EL MÍO ✔️ SUDAH TERBIT

By MelQueeeeeen

488K 23.3K 289

[CERITA DIHAPUS SEBAGIAN UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN] Judul Awal : You Are Mine DARK ROMANCE Ini tentang Wil... More

Prolog
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Delapan
Sembilan
Sebelas
Dua belas
Tiga belas
Enam belas
Delapan belas
Sembilan belas
Dua puluh satu
Dua puluh dua
Dua puluh empat
Dua puluh delapan
Dua puluh sembilan
Info & Promote
PENTING!
New Story
Open PO
PENGUMUMAN
El Mío ada di PlayStore!

Dua puluh

15.7K 746 0
By MelQueeeeeen

Sesuatu yang terasa menggelitik di sekitar leherku cukup mengusik tidurku dan membuatku mau tak mau mengerjapkan mata, menetralisir pandangan yang masih kabur.

Dahiku mengernyit melihat seorang wanita yang notabenenya adalah istriku sedang memperhatikanku sambil tersenyum manis.
Setelah kuperhatikan dengan jelas, ternyata sesuatu menggelitik tadi adalah tak lain dan tak bukan rambut pirang panjangnya yang tergerai bebas.

"Pagi sayang."
Dia masih menampilkan senyumannya lalu bergerak maju ingin memberikan ciuman selamat pagi di bibirku.

Namun dengan cepat aku menahannya dan menggelengkan kepalaku.

"Aku belum sikat gigi."

"Tak apa, mulutmu tetap wangi kok."
Dia mencoba memajukan wajahnya lagi dan tentu saja aku menolaknya.
Aku hanya ingin diberi ciuman selamat pagi oleh Aleah, bukan wanita ini.
Yah meskipun waktu upacara pernikahan berlangsung kami berciuman, namun perlu diketahui kami hanya menempelkan bibir kami, tak lebih.
Karena memang aku tak ingin memberinya akses untuk menjelajahi mulutku, tidak! Ini hanya boleh dilakukan oleh Aleah!

Seharusnya Aleah lah yang berada di atas ranjang bersamaku sekarang, bukan Theresia.

"Apa kau sudah lama memperhatikanku?"
Kini aku mencoba mengalihkan pembicaraan karena wajahnya sudah menunjukkan gelagat kekesalan.

Biarkan saja, aku tak peduli!

"Suamiku memang sangat tampan. Bahkan ketika sedang tidur."
Ucapnya, kini ekspresi wajahnya berubah menjadi berbinar bahagia.

Syukurlah, setidaknya dia tak merepotkanku.

"Kalau begitu aku akan bersiap ke kantor."
Balasku lalu beranjak dari ranjang namun tangannya segera menghentikan langkahku.

"Apa-apaan ini? Kita pengantin baru, tak ada yang akan ke kantor."

"Aku suamimu kan? Jika aku tak ke kantor lalu kau mau makan apa?"
Tanyaku membela diri, sebenarnya tanpa ke kantor pun uangku tak akan habis karena jumlahnya yang yahh bisa dibilang tak terhitung.
Ini hanya akal-akalanku saja untuk menjauh darinya, terbebas dari Theresia yang bagiku merepotkan.

"Tentu saja hartamu tak akan habis William, kau itu seorang CEO!"
Bentaknya tak mau kalah, kini dia memelukku erat.

"Lepaskan! Jangan mengaturku, aku ingin ke kantor!"
Ucapku lalu dengan langkah panjang aku masuk ke kamar mandi tanpa menggubris teriakan-teriakannya dari luar.

"Aleah maafkan aku."
Ujar Chandra sambil memegang tangan Aleah yang kini mengernyit bingung.

"Maaf kenapa?"

"Aku memaksamu menerimaku kemarin, dan... gara-gara kedekatan kita kau sampai dihukum oleh William."
Chandra tampak menundukkan kepalanya lalu melarikan genggaman tangannya pada Aleah.

"Tak apa, ini bukan salahmu kok. Tenang saja, oke?"
Ucap Aleah sambil tersenyum lalu mengangkat dagu pria itu.

Chandra membalas senyuman Aleah dan mengangguk.
Pria itu tadinya berpikir Aleah tak ingin menemuinya lagi, namun setelah sampai ke depan pintu rumah William ini, Aleah langsung muncul dan menyambutnya baik.

