Yes, Daddy? [H.S]

By SyaDeeRa

1M 15.1K 1.1K

"Aku tak akan pernah bisa mengabulkan keinginanmu, Ally" "Kalau begitu, just fuck me please?" "I- i can't" "P... More

Prolog
1. First Sight
2. A Job
3. Walk Around
5. Someone (?)
6. Heartbreak? No!
7. Bad Habit
8. Apprehensive
9. Hospital
10. Lie
11. Kid(ding)
13. Dirty Mind
14. Lunch
15. Porn
17. Plan
23. Gone
Baca penting, eh apa engga?
22. Welcome Home
Hello

19. Little Sister

32.7K 507 47
By SyaDeeRa

Lusa aku sudah bisa keluar dari rumah sakit.

Begitulah pesan teks yang sampai di ponselku. Yah kau tahu itu dari siapa.
Sejak kejadian penis tergigit seminggu yang lalu itu, Harry dan aku makin dekat. Selama seminggu itu pula setiap hari aku berlatih menghisap penis Harry. Biar aku ahli, katanya.

Jadi lusa kau akan kembali ke rumahmu yang hampir rubuh itu?

Send.

Heh, kau jangan asal sebut begitu ya, walaupun rumah itu terlihat mengerikan, tapi itu rumahku sendiri. Dasar kau bocah, masih tinggal bersama orang tua saja bangga.

Yeah, Harry masihlah begitu, mudah tersulut amarahnya, aku kan cuma bercanda. Lagipula memang kenyataan rumahnya terlihat seperti akan rubuh. Kalau sudah begini pasti saja dia sebut-sebut kata bocah.

Iya iya, aku kan tak bermaksud seperti itu :(

Send.

"Ally!" Tiba-tiba suara Sarah memanggilku kencang.

"Apa?"

"Ada berita bagus!" Ucapnya girang.

"Berita apa sih?"

"Harry Al, Harry! Sebentar lagi ia sudah bisa keluar dari rumah sakit!" Jawabnya masih dengan girang.

Sementara aku yang sudah tau hanya manggut-manggut saja biar Sarah senang.

"Lho? Kau tidak senang, Al?" Tanyanya begitu sadar kalau wajahku biasa-biasa saja.

"Aku sudah tau" jawabku.

"Ish, ini itu aku yang terlalu ketinggalan berita atau kau yang terlalu cepat sih, perasaan setiap aku memberitahumu tentang Harry, kau pasti sudah tahu terlebih dahulu" ucapnya kesal.

Sementara aku hanya cengar cengir saja melihat wajah Sarah yang terlipat kusut itu.

"Memangnya kau tahu dari mana Al?"

"Harry"

"Apa?"

"Harry. Aku tahu dari Harry langsung" jawabku.

"Kok bisa? Bukannya kau jarang bertemu dia? Soalnya akhir-akhir ini kau jarang cerita apa-apa tentang Harry padaku"

"Hehe, sebenarnya Sar, selama hampir seminggu ini aku jarang bercerita tentang Harry karena, um, bagaimana ya aku menjelaskannya"

Sarah terlihat menunggu apa yang akan dikatakan olehku selanjutnya, terlihat sekali dari mimik wajahnya yang bengong-bengong melotot penasaran.

"Al, cepat katakan padaku ada apa antara kau dan Harry" ucap Sarah tajam karena terlalu lama sendiri, eh terlalu lama menunggu maksudnya.

"Tidak, aku akhir-akhir ini memang jarang bertemu Harry" bohongku.

"Lah terus tadi yang-"

"Pagi anak-anak" tiba-tiba terdengar suara guru yang masuk ke ruang kelas, menyelamatkanku dari pertanyaan Sarah tadi.

