EL MÍO ✔️ SUDAH TERBIT

By MelQueeeeeen

488K 23.3K 289

[CERITA DIHAPUS SEBAGIAN UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN] Judul Awal : You Are Mine DARK ROMANCE Ini tentang Wil... More

Prolog
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Delapan
Sembilan
Sebelas
Dua belas
Tiga belas
Enam belas
Delapan belas
Sembilan belas
Dua puluh
Dua puluh satu
Dua puluh dua
Dua puluh empat
Dua puluh delapan
Dua puluh sembilan
Info & Promote
PENTING!
New Story
Open PO
PENGUMUMAN
El Mío ada di PlayStore!

Enam

23.3K 1.2K 75
By MelQueeeeeen

William POV

Aku membanting pintu kamarku dengan keras. Langsung saja kududukkan diriku pada kursi sembari bersandar.

Pikiranku kacau

Batinku terus-terusan mengumpat lelaki sialan yang berani beraninya mencium pipi wanitaku Aleah.

Aku melihatnya,

Mengantar Aleah pulang, lalu menyatakan cinta pada Aleah dan mengecup pipi Aleahku.

Dia pikir dia siapa?

Lalu apa yang Aleah tunjukkan tadi itu?
Ekspresi malu-malu?
Ini sungguh menjengkelkan!

Membuat hatiku panas dan pikiranku berkecamuk.

Ingin sekali rasanya aku menghajar Chandra habis-habisan sampai tak bernyawa tadi. Tapi aku menahan emosiku.
Tidak lucu bukan, jika aku tiba-tiba keluar dan memarahi mereka berdua?

Mereka belum tau apa yang bisa kulakukan,

Entah sudah sejak kapan mereka kenal,
aku tak tau itu
berani beraninya Chandra jika baru mengenal Aleah beberapa hari, langsung menyatakan cinta?
Itu konyol sekali!

Seorang William Austin bahkan bisa sangat cemburu melihat wanitanya dekat-dekat dengan pria lain.

Aku yang dingin, tak peduli, egois, dan selalu bertindak sesuai kemauanku bisa takluk hanya karena wanita yang bernama Aleah.
Sialan!

Akan kuberi Chandra pelajaran lain kali dan menunjukkan jika Aleah itu hanya milikku, cuma milik William Austin.

Perlu kalian ketahui

Sebenarnya wanita-wanita diluar sana banyak yang tergila-gila padaku, namun tak kugubris, hanya demi menjaga satu wanita yaitu Aleah.

Tampan

Kaya


Jenius

Populer

aku memiliki semuanya, hidupku sudah lengkap

Hampir tak ada cela, bisa dikatakan hampir sempurna

Namun keinginanku cuma satu lagi, yaitu menjadikan Aleah sebagai milikku, kini hingga selamanya.

Aku segera meraih laptopku mengerjakan pekerjaan yang masih belum selesai.
Sial!
Bahkan otakku tak bisa berkonsentrasi karena terus memikirkan mereka!

Cklek

Aku melirik kearah pintu kamar yang dibuka.
Disana, berdiri Aleah dengan matanya menatapku takut-takut.

Aku kembali mengalihkan pandanganku pada layar laptop bersikap seolah tak ada hal yang terjadi, tak ada yang kulihat apapun tentang mereka.

William POV END

"William..." Ucap Aleah takut-takut sembari menutup pintu kamar.

Ditatapnya William yang sedang sibuk dengan laptopnya.

"Maaf William. Aku...

Tenggorokan Aleah terasa tercekat, rasanya ada sesuatu yang memaksanya untuk tidak mengatakan hal yang sebenarnya pada William.

Dia tau William memang terlihat tenang namun William pasti akan menghukumnya malam ini.

Maaf, aku pulang terlambat."