Tidak seperti kejadian kemarin, di mana kakak William-lah yang membukakan pintu dan mengusirnya.

"William hentikan ini! Kau tak boleh ke kantor, kita habiskan waktu berdua dulu, kita ini kan pengantin baru."
Ucap Theresia keras sembari menarik-narik tangan William, membuat Aleah dan Chandra yang berada di teras rumah mengalihkan pandangan mereka pada pasangan pengantin baru itu.

Sesampainya William di teras, langkahnya terhenti ketika melihat Aleah bersama Chandra.
Matanya menatap tajam pada pria di samping Aleah itu, sirat kebencian tercetak jelas di wajahnya.

"William jangan ke kantor, kumohon."
Mata Theresia terlihat berkaca-kaca membuat William langsung bergerak mengusap pipinya.

"Aku ke kantor sebentar saja, hm? Tak apa kan? Setelah itu kita menghabiskan waktu berdua, aku janji."
Ucap William yang tiba-tiba saja berubah lembut lalu mencium kening Theresia.

Aleah yang tepat berada di depan mereka hanya menundukkan kepalanya, sedangkan Chandra terlihat menaikkan sebelah alisnya penasaran dengan wanita yang diciumi William.

"Baiklah, hati-hati suamiku."
Balas Theresia riang sambil melambaikan tangannya pada William yang kini sudah masuk ke mobil mewahnya.

Sebelum melangkahkan kakinya masuk, Theresia melirik ke arah Aleah yang masih menunduk, seringai licik segera terpatri di wajahnya lalu bergerak cepat masuk ke dalam rumah.

"Siapa wanita itu?"
Tanya Chandra yang sudah sangat penasaran, kalau dirinya tidak salah dengar wanita tadi menyebut William dengan sebutan suami?

"Namanya Theresia, istri William."
Aleah mendongak berusaha tersenyum menatap Chandra.

"Apa-apaan?! Kapan mereka menikah?"

"Kemarin, kau memang tak diundang ya, ehm kau tau kan William tak begitu suka denganmu."

"Ya aku tak mempedulikan itu, tapi...bagaimana denganmu? Maksudku William sangat posesif menjadikan dirimu sebagai miliknya. Apa-apaan ini? Kenapa sekarang dia malah menikah dengan wanita lain? Bukankah dia sangat mencintaimu?"
Ujar Chandra yang membuat Aleah terkekeh.

"Bagaimana bisa kau berpikir seperti itu? Mana mungkin William mencintaiku Chandra..."

"Aku tidak sedang bercanda Aleah! William itu benar-benar mencintaimu, apa kau tak lihat bagaimana cemburunya dia melihat kita bersama?!"
Chandra memegang bahu Aleah berusaha membuat wanita itu sadar.
Meskipun dia sendiri sempat menyukai Aleah, namun dia cukup peka apa yang dilakukan William ke Aleah itu karena rasa cinta.

"Sudahlah hentikan! Aku...aku mau masuk."
Ucap Aleah serak
menahan tangisannya lalu masuk ke dalam rumah tanpa mempedulikan panggilan pria itu.

♥♥♥

"Theresia sayang, mama hari ini ingin pulang ke Belanda, pekerjaan Ayahmu sudah menunggu di sana. Kamu baik-baik ya dengan William, suamimu.
Sekarang mama sudah berada di Bandara, setengah jam lagi pesawatnya tiba."

"Iya ma, hati-hati. Aku akan pulang mungkin bersama dengan William nanti."

"Oke baiklah, cepatlah pulang sekalian bulan madu di sini. Oh ya, kamu jangan lupa juga kontrak pemotretanmu juga banyak di sini There."

"Iya ma, iya. Baiklah kalau begitu sudah ya ma."

"Oke, bye sayang."

Tut tut tut

Theresia segera mematikan panggilannya dengan Ibunya.
Wanita itu kemudian menghempaskan handphonenya di atas tempat tidur bersama dirinya.

Dia terlihat kesal dan terus mendesah berat, suaminya di saat seperti ini malah meninggalkannya ke kantor dan tak memperhatikan dirinya sebagai istri.

'William sialan! Aku butuh tubuhnya sekarang. Tapi sampai sekarang pun dia belum menyentuhku. Apa ini karena wanita sialan itu? Dasar wanita jalang! Jika William memang masih memikirkannya akan kusingkirkan dia secepatnya!'

