Blind Is Love

By BlueMoon22J

31.5K 2.9K 312

[Jung Yonghwa x Park Shinhye] Mari kita ubah perumpamaan cinta itu buta menjadi buta itu cinta. Aku bukan or... More

Prolog
#1 Do You Need Help ?
#2 Stay Away From My Noona
#3 The Rabbit
#4 I Don't Know, Im Falling In Love
#5 The Light
#6 Timeless
#7 Only...
#8 Happiness
#9 Remember The Old Story
#10 Ways To Say Goodbye (1)
#11 Ways To Say Goodbye (2)
#12 Engagement
#13 Goodbye
#14 Sorry, I Have To Let You Go
#15 Hurtful
#16 Back
Epilog 1
Epilog 2
The Matches of Hope [YongShin]

#17 Confession

1.7K 154 26
By BlueMoon22J

Author POV

          Seperti biasanya, bandara selalu penuh sesak dengan orang - orang yang akan pergi atau baru saja datang. Selain mereka, ada juga orang - orang yang mengantarkan kepergian sanak saudaranya, maupun menunggu kepulangan mereka.

           Awan kelabu memenuhi langit pagi itu. Seorang yeoja masih menunggu kedatangan seseorang yang harusnya datang menjemputnya. Ini tidak seperti bayangannya. Dia sudah menghayalkan wajah bahagia Jungkook yang menantinya di depan pintu kedatangan. Setelah itu mereka akan bercanda tawa, dan sesekali Jungkook akan menggodanya dan membuat pipinya memerah. Tapi, ini berbanding terbalik dengan khayalannya. Bukan senyum mengembang yang menyapanya, melainkan kekosongan dan kehampaan. Walaupun suasana bandara penuh sesak dengan orang orang yang sibuk dengan urusannya masing masing, tapi ia merasa hampa karena Jungkook yang diharapkannya tidak datang menjemputnya.

    Awalnya Seolhyun berfikir positif, dan menyangka Jungkook sedang terkena macetmakanya namja itu datang terlambat. Tapi ini sudah dua jam dia menunggu Jungkook, dan namja yang ditunggunya tidak juga menampakan batang hidungnya. Akhirnya Seolhyun memutuskan untuk pulang kerumahnya dengan menaiki taksi. Sepanjang perjalanan ia hanya memandangi jalan tanpa bersuara.

           "Aghassi.. Aghassi.." supir taksi memanggil Seolhyun berkali - kali karena mereka sudah sampai di tempat tujuan. Tapi, yang dipanggil tidak juga merespon.

             "Permisi aghassi.." setelah berulang kali memanggil Seolhyun, akhirnya yeoja itu merespon.

               "Ne ?"

                "Kita sudah sampai.." ucap supir taksi itu ramah.

                 "Ah.. Ne.." Seolhyun mnjawab dengan kikuk. Lalu ia memberikan ongkos taksi kepada supir taksi yang menyambut uang yang ia berikan dengan senyum hangat. Jangan salahkan Seolhyun yang tidak mendengar panggilan berkali - kali dari supir taksi, salahkan saja Jungkook yang membuat Seolhyun melamun memikirkan yeoja itu.

          Tanpa sadar Seolhyun melangkahkan kakinya kearah kafe Manggo, tempat Jungkook bekerja. Ia masuk kedalam kafe mencari namja yang memenuhi pikirannya. Baru saja ia membuka pintu kafe, ia sudah disuguhkan dengan pemandangan yang tidak mengenakkan. Namja yang ditunggunya sedang bersenda gurau dengan seorang yeoja berkaca mata. Dari raut wajahnya, jelas sekali ia sedang bahagia seperti tidak memikirkan Seolhyun yang mungkin saja masih berada dibandara menunggu kedatangannya. Kesal dengan yang dilihatnya. Seolhyun langsung melepas sepatu sport yang digunakannya lalu melemparkan sepatu itu kearah Jungkook.

             Nice Shoot !!!

             Sepatu itu tepat mengenai kepala Jungkook, membuat orang yang terkena lemparan sepatu meringis sakit. Namja itu segera membalikkan tubuhnya dan melihat orang yang sudah berani melempar kepalanya dengan sepatu. Detik berikutnya, mata Jungkook membulat melihat orang yang sudah melempar sepatu kearahnya.