Sebenarnya Harry sudah mewanti-wanti agar jangan sampai ada yang tahu apa yang terjadi diantara kami berdua, termasuk pada keponakan sekaligus temanku yang satu ini. Bisa bahaya katanya. Aku sendiri tak mengerti bahaya dari mananya.
~~~~~

"Sar! Aku pulang duluan ya!" teriak Ally pada Sarah yang masih membereskan buku-bukunya dari meja sementara Ally sudah berada di depan pintu kelas hendak keluar dengan segera.

"Eh Al, eh tunggu aku!!" kata Sarah tapi Ally sudah terlanjur meluncur buru-buru ingin pulang. Well, sebenarnya ingin bertemu Harry.
Dengan segera ia naik ke dalam bus tujuan rumah sakit.

Ally mengeluarkan ponselnya dari dalam tas dan menekan kontak Harry. Pada dering kelima, Harry mengangkat teleponnya.

"Halo" suaranya terdengar menggoda sekali.

"Halo, Har" jawabnya.

"Kau kapan kemari?"

"Otw. Ini aku sedang di dalam bus, kau kangen ya?" ucap Ally sambil cengar-cengir walau dia tahu Harry tak bisa melihat ekspresi wajahnya sekarang.

"Enak saja, yang menelepon duluan kan kau" sanggahnya.

"Oh iya ya, hehe"

"Jadi ada apa meneleponku?"

"Kau betulan sudah bisa keluar dari rumah sakit besok?" Tanya Ally memastikan sekali lagi.

"Iya, aku sudah cukup sehat dan pulih"

"Baguslah, tapi nanti aku akan tetap mengunjungimu ke rumah, boleh ya boleh?"

"Tidak" ucap Harry sekata, sebenarnya dia mau mau saja kalau dikunjungi Ally, apalagi seminggu ini kan Ally sudah berlatih menghisap, jadi ya sayang kalau disia-siakan.

"Ish, ayolah Har, masa gadis seimut aku ini tak boleh berkunjung ke rumahmu" bujuk Ally dimanja-manjakan nadanya.

"Ya ya terserah" jawab Harry seadanya padahal ia sangat ingin berkata 'kau bukan imut Al, kau menggairahkan' tapi rasanya agak tidak enak berbicara seperti itu pada si bocah ini.

"Ya sudah kau cepat kesini"

"Ba-"

Tut.. tut.. tut..

Belum selesai Ally berbicara, teleponnya sudah diputuskan. Aish kampret kali si Harry ni.

"Hai Ally" ucap seseorang tiba-tiba dari sebelahnya.

"Oh hi Max"

"Kau mau kemana? Bukannya rumahmu ke arah sebaliknya ya?" Tanyanya penasaran.

"Rumah sakit" jawab Ally singkat, karena ia kesal dengan Max yang sudah memberi harapan palsu ini.

"Wah sama kalau begitu, hendak apa ke rumah sakit?" Tanyanya lagi.

"Kau sendiri hendak apa?" Ucap Ally membalikkan pertanyaan.

"Adikku sakit"

"Adikmu sakit? Ya sudah aku juga akan menjenguk adikmu sekalian, adikmu sakit apa?" Ally tiba-tiba bersimpati setelah mendengar kalau adik Max itu sakit.

"Entahlah, dia baru masuk tadi malam karena demam tinggi, penyakitnya belum jelas" terang Max

"Oh, malang sekali, aku turut sedih Max"

Max hanya mengedikkan bahunya sambil menghembuskan nafas keras.

Sisa dari perjalanan itu mereka lalui dalam senyap.
~~~~~

"Jadi, dimana kamar adikmu?" Tanya Ally sesaat setelah mereka memasuki pintu rumah sakit.

"Yuk mari" ucap Max lalu tiba-tiba menggandeng tangan Ally.

Deg.

Perasaan apa lagi ini! Pekik hati Ally.

Ally tak melawan saat Max menggandeng tangannya erat.

"Hai, kakak datang" ucap Max lembut memasuki ruangan adiknya dirawat itu.

"Oh, siapa gadis cantik ini Max?" Tanya seorang wanita yang ternyata ibunya Max. Ally yang mendengar dirinya disebut gadis cantik itu tersipu senang.

"Ini Ally mom, teman sekolahku. Al, ini ibuku" Max mengenalkan Ally sebagai teman. Ya teman. Teman. Digarisbawahi.

"Ally, tante" kata Ally memperkenalkan diri lagi disertai dengan senyum manisnya.

"Ah, ternyata Max punya teman perempuan juga, tante sempat khawatir kalau Max itu tak bisa bergaul, apalagi demgan perempuan, haha"

"Hahaha" tawa Ally dipaksakan. Andai saja ibunya ini tahu kalau Max ini salah satu lelaki most wanted disekolahan ditambah Max berpacaran dengan gadis jalang di sekolahan. Pasti ibunya tak akan menyangka. Ally menggeram dalam hati.

"Hey little sister" ucap Max menyapa adiknya yang sedari tadi memerhatikan mereka dalam diam.

"Hmm" jawab adiknya.

"Bagaimana kabarmu? Got better?"

"Pusing" jawabnya singkat.

"Ah, kan sudah kubilang harusnya kau itu minum obat dari dokter biar cepat sembuh" ucap Max menggurui.

"Tapi obatnya tidak enak" jawab adik perempuannya itu dengan wajah kesal.

"Ya dimana-mana obat memang seperti itu rasanya, makanya lain kali kalau kau jangan main terus, sakit kan jadinya"

"Ih aku kan masih kecil" jawabnya lagi tak terima.

"Memangnya kenapa kalau kau masih kecil?"

"Ya tandanya hidupku itu penuh dengan hardolin, alias dahar,modol,ulin*"

Ibunya mengerutkan dahi.
Ally tercengang.
Max ternganga.

"Eh? Kau ini ada-ada saja, siapa yang mengajarimu berbicara seperti itu?"

"Kakak"

"Heh, kok kakak?"

"Ya memang aku mendengar kata itu dari kakak" ucapnya polos.

"Kau ini kakak jadi malu kan didepan teman kakak, sudah intinya kau harus minum obatmu, dasar bocah"

Obrolan konyol mereka membuat Ally menahan senyumnya dari tadi agar tidak tertawa disaat yang tidak tepat ini.

"Ah dasar kakak-beradik ini selalu saja" ujar ibu Max sambil geleng-geleng kepala.

Ally mendekat ke arah adik Max yang belakang diketahui kalau namanya itu Marie.

"Hai Marie"

"Hai kak Ally" sapa adik Max balik yang ternyata sudah hafal dengan nama Ally.

"Bagaimana keadaanmu?" Tanya Ally sambil mengelus rambut Marie.

"Agak pusing dan ingin muntah rasanya"

"Obatnya sudah diminum?"

"Aku tak mau minum obatnya" ucap adiknya cemberut sambil geleng-geleng kepala.

"Marie mau main dengan teman-teman lagi kan?" Tanya Ally.

"Iya mau, aku ingin main sama Jasmine sama Ivona" ucap gadis kecil itu antusias.

"Nah makanya, supaya Marie bisa main dengan mereka, Marie harus cepat sembuh, Marie harus minum obatnya" kata Ally membujuk.

"Wah iyakah? Kalau aku minum obat aku bisa cepat-cepat main lagi?"

"Iya, tentu saja" jawab Ally tersenyum sambil mengelus pucuk kepala gadis kecil itu.

"Mom, aku mau minum obatnya sekarang saja kalau begitu" ujar Marie bersemangat ingin cepat-cepat sembuh.

Max yang melihatnya terkagum-kagum melihat sisi lain Ally ini.

"Kak, teman kakak cantik sama baik banget ya" tiba-tiba adiknya berujar. Ally langsung kaget mendengarnya.

Max memandang Ally dan bertukar tatapan dengannya. Pipi Ally terlihat bersemu merah antara malu dan senang.

"Tak seperti yang kemarin kemarin kakak bawa ke rumah itu, siapa namanya, kak Heat- Heat, pokoknya kakak yang banyak gaya itu, dia tak cantik apalagi baik, aku sebal melihatnya" kata adiknya melanjutkan.

Ha.

Nahkan. Bahkan anak kecil umur 5 tahun pun tahu mana yang baik mana yang tidak.

Max terlihat memelototkan matanya mengode pada adiknya itu supaya tidak membocorkan apa-apa tentang Heather yang memang tempo hari memaksa ingin main ke rumahnya.

"Ya sudah, tante, Max aku pamit dulu" ucap Ally.

"Lho, sudah mau pulang?" Tanya ibu Max.

"Iya, hehe, ada tugas yang harus dikerjakan" bohong Ally.

"Kakak jangan pulang, aku masih ingin sama kakak" rajuk Marie.

"Ish, kalau pada kakak yang aslinya tak pernah bilang begitu" ucap Max konyol.

Ally tertawa tertahan mendengarnya.

"Nanti kakak main lagi kok menjenguk Marie, yang penting Marie cepat sembuh ya" ujar Ally menghiburnya.

"Janji?"

"Iya, janji"

"Ya sudah, kak Ally hati-hati di jalan"

Ally pun menyalami ibu Max dan keluar dari ruangan itu diantar Max.

"Jadi kau mau langsung pulang? Biar aku ant-"

"Ah tidak, aku akan menjenguk seseorang dulu" potong Ally.

"Oh iya aku lupa, memangnya siapa yang sakit Al?" Tanya Max penasaran.

"Bukan siapa-siapa"

"Hmm, kalau begitu aku ikut menjenguk ya?"

"Ah tidak usah, tidak usah" ucap Ally panik kalau sampai Max ikut Harry pasti akan heran dan marah padanya.

"Kau kan sudah membujuk adikku tadi, sebagai rasa terima kasih, aku juga ingin menjenguk siapa pun itu yang kau maksud, bagaimana?"

"Bagaimana ya"

"Ayolah Al"

"Hmm, ya sudah ayo" Ally menyetujui dengan ragu-ragu.

Sementara Ally tidak tahu apa yang menunggunya di dalam kamar Harry.
~~~~~

A/N:
Yoyoyoy.. pa kabar :3

*= makan, buang air, main

All the love as always,

-Sya

Continue Reading

You'll Also Like

37.1K 5.4K 34
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...
1M 83.2K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
52K 5.4K 18
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
805K 57.8K 47
[Brothership] [Not bl] Tentang Rafa, hidup bersama kedua orang tuanya yang memiliki hidup pas-pasan. Rafa tidak mengeluh akan hidupnya. Bahkan ia de...