Diana terus sibuk berpikir apa yang terjadi dengan CEO-nya ini.
Pasalnya, William masuk ke kantor dengan wajah yang tak bisa dikatakan baik, bahkan dia tak mengucapkan sepatah katapun, padahal sekretarisnya sedang berdiri menunggu tanda tangan dari sebuah berkas yang sedari tadi hanya dipandangi William, dan ia tak berniat memberikan tanda tangannya di berkas penting itu.

"Ehm, Pak William, Anda tidak harus datang ke kantor kok. Bukankah Anda pengantin baru? Jadi Anda bebas ingin ke kantor kapan saja, lagipula pertemuan dengan client masih dua minggu lagi. Saya akan hubungi Anda jika ada sesuatu mengenai client. Sekarang...bisakah tanda tangani berkas itu?"
Ucap Diana sembari tersenyum kikuk.
William menatap sekretarisnya itu dengan intens, membuat Diana harus menelan ludah, takut-takut perkataan yang dilontarkannya salah.

"Dengar Diana, bukan itu masalahnya."
Akhirnya William berucap singkat dan dengan secepat kilat langsung menandatangani berkas itu dan menyodorkannya pada sekretarisnya itu.

Diana menerima berkas tersebut dengan cepat dan langsung berjalan keluar dari ruangan William setelah sebelumnya mengucapkan terima kasih, sebenarnya dirinya ingin bertanya lebih lanjut tentang masalah William, namun dia urungkan niatnya mengingat William bisa memarahinya kapan saja.

◾♥

Nyonya Roseline melepas kacamata hitamnya sembari melangkah masuk ke dalam rumah yang tentu saja selama perjalanan disambut hormat oleh para maid.
Guratan senyum terus tercetak di wajahnya.

"Tan---maksudku Mama akhirnya mama pulang."
Theresia berlari menghampiri Ibu mertuanya dan langsung memeluk wanita itu.

"Mama aku ingin bicara sesuatu."
Ucap Theresia pelan lalu menggaet tangan Nyonya Roseline itu.

"Ada apa sayang?"

"Ini tentang William dan Aleah, ma."

"Oh ya, William di mana? Kenapa kalian tak menghabiskan waktu berdua? Kalian kan pengantin baru, heh?"

"Itulah masalahnya ma. William pergi ke kantor, dia tak bisa dilarang."
Nyonya Roseline memijit pelipisnya mendengar penuturan Theresia.

"Astaga anak itu, kenapa tak kau cegah? Ehm apa tadi malam kalian sudah melakukan 'malam pertama' kalian?"
Tanya Nyonya Roseline sembari menyenggol wanita yang kini jadi menantunya.

Theresia mengerucutkan bibirnya dan menggeleng cepat.
Membuat Nyonya Roseline membelalakkan matanya.

"Apa yang terjadi?! Apa kau sedang datang bulan?"

"Tidak ma. William tak mau melakukan itu, kurasa dia menolaknya karena masih memikirkan Aleah. Wanita itulah penyebab William tak memperhatikan dan mendengarkanku. Jika dia terus berada di sini, kemungkinan besar William-ku akan direbut olehnya ma."

"Tidak! Itu tak akan terjadi, mama akan melakukan sesuatu padanya kau tenang saja ya. Dengan begitu kau dan William bisa hidup tenang berdua."

"Baiklah ma, aku menyayangi mama."
Ucap Theresia dan memeluk Nyonya Roseline, seringai licik muncul di wajahnya.

'Sebentar lagi kau akan kusingkirkan Aleah.'

Continue Reading

You'll Also Like

2.6M 39.7K 51
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
337K 11.2K 16
Saat Aderaldo Cetta Early menginginkan sesuatu atau seseorang, tidak boleh ada yang menghalanginya. Baginya Naara Kiva memenuhi semua syarat yang ia...
160K 8K 40
(18+) Tidak perduli wanita itu suka atau tidak, Regan sudah mengklaimnya menjadi miliknya. Hatinya telah terpaut pada wanita cantik itu. Bagaimana pu...
37K 3.5K 33
Pernikahan tidak se-simple itu. Pernikahan bukan hanya tentang dirimu sendiri atau diriku sendiri. Pernikahan tidak se-egois itu, setiap orang yang m...