Ucapnya lagi melanjutkan kalimat yang belum terselesaikan.
Aleah terus menunduk, takut membayangkan apa yang akan terjadi padanya setelah ini.
Dia tak pernah pergi keluar sebelumnya, apalagi untuk bertemu dengan seorang pria.
Hal yang tabu untuk Aleah karena itu sudah masuk dalam peraturan yang dibuat William.

"Darimana saja kau?" Tanya William dingin yang berhasil membuat jantung Aleah berdetak keras karena takut.

"Me-menemui Chandra, yang tinggal di rumah sebelah."

"Sudah jam berapa ini?!"
Benar saja,
kini William membentaknya sembari menatapnya tajam.

Aleah mendongakkan kepalanya.
Matanya sudah berkaca-kaca.

"Maaf..aku..-"

"Maaf apa hah! kau pikir ini sudah jam berapa?! bukankah sudah kukatakan jangan keluar rumah apalagi sampai bertemu pria lain!"

Air mata Aleah tak terbendung lagi.
"Maaf...William..aku tau aku salah dan melanggar perintahmu maaf."

William segera beranjak dari kursinya dan meletakkan laptopnya di atas meja di sampingnya.

Segera saja ia menarik rambut Aleah yang membuat kepala Aleah mendongak.
"Kau benar-benar sudah keterlaluan! Sudah berani melanggar perintahku.,

Plak!

Sebuah tamparan berhasil mendarat dipipi mulus Aleah.

setelah itu William mendorong kepala Aleah yang rambutnya terus ditarik dari tadi, ke dinding menyebabkan kepala Aleah terbentur dinding.

Aku muak denganmu! Kau dikurung selama beberapa hari di dalam kamar dan tak boleh keluar!"
Lanjut William seraya mengambil kembali laptopnya dan beranjak keluar dari kamar lalu mengunci pintu kamar, tanpa mempedulikan Aleah yang berusaha untuk mengikutinya keluar lalu mendorong tubuhnya dengan keras hingga terjatuh.

Aleah mengusap kepalanya,

darah

kini ditangannya terdapat darah yang keluar dari kepalanya, namun hanya sedikit.

Dia tak mempedulikan keadaannya yang berantakan dengan air mata yang terus mengalir,
yang dia pedulikan sekarang adalah mendapat maaf dari William.
Toh ini juga sudah sering ia rasakan, terluka akibat kemarahan William.
Baginya ini sudah seperti hal yang tak asing lagi.
-
-
-

"Non Aleah. Astaga!" Ujar bibi Roe terkejut melihat Aleah meringkuk sembari terisak di lantai,  setelah bibi Roe membuka pintu kamar, ingin mengantarkan makanan untuk Aleah.
Segera saja bibi Roe membantu Aleah untuk duduk.
"Non berdarah non. Kepala non.."

"Tak apa bi. Aku hanya terluka sedikit. Tenanglah." Aleah tersenyum lemas berusaha menenangkan bibi Roe.

"Tunggu sebentar biar bibi telepon dokter..-"

"Tak usah bi. Aku baik-baik saja." Aleah menahan bibi Roe yang hendak menelepon dokter.

"Kalau begitu tunggu disini. Bibi ambilkan kotak P3K."
Bibi Roe segera buru-buru mengambilkan kotak obat lalu tak lama kembali lagi dengan kotak P3K sudah ditangannya.

"Maafkan bibi. Sebenarnya bibi yang memberitahu tuan William jika non sedang menemui Chandra. Maaf, bibi hanya khawatir karena non belum juga pulang, padahal non janji akan pulang sesuai perjanjian kita, sebelum tuan William pulang."
Tutur bibi Roe sembari memperban kepala Aleah.
Bibi Roe terlihat benar-benar menyesal.

"Ini bukan salah bibi. Akulah yang salah disini. Aku tak menyadari dan tak melihat jam. Tolong bi, jangan salahkan diri bibi."
Ucap Aleah lalu memeluk bibi Roe.
Tangisnya pecah dalam pelukan bibi Roe, Aleah sudah menganggap bibi Roe sebagai ibunya. Begitu juga sebaliknya.

"Bibi Roe! Mana kopiku?"
Teriak William dari luar kamar tiba-tiba yang membuat bibi Roe dan Aleah melepaskan pelukan mereka.

"Iya tuan William, bibi datang."
sahut bibi Roe lalu akan beranjak meninggalkan kamar dan mengunci pintu kamar, namun segera ditahan Aleah.

"Aku yang akan mengantarkan kopi William, bi."

"Tapi, tuan William sudah memberi perintah pada bibi untuk tetap mengurung non di kamar. Bibi hanya tak mau non kenapa-napa lagi karena tuan William."

"Bibi tenang saja. Tak akan kenapa-napa lagi."
Ujar Aleah lalu tersenyum sekilas dan beranjak menemui William mengantarkan kopinya.

❤❤❤

"Kopinya."

"Letakkan saja disitu bi..-"
Ucapan William terhenti tatkala melihat diriku yang mengantarkan kopinya bukan bibi Roe.

"Apa yang kau lakukan disini?! bukankah seharusnya kau dikamar!"
William menatapku dengan tatapan tajamnya, seakan siap membunuhku.

"Aku tau. William kumohon maafkan aku..-

"Kembali kekamarmu sekarang!"
Perintah William lalu berdiri dari duduknya ingin menarik tanganku membawa masuk ke kamar lagi.

Segera saja aku memeluknya sambil terisak.
Dia berusaha mendorong tubuhku menjauhkan dari dirinya, namun aku tetap kekeuh seraya semakin mengeratkan pelukanku padanya.

"Maaf. Maafkan aku. Aku tak akan melepaskanmu sebelum dapat maaf darimu."

"Lepaskan!"

"Tak akan."

"Kau!"
William lalu mendorong tubuhku dengan keras sehingga menyebabkan tubuhku jatuh terduduk.

Aku menatapnya.
Ia terlihat benar-benar marah. Matanya terus memandangku dengan tatapan tajamnya, dadanya naik turun menahan emosi.

"Aku tak akan melanggar perintahmu lagi. Dan tak akan menemui Chandra lagi jika itu maumu."
Ucapku berusaha membujuknya.

Dia hanya diam masih berdiri dihadapanku, lalu akupun bangun dan langsung menangkup wajahnya

"Maafkan aku. Aku berjanji tak akan melanggar perintahmu lagi. Aku juga tak akan menemui Chandra lagi maupun bertemu dengan pria-pria lainnya diluar sana. Ijinkan aku mendapatkan maaf darimu William.."
Kataku lagi masih dengan air mata yang tak henti-hentinya mengalir.

"Berjanjilah."
Ujarnya singkat yang berhasil membuatku bahagia.
Aku mengangguk mengerti lalu memeluknya erat.
"Aku berjanji William."
Dia membalas pelukanku kali ini, tak menolak lagi seperti tadi.

"Kau terluka lagi karenaku."
Kini dia mengusap kepalaku yang dibalut perban.
"Tak apa. Aku baik-baik saja kok." Aku tersenyum lebar meyakinkannya.

"Kalau begitu ayo ke kamar." Ajak William setelah sebelumnya mengusap air mataku yang masih berada dipipi.
Aku hanya mengekorinya dari belakang menuju ke kamar.

Setidaknya aku sudah mendapatkan maaf darinya.

Dan itu membuatku lega.
•••

AleahWilliam
or
AleahChandra?

Bagian selanjutnya akan dipublish dalam jangka waktu satu minggu lagi 😅
Tetap menunggu ya buat baca😆
Voment~

Continue Reading

You'll Also Like

337K 11.2K 16
Saat Aderaldo Cetta Early menginginkan sesuatu atau seseorang, tidak boleh ada yang menghalanginya. Baginya Naara Kiva memenuhi semua syarat yang ia...
2.6M 39.7K 51
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
1.9M 93.7K 56
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
17M 766K 44
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...