          "Kau.." ucap Jungkook terkejut.

      "Dasar menyebalkan !" Seolhyun berjalan keluar dari kafe diikuti Jungkook yang mengejarnya dari belakang. Jungkook mempercepat langkahnya untuk mengejar yeoja didepannya. Ia segera meraih tangan Seolhyun yang membuat yeoja itu membalikan badan menghadap Jungkook.

           "Lepaskan !" Seolhyun memberontak drai genggaman Jungkook.

            "Tidak akan. Aku tidak akan melepaskan tanganmu sampai kau mau memberitahu alasanmu ada di Korea." ucap Jungkook. Seolhyun berdecih.

           "Berhenti berpura - pura. Aku mengerti.. Ini sudah satu tahun sejak aku pergi. Dan kau mungkin tertarik dengan yeoja lain. Tapi, bukankah kau keterlaluan ? Setidaknya kau bisa membalas pesanku dan memberitahu kalau kau sudah menyukai orang lain !. Hah.. Aku terlihat seperti orang bodoh." Seolhyun meremas untaian rambutnya dengan tangan kirinya. Jujur, dia sedih dan kesal saat mengetahui Jungkook yang sudah menyukai orang lain, walau itu belum terbukti kebenarannya.

            "Tunggu.. Anggap saja aku sedang tidak membawa otakku saat ini sehingga aku tidak bisa mengerti ucapanmu. Sekarang, beritahu aku kenapa kau bisa berada di Korea ?" tanya Jungkook pelan - pelan. Mencoba memahami situasi saat ini.

             "YAKK !! NEO PABO ! Kau masih bertanya alasanku ada di Korea ? Ini salahmu ! Semua salahmu ! Karena kau.. Aku meninggalkan Yonghwa dan datang ke Korea. Harusnya kau senang dan menjemputku di bandara. Tapi, kau malah tertawa bersama yeoja genit itu." Seolhyun memajukan bibirnya yang membuat Jungkook yang melihatnya gemas.

         "Kau meninggalkan Yonghwa ? Kenapa ?" tanya Jungkook polos. Seolhyun mendengus sebal.

              "Aishh.. Aku malas bicara denganmu." ucap Seolhyun dan kembali berjalan.

              "Changkaman.. Arra - arra anggap saja aku mengerti. Tapi kenapa kau tidak bilang kalau kau akan datang ke Korea ?" Seolhyun makin geram dengan Jungkook yang bertingkah seolah tidak tahu apa - apa.

              "Aku bahkan sudah mengirim pesan padamu. Tapi, sepertinya yeoja genit itu lebih penting." sindir Seolhyun.

           "Pesan ? Ah.. Mianhae. Handphoneku sedang rusak dan baru mau ku perbaiki hari ini." Seolhyun yang mendengar penjelasan Jungkook segera berbalik dan kembali melanjutkan langkahnya yang terhenti. Ia malu ! Sangat malu ! Ia bahkan sudah menimpuk Jungkook dengan sepatunya karena salah paham. Dan sekarang dia sedang berjalan dengan sebelah sepatunya. Ia sangat malu pada Jungkook.

             "Seolhyun-ah.. Kim Seolhyun Mianhae.. Ini salahku." Jungkook menghalau jalannya dan meminta maaf pada Seolhyun. Sungguh, Seolhyun ingin menyembunyikan wajahnya saat ini juga. Seolhyun berkilah agar ia bisa pergi dari hadapan Jungkook.

            "Pergilah.. Yeoja genit itu pasti menunggumu." Jungkook memutar matanya.

             "Dari tadi kau terus mengatakan yeoja genit.. dan yeoja genit.. Sebenarnya siapa yeoja yang kau maksud ?"

            "Tentu saja orang yang tertawa denganmu di kafe tadi." ucap Seolhyun cepat dan mencoba kembali berjalan. Jungkook memegang kedua lengan Seolhyun untuk menghentikannya.

                "Maksudmu Minzy ? Dia eonninya Shinhye dan aku tidak punya perasaan apapun padanya. Lagi pula dia sudah berpacaran dengan Sehun. Di dunia ini.. Aku hanya akan mencintai dua orang yeoja yaitu eomma.. Dan kau Kim Seolhyun." wajah Seolhyun memerah mendengar ungkapan Jungkook yang benar - benar bisa membuat semua yeoja yang mendengarnya meleleh dibuatnya.

