T R A P P E D

By eatectner

925K 69.3K 6K

[COMPLETED] One fraction of a moment you can fall in love, a love that takes a lifetime to get over | #26 in... More

Prolog
Chapter [1]
Chapter [2]
Chapter [3]
Chapter [4]
Chapter [5]
Chapter [6]
Chapter [7]
Chapter [8]
Chapter [9]
Chapter [10]
Chapter [11]
Chapter [12]
Chapter [13]
Chapter [14]
Chapter [15]
Chapter [16]
Chapter [17]
Chapter [18]
Chapter [19]
Chapter [20]
Chapter [21]
Chapter [22]
Chapter [23]
Chapter [24]
Chapter [25]
Chapter [26]
Chapter [27]
Chapter [28]
Chapter [29]
Chapter [30]
Chapter [31]
Chapter [32]
Chapter [33]
Chapter [34]
Chapter [35]
Chapter [36]
Chapter [37]
Chapter [38]
Chapter [39]
Chapter [40]
Information
Extra Chapter
Let's talk with the cast!
Role Play

Epilog

34K 1.6K 245
By eatectner

Alphaville - Forever Young

"Ma, Pa, aku mampirnya besok aja ya, kan hari Sabtu tuh."

Sore itu, Via dan Reon memang sengaja untuk pulang lebih awal dari kantor mereka masing-masing untuk menjemput Raka dan Rafa, kedua anak kembar mereka di rumah orangtua Via.

Diva dan Setyo mengangguk paham. Dengan cepat Setyo menurunkan kedua anak kembar berumur lima tahun itu dari gendongannya, sebelum dia mencium puncak kepala anak-anak itu.

"Ya udah," kata Setyo. "Papa juga cape banget nih, baru pulang."

Kedua tangan Reon bergerak mengambil mainan dan tas ransel Raka dan Rafa yang baru saja diberikan oleh Mang Eman, salah satu pekerja di rumah orangtua Via.

"Macet Pa tadi dari kantor?" tanya Reon kepada Setyo.

Setyo menggeleng. "Enggak sih," katanya. "Tadi Papa dari daerah Cinere, ada meeting sama klien."

Reon ber-oh panjang. Laki-laki itu memasukkan barang-barang Raka dan Rafa ke dalam mobil, sebelum dia berjalan kembali menuju Setyo dan Diva.

Via dan Reon menyalami tangan Setyo dan Diva, sambil pamit untuk pulang.

Via memanggil Raka dan Rafa yang sedang berlari mengitari halaman rumah orangtua Via, dan menyuruh mereka untuk menyalim tangan Opa dan Oma-nya. Diva yang sedari tadi bermain bersama kedua cucunya itu, berulang kali mencium pipi kedua anak itu karena gemas.

"Adduhh Ommaa." Raka mengeluarkan suaranya saat Diva mencium pipi anak itu dalam, sambil tangannya menekan pipi yang satu lagi karena gemas.

Sontak Via dan Reon tertawa. Perlahan Reon menunduk untuk menggendong Raka dan Rafa di masing-masing tangannya, sebelum mereka semua melambaikan tangannya kepada Diva dan Setyo.

"Reon,"

Suara Setyo membuat Reon dan Via menghentikan langkahnya. Keduanya bergerak melihat ke arah pria itu, diikuti oleh Raka dan Rafa yang masih berada di gendongan Reon.

"Iya Pa?" tanya Reon.

"Biasa," kata Setyo. "Besok temenin Papa golf sama klien ya. Ga seru kalo ga ada kamu."

Reon tertawa. Laki-laki itu menganggukkan kepala, sebelum dia mengeluarkan suaranya.

"Siap!"

****

"Bunda, tadi Raka ambil es krim aku."

"Ih enggak!"

Suara Raka dan Rafa yang duduk di kursi belakang saat itu membuat Reon yang sedang menyetir tertawa.

"Raka," kata Via. "Kenapa coba itu es krim adek kamu diambil?"

Mendengar teguran Via, Raka diam sebentar sebelum dia mengeluarkan suaranya.

"Abisnya es krim Rafa lebih enak Bun."

"Tapi kan kamu udah punya sendiri," balas Rafa.

"Aku kan cuma minta dikit."

"Ayah, Raka nyubit aku!"

Dari sudut mata Reon, laki-laki itu dapat melihat Via yang sedang berusaha menahan tawanya mendengar perkataan kedua anak di belakang. Dia tahu kalau sudah mulai begini, harus Reon yang mengeluarkan suaranya.

"Raka," kata Reon pelan. "Siapa yang ngajarin kamu nyubit-nyubit gitu?"

"Bunda Yah."

"Enak aja!" Dengan cepat Via yang duduk di kursi penumpang bagian depan mengeluarkan suaranya.

"Bun?" Kini kedua bola mata Reon menatap Via yang duduk di sebelahnya.

"Aku ga nyubit!" kata Via kepada Reon. "Y-ya, aku nyubit karena gemes. Kamu ga liat apa itu orang dua pipinya kayak trampolin semut?"

