terumi memang luar biasa sekali.

"Sakura, kita satu mobil saja," ucapan Sasuke menghentikan langkah Sakura. Gadis itu menoleh pada Sasuke dan akhirnya mengangguk.

Melihat Sasuke dan Terumi yang sejak tadi bergandengan tangan seperti kembar gantet, Sakura dengan serampangan menarik pergelangan tangan Sasori dan membawanya menuju mobil Sasuke.

Sasuke bertugas jadi sopir malam ini, otomatis Sakura dan Sasori duduk di bangku penumpang dan Sasuke di bangku pengemudi bersama Terumi disebelahnya.

"Halo, aku Terumi pacar Sasuke. Kau pacar Sakura ya?" Terumi menoleh ke belakang dan mengulurkan tangannya pada Sasori.

Sasori dengan sifat ramahnya seperti biasa segera menyambut baik uluran tangan Terumi. "Aku Sasori, bukan aku rekan kerja Sakura."

"Oh begitu ya? Sayang sekali padahal kalian kelihatan cocok satu sama lain."

Iya cocok! Wajah kami seumuran, tidak seperti kau dengan Sasuke! Oceh Sakura dalam hati.

Sakura melongokkan kepalanya pada Sasuke dan membisikkan sesuatu di telinga suaminya itu. "Sasuke, kenapa kau selalu membawa babysitter-mu kemana pun kau pergi?"

Gadis itu segera tergelak hebat mendapati lirikan maut Sasuke yang ditujukan padanya. Perutnya sampai kaku karena tertawa. Terumi dan Sasori yang tak tahu apa-apa hanya mampu memandangi Sakura dan Sasuke dengan tatapan bingung.

***

"Temari!!" Sakura segera berlari dan melompat dalam pelukan Temari saat melihat teman baiknya tengah mengatur deretan baju keluaran terbarunya.

"Sakura! Ya Tuhan, aku merindukanmu kau tahu!"

"Jangan berlebihan, kita baru tidak bertemu tiga hari," jawab Sakura pada Temari setelah melepas pelukan mereka.

"Tiga hari bagaikan tiga tahun jika kita tidak berkumpul secara utuh." Balas Temari. Pandangan wanita itu jatuh pada sosok tiga manusia yang ada di belakang Sakura. "Kau membawa suamimu Sakura?"

Sakura segera mengangguk. "Temari, aku perlu gaun untuk acara besok malam. Aku dan Sasuke menghadiri pesta pernikahan kolega Ayah Fugaku, tolong bantu aku dan Sasuke memilih baju."

Istri dari pengacara kondang Shikamaru Nara itu segera mengangguk semangat dan menarik tangan Sakura juga Sasuke untuk ikut bersamanya. Tapi karena lengan Sasuke sejak tadi diapit selalu oleh lengan Terumi otomatis Terumi ikut tertarik bersama Sakura dan Sasuke. Sasori hanya mampu terkekeh heran dan mengekori manusia-manusia itu.

"Nah disini semuanya cocok untukmu. Apa dresscode-nya?" tanya Temari semangat.

"Hitam," jawab Sasuke dan Sakura bersamaan.

"Uuhhh kompak sekali pengantin baruuu." Temari mencubit pipi Sakura gemas dan mulai melepaskan tangannya dari lengan Sakura. Temari mengeluarkan beberapa gaun untuk dicoba oleh Sakura. "Kau bisa mencoba sendiri kan Sakura? Aku akan membantu Sasuke mengambil setelan untuknya."

Sakura mengangguk dan tak lupa mengucapkan terima kasih.

Temari, Sasuke dan Terumi hilang dari jangkauan Sasori dan Sakura. Sasori duduk di salah satu kursi dan memperhatikan Sakura bingung.

"Jujur aku tidak pandai memilih baju untuk acara formal," keluh Sakura pada Sasori.

Sasori menempuk puncak kepala Sakura dan tersenyum. "Bagaimana kalau aku bantu memilih untukmu?"

Wajah Sakura segera berbinar. "Apa kau bisa?"

"Sangat! Aku biasa diajak pergi ke butik oleh Ibuku. Jadi jangan meremehkanku."

"Kalau begitu tidak salah aku mengajakmu. Kau berguna juga rupanya." Keduanya terkekeh dengan ocehan Sakura.

Sakura mulai mencoba satu per satu gaun warna hitam sementara Sasori bertugas sebagai komentator bagi Sakura. Beberapa saat berlalu, Sasori bisa melihat Sasuke dan Terumi berpindah ke bagian gaun pesta keluaran terbaru, pikir Sasori mungkin Sasuke sudah selesai dengan urusan bajunya dan sekarang Sasuke sedang sibuk membelanjakan pacarnya gaun indah.

Berbeda dengan Sakura yang sudah lelah disuruh berganti empat gaun oleh Sasori. Yang sedang dicoba Sakura di dalam sana sekarang sudah gaun ke lima, dan Sakura sudah merengek pada Sasori jika gaun terakhir pilihan Sasori ini masih belum sesuai dimata Sasori maka Sakura akan memutuskan untuk mengenakan kaos dan celana jeans saja untuk acara besok.

Gaun yang beberapa kali di coba Sakura tadi sebenarnya sudah pas di tubuh Sakura, tapi menurut Sasori ada yang kelihatan terlalu terbuka, ada yang terlalu sederhana, ada yang terlalu pendek, pokoknya tidak sesuai semua dengan Sakura. Sasori berharap guan ke lima ini pas dan sempurna di tubuh Sakura.

"Sasori, bagaimana?"

Sejenak Sasori terpaku melihat Sakura keluar dari kamar ganti mengenakan gaun warna hitam panjang dengan lengan tiga perempat lengannya, gaun sederhana tapi luar biasa jika dipakai Sakura. Tanpa pikir panjang lagi Sasori mengangguk. "Cantik sekali."

Melihat tatapan yang diberikan Sasori untuknya wajah Sakura seketika merona, bagaimana tidak merona jika kau dipuja pria favoritmu?

"Hey Sakura, kau lama sekali. Bahkan aku dan Terumi sudah membeli banyak baju." Lamunan Sasori buyar saat suara Sasuke menyeruak membelah keheningan.

"Wow! Sakura kau cantik sekali." Terumi menghampiri Sakura dan mengamati Sakura dalam jarak dekat.

"Hehehe, Sasori yang memilihkan untukku," jawab Sakura apa adanya.

"Sepertinya kita perlu minta pendapat Sasuke, karena yang akan membawa Sakura kesana adalah Sasuke. Bagaimana Sasuke?" Tanya Sasori pada Sasuke yang terlihat tak peduli.

"Hn, ya sudah itu saja, jangan membuang waktu lagi," jawab Sasuke seolah tak perduli. Padahal diam-diam dalam hatinya dia setuju dengan ucapan Terumi yang mengatakan Sakura cantik.

Bersambung...

Continue Reading

You'll Also Like

12K 1.1K 26
''When good feelings blossom, they develop and become stronger'' ❗Bagi siapa pun yang baca ini mohon dengan sangat untuk tetap memberikan vote ya mes...
265K 20K 51
Kim So Eun memiliki kebencian yang begitu mendalam pada Kim Bum. Insiden tiga tahun lalu benar-benar membuat So Eun tidak bisa memaafkan pria itu. Na...
62.6K 5K 12
2018 : About This Feeling Di tahun terakhir Hinata sekolah, bukan merupakan hal yang begitu spesial untuknya. Dua tahun memendam rasa bukanlah hal y...
177K 8.7K 29
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...