          "Benarkah ?" tanya Seolhyun. Saat ini ia tengah malu, tapi pengakuan Jungkook membuatnya melupakan rasa malunya.

                 "Percayalah padaku. Jadi jangan cemburu lagi padanya." ucap Jungkook.

                 "Si..siapa yang cemburu ? Dalam mimpimu." ucap Seolhyun mengelak.

              "Baiklah.. Aku akan mencari yeoja lain saja." Jungkook mengerjai Seolhyun. Yeoja itu tampak berpikir lalu berteriak keras setelah Jungkook berhasil melangkahkan kakinya sebanyak 3 langkah.

               "Baiklah aku mengakuinya.." Seolhyun menyusul Jungkook. "..aku mengaku bahwa aku cemburu. Aku tidak suka melihatmu bersama yeoja lain. Jadi tetaplah mencintaiku.. Dan jangan berani - berani menatap yeoja lain." ucap Seolhyun dengan wajah memerah. Jungkook mencubit pipi Seolhyun gemas.

             "Apa kau sudah makan ? Aku akan membuatkan makanan untukmu." tanya Jungkook yang dibalas anggukan setuju oleh Seolhyun.

☆☆☆☆☆☆☆

Yonghwa POV

       "Itu.. Apakah kebetulan namamu Jung Yonghwa ?" sebuah suara mengintrupsi obrolanku dengan adikku. Dia mengangkat wajahnya yang tadinya tertunduk. Mataku membuka lebar melihat yeoja itu, yeoja yang selama ini kurindukan. Bibirku kelu untuk sekedar menjawab pertanyaannya. Andai saja saat terakhir kali aku tidak menyakitinya, mungkin saat ini aku sudah memeluk tubuhnya erat. Kami saling menatap cukup lama, hingga akhirnya ia menunduk dan meminta maaf.

           "Mianhamnida. Sepertinya aku salah orang." Shinhye berjalan melewatiku. Kutahan lengannya dan berbisik tepat ditelinga kanannya.

       "Bukankah sudah kukatakan untuk berpura - pura saling tidak mengenal saat kita bertemu di jalan ?" ucapku padanya. Dia menatapku tak percaya.

             "Kau terlihat baik. Apakah kau senang kini kau bisa kembali melihat ?" kulontarkan senyum padanya yang malah membuat dia makin terkejut.

         "Hati - hati saat melangkah." bisikku kembali ditelinganya. "Kajja !" kulepaskan tangannya dan segera menarik tangan Yongin dan membawanya masuk kedalam lift saat pintu lift itu terbuka.

             "Bogoshipo.." ucapku sesaat sebelum pintu lift tertutup. Meninggalkan Shinhye yang diam membeku didepan pintu lift.

             "Oppa.. Bukankah itu Shinhye noona ?" ucap Yongin setelah sebelumnya hanya terdiam.

              "Hemmm.."

              "Tidakkah kau merindukannya ? Kenapa kau bersikap seperti itu ?" tanya Yongin penasaran.

                "Apa menurutmu aku masih pantas merindukannya saat aku sudah menyakitinya begitu banyak ?" tanyaku dengan wajah sendu. Ya.. Aku merindukannya. Tapi, aku merasa tidak pantas untuknya.

             "Ini bukan soal pantas dan tidak pantas. Tapi soal bagaimana kau memerlakukannya setelah semua yang kau lakukan padanya dulu. Yonghwa Oppa Apa kau ingin terus menyakitinya dan membuat dia membencimu ? Oppa.. Sebagai adikmu aku menyarankan opsi lain. Lebih baik kau memulai kembali semuanya dari awal. Anggap saja semua yang berlalu di masa lalu bukanlah bagian dari kenanganmu. Hiduplah untuk masa depanmu, bukan terjebak di masa lalumu."

        "Kau makin pintar berbicara sejak terakhir kali aku bertemu denganmu." kuacak rambutnya gemas menghasilkan protes darinya.

              "Yak! Aku bukan anak kecil lagi !"

              "Bagiku kamu masih adik kecilku. Yongin kecilku yang lucu." dia merengek tidak suka.

             "Berhenti menganggapku anak kecil. Aku sudah besar Oppa !" ia mempertegas ucapannya.

               "Arra.. Arra.."

☆☆☆☆☆☆☆

Shinhye POV

        Pintu lift itu tertutup. Meninggalkanku bersama kesepian yang datang perlahan. Tubuhku mematung dan tatapanku masih sama menatap pintu lift yang membawa namja itu pergi. Namja yang sangat kurindukan. Satu tahun sudah aku menunggunya. Aku tahu ini salah.. Karena dia sudah memilih Seolhyun untuk berada disisinya. Tapi tetap saja aku merasa tidak adil. Dia membuatku merasakan cinta tiba - tiba, dan meninggalkanku juga secara tiba - tiba. Ia bahkan tidak memberikanku waktu untuk memilih melepaskannya atau tidak. Walau sebenarnya semua itu hanya alasan, karena sebenarnya aku memang tidak bisa mengeluarkannya dari otakku. Tepukan pelan dibahuku menyadarkan lamunanku.

             "Apa yang sedang kau perhatikan ?" tanya Suzy, rekan kerjaku.

             "Ani.. Tidak ada apa - apa."

☆☆☆☆☆☆☆

_1 week later_

          Ini sudah seminggu sejak aku melihat wajah Yonghwa. Dan sejak saat itu pula aku tidak pernah lagi melihat wajahnya. Kurasa aku sudah gila. Aku merindukannya dan ini membuatku gila. Aku benci perasaan ini. Dimana hanya aku sendiri yang merindukannya. Mencoba melihat wajahnya meskipun aku tidak tahu apakah dia akan datang atau tidak. Aku benci. Tapi, aku tetap melakukannya dan tetap mencarinya.

Drrrttttt drrrttttt~

      Getar smartphoneku membuatku menoleh kearah layar bersinar yang menampakan kotak kecil berisi pesan dari seseorang. Kuraih smartphoneku dan melihat nama pengirim pesan. Kookie~ itulah nama yang tertera dilayar smartphoneku. Kubuka pesan yang ia kirimkan.

From : Kookie~

       Noona.. Hari ini jam 7 malam datanglah ke apartement Sehun. Kau harus datang.. Harus.. Sampai berjumpa nanti malam noonaku sayang ^^

         Begitulah pesan yang Jungkook kirimkan. Keningku berkerut memikirkan isi pesannya. Tumben sekali Jungkook memintaku datang ke apartemennya, sekedar informasi ia dan Sehun mulai berbagi apartement semenjak kepergian Yonghwa. Hah.. Lagi lagi aku memikirkannya. Shinhye fokus. Fokus. Fokus.

           Kuselesaikan laporan hasil rapat tadi sore yang memang harus kuselesaikan hari ini. Aku tidak mau mendengar ocehan bos berperut tambun yang mengesalkan itu. Untuk ukuran seorang namja, jujur saja bosku terlalu banyak bicara.

            Satu jam berlalu dan jam dinding sudah menunjukkan jam 6 sore. Aku memutuskan untuk bergegas pulang. Dijalan pulang aku mampir ke supermarket dan membeli beberapa bungkus ramyun untuk dimasak di apartement Jungkook. Aku tidak yakin dia akan menyediakan nutrisi untuk perutku yang kelaparan ini. Maka dari itu aku membeli beberapa bungkus ramyun untuk berjaga - jaga. Tak terasa perjalanan dari kantor sampai apartement Jungkook menghabiskan waktu satu jam. Dan sekarang sudah jam 7 tepat. Kupercepat langkah kakiku untuk masuk kedalam gedung bertingkat itu. Saat sudah tiba didepan pintu apartement Jungkook, kutekan bel dan menunggu pintu itu terbuka.Lima menit aku menunggu, akhirnya pintu itu terbuka. Tapi tidak ada seorang pun yang menyambutku didepan pintu. Keadaan ruangan itu sangat gelap dan minim cahaya. Kulangkahkan kakiku memasuki ruangan itu.

              "Jungkook-ah.. Sehun Oppa.." kucoba memanggil pemilik apartement.

               "Jungkook-ah.. Eodigayo ?" tak ada jawaban. Kulangkahkan kakiku makin masuk kedalam apartement, mencoba mencari keberadaan Jungkook dan Sehun. Aku dikejutkan dengan cahaya temaram yang muncul dari ruang tengah. Cahaya itu berasal dari lilin yang membentuk tanda hati mengelilingi seorang namja didalamnya. Pada dinding dibelakan namja itu terdapat balon dengan tulisan 'Saranghae'. Lantai disana dipenuhi mawar merah membuat ruangan terkesan romantis.

           Bukan hanya keadaan ruang tengah yang terlihat romantis itu yang membuatku terkejut. Tapi seseorang yang berdiri ditengah- tengah cahaya lilin lebih membuatku terkejut. Tanganku kugunakan untuk menutup mulutku yang membuka tak percaya. Namja itu berdiri sambil memegang gitar. Wajahnya tersenyum tulus. Apakah ini mimpi ? Namja itu.. Jung Yonghwa berdiri didepanku dengan gitar ditangannya. Jika ini hanya khayalanku semata, Jangan sadarkan aku dari khayalan ini. Biarkan aku merasakan khayalan indah ini lebih lama lagi. Ia mulai memetik gitarnya senada. Dan selanjutnya terdengar suara nyanyian yang berasal dari bibirnya.

             Neul ddokatteun haneule neul gatteun haru

Geudaega eopneun geot malgoneun dallajin ge eopneunde

Nan utgoman shipeunde da ijeun deushi

Amuil aneun feut keureohke

Useumyeon salgopheunde

Geuriweo, geuriweoseo geudaega geuriweoseo

Maeil nan honjaseoman geudaereul bureugo beulleobwayo

Bogoppa bogoppaseo geudaega bogoppaseo

I je nan seubgwancheoreom geudae ireumman bureuneyo, oneuldo....

Haru haru ga jugeul geotman gatteunde eotteohke haeya haeyo?

Saranghae saranghaeyo geudaereul saranghaeyo

Maljocha mothagoseo geudaereul geureohke bonaettneyo

Mianhae mianhaeyo naemari deurrinayo?

Dwineuteun naegobwae eul geudaen deureul suisseulkkayo?

Saranghaeyo

Jung Yonghwa_ Because I Miss You

Selalu di langit yang sama, selalu di hari yang sama

(saat) tidak ada dirimu, tidak ada yang berubah

Aku ingin tersenyum, seperti melupakan semuanya

Seperti tidak ada apapun

Jika tersenyum, aku dapat hidup

Rindu, aku merindukanmu, merindukanmu

Setiap hari aku sendirian mencoba memanggil namamu

Rindu, aku merindukanmu, merindukanmu

Sekarang memanggil namamu seperti sebuah kebiasaan bagiku, hari ini juga

Hari demi hari aku sepertinya akan mati, apa yang harus kulakukan?

Aku mencintaimu, mencintaimu, mencintaimu

Aku membiarkanmu pergi bahkan tidak dapat berkata apapun

Maaf, maafkan aku. Apakah kau mendengarkan ucapanku?

Dapatkah kau mendengar pengakuanku yang terlambat?

Aku mencintaimu

        Dia menyelesaikan lagunya dengan sangat indah. Membuatku hanya mampu terperangah. Kulangkahkan kakiku mendekat kearahnya, masih dengan ekspresi tak percaya. Dia tersenyum hangat.

          "Oppa.." nafasku tercekat ditenggorokan. Kata - kata yang tadinya ingin kuucapkan tak dapat keluar dari bibirku.

            "Bagaimana kabarmu Park Shinhye ?" suara itu.. Aku benar benar merindukannya.

            "Bogoshipo.." hanya itu yang dapat keluar dari bibirku. Semua pertanyaan yang selama ini terpendam hilang begitu saja. Aku sangat senang melihatnya.

              "Mianhae.. Terakhir kali kita bertemu aku bertindak seperti seorang pecundang. Aku merasa tidak pantas untukmu karena aku sudah berkali - kali menyakitimu. Tapi Yongin memberiku semangat untuk memulai semuanya dari awal. Jadi.. Maukah kau memaafkan kesalahanku dimasa lalu ?" aku mengangguk spontan menjawab pertanyaannya. Aku tidak pernah merasa kalau dia menyakitiku. Itu tidak sepenuhnya kesalahannya.. Karena aku juga ikut andil dalam kesalahan itu.

            "Seminggu ini aku sengaja tidak menemuimu. Aku ingin memastikan apakah kau masih memiliki perasaan yang sama seperti setahun yang lalu. Dan memastikan apakah aku masih memiliki perasaan yang sama untukmu. Dan ternyata.. Kau tidak berubah. Kau masih sama seperti Shinhye setahun yang lalu. Kau tetap ceria dan sangat optimis. Kau tetap membuatku jatuh cinta pada setiap hal yang kau lakukan. Dan kau masih tetap mencoba menemuiku di lift itu. Terkadang aku berfikir kalau kau itu lucu.. Apa kau fikir aku ini penjaga lift sampai kau terus mencoba menemuiku di tempat itu ?" Shinhye hendak protes yang kemudian disela oleh Yonghwa.

            "Tapi dari sana aku tahu.. Kau masih tetap memiliki perasaan itu. Rasa cinta yang sama seperti yang kumiliki padamu. Park Shinhye.. Walau sudah satu tahun aku tidak bertemu denganmu. Tapi, perasaanku tidak berubah sedikitpun. Aku makin.. Makin.. Makinn.. Mencintaimu. Park ah ani.. Jung Shinhye.. Maukah kau menjadi pendamping hidupku ?" kubuka mulutku tak percaya. Benarkah ini kenyataan ? Oh ayolah Shinhye berhenti berkhayal. Kupukul wajahku pelan dengan kedua tanganku sambil menutup kedua mataku. Berharap setelah kubuka mataku, khayalan itu menghilang begitu saja. Kubuka mataku perlahan dan dia masih berada disana. Ditempat yang sama dengan gitar dan sebuket bunga ditangannya yang entah datang dari mana.

           "Yonghwa Oppa.. Jadi kau nyata ?" ia tekekeh geli dan mengangguk mengiyakan.

          "Apa kau berfikir aku ini hantu ?" tanyanya sambil tersenyum. Oh senyumnya.. Jika di dunia ini aku hanya dibolehkan memilih satu hal yang ingin kulihat pertama kali saat aku membuka mata, maka aku memilih untuk dapat melihat senyumnya.

           "Ani.. Tadi kufikir kau hanya khayalanku." ucapku jujur. Dia kembali terkekeh geli.

         "Akan kubuktikan kalau aku ini nyata."dia memajukan wajahnya dan mengecup bibirku pelan. Ia memberi jeda kecupan yang cukup lama untuk sekedar disebut kecupan.

       "Bagaimana ? Apa kau masih berfikir aku ini khayalanmu ?" tanyanya sambil tersenyum. Aku menggeleng cepat.

           "Kau jadi lebih pendiam disaat - saat seperti ini." ucapnya yang mendapatkan protes dariku.

           "Jelas saja. Coba kau bayangkan. Seseorang yang setahun menghilang dari hidupmu tiba - tiba datang melamarmu. Apa kau tidak terkejut ? Apa lagi kau sangat merindukan orang itu hingga rasanya mau gila ?" Yonghwa tertawa mendengar ucapanku yang kelewat polos.

            "Kuanggap itu persetujuan.. Jadi kita tinggal menentukan tanggal pernikahan." aku melotot padanya yang mengambil keputusan seenaknya.

        "YAK ! Aku tidak pernah bilang setuju !" protesku. Tapi, dia pura pura tidak mendengar dan mengalihkan pembicaraan.

           "Kurasa minggu depan boleh juga.." ucapnya bermonolog ria. Aku hanya tersenyum melihatnya. Tidak ada hal lain lagi yang bisa membuatku sebahagia ini. Kehadirannya begitu berarti dalam hidupku. Tuhan.. Terima kasih karena kau telah memberikan dia untuk menemaniku, menghibur laraku, dan membuatku tersenyum. Aku bersyukur atas segala hal dalam dirinya yang membuatku tidak dapat melupakannya. Sekali lagi aku berterima kasih.

***END***

Continue Reading

You'll Also Like

197K 19K 71
Freen G!P/Futa • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...
1.6M 143K 73
Ziel adalah candu. Tawanya Candanya Aroma tubuhnya Senyum manisnya Suara merajuknya dan Umpatannya. . . . "Ngeri bang." - Ziel "Wake up, Zainka."...
1.7K 130 5
apa jadinya jika Cho Kyuhyun member Super Junior berkumis? apakah ia akan jadi aneh? atau sebaliknya? bagaimana tanggapan orang-orang di sekitarnya...
229K 20.3K 33
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...