Sebenarnya, detik itu juga Reon sedang menahan tawanya mendengar perkataan Via barusan. Namun alih-alih untuk tertawa, dia memilih untuk melanjutkan kalimatnya.

"Ya tapi kan mereka nangkepnya beda, Via."

Mendengar perkataan Reon, Via nengangguk paham. Perempuan itu bergerak melihat anak-anaknya yang duduk di kursi belakang

"Makanya jadi orang tuh jangan ngegemesinnnn."

Reon tertawa. Tangan kiri laki-laki itu bergerak mengelus kepala perempuan di sampingnya.

Selama beberapa menit ke depan, keheningan terjadi di dalam mobil. Sesekali Reon masih mengelus kepala Via yang sedang menggonta-ganti lagu, dengan tangan kanan laki-laki itu yang diletakkan pada kemudi setir.

Raka yang sedari tadi mencari sesuatu di sekitar mobil, melihat ke arah Rafa yang sedang memandang ke arah luar jendela.

"Rafa," kata Raka. "Kamu liat mobil-mobilanku gak?"

"Aku masukin ke tas kamu.

Raka ber-oh panjang. "Kalo kaos kakiku?"

"Di tas kamu."

"Kalo jam tanganku?"

"Di tas kamu."

"Kalo kembaranku?"

"Raka!"

****

Butuh waktu sekitar setengah jam agar mereka semua tiba di rumah. Via dan Reon bergerak turun dari mobil, disusul oleh Raka dan Rafa yang sedang membawa barang-barang mereka masing-masing.

Kedua bola mata Rafa yang berada di pintu masuk melihat ke arah Raka yang sedang kesusahan membawa barang-barangnya, mengingat Raka memang membawa mainan paling banyak tadi.

"Sini aku bantuin," kata Rafa menghampiri Raka yang masih berada di dekat mobil. Diambilnya beberapa mainan Raka, sebelum anak itu berjalan masuk ke dalam rumah, menyusul Ayah dan Ibunya.

"Makasih Rafa!" kata Raka sedikit berteriak dari kejauhan.

Sekitar pukul sepuluh malam, Via masuk ke dalam kamar Raka dan Rafa sambil membawa orange juice untuk Reon yang sedang memperhatikan kedua anaknya yang tertidur.

"Makasih sayang," kata Reon sambil tersenyum kepada Via.

Via mengangguk. Kedua bola matanya melihat anaknya yang sudah tertidur lelap, setelah ditemani oleh Reon.

"Udah pada tidur?" tanya Via.

"Enggak, lagi pup."

"Gue kira lagi arisan."

Reon tertawa. Perlahan laki-laki itu menarik tangan Via yang masih berdiri untuk duduk di sebelahnya, sebelum perempuan itu mengecup kening anak-anaknya. Tidak ada hentinya mereka bersyukur kepada Yang Maha Kuasa, karena menitipkan dua anak yang luar biasa ini kepada mereka.

Raka dan Rafa merupakan kembar identik yang lahirnya berselang lima menit. Mereka mendapat gen turunan kembar dari keluarga Reon, dimana memang ada beberapa sepupunya yang kembar.

Bagi orang-orang yang jarang bertemu dengan Raka dan Rafa, yang dapat digunakan untuk membedakan mereka adalah tahi lalat kecil Raka berada di kening sebelah kanan, sedangkan Rafa di pipi sebelah kiri.

Via bergerak mengelus kepala anak-anaknya, bersama dengan Reon yang duduk di sebelah perempuan itu.

Iseng, Reon berjalan mengambil spidol kecil di atas meja, kemudian menggambarkan titik kecil di pipi sebelah kiri Raka, dan kening sebelah kanan Rafa.

Via tertawa. "Kamu ngapain woy?"

"Biar besok Bi Iyah bingung yang mana Raka, yang mana Rafa."

****

Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Via sedang memainkan ponselnya di atas kasur, sementara Reon bolak-balik mengganti channel tv sambil menikmati orange juice yang dibuatkan oleh Via tadi.

"Yon," panggil Via. "Lampu dong."

Sontak dengan cepat Reon melempar remote tv dan masuk ke dalam selimut, membenamkan seluruh tubuh hingga kepalanya.

"Duh Vi," kata Reon pelan. "Aku cape nih. Besok kan harus golf juga."

Kedua bola mata Via melirik ke arah gundukan selimut persis di sebelahnya— yang di dalamnya ada Reon yang baru saja membuatnya berdecak sebal.

"Padahal baru aja mau bilang kayaknya Raka sama Rafa perlu adek."

"Sumpah gue kok tiba-tiba seger?!"

Dengan cepat Reon membuka kembali selimutnya, dan bergerak melihat Via di sebelah kirinya yang masih memainkan ponselnya sambil tiduran.

"Gue yang males!"

Via meletakkan ponselnya di meja kecil sebelah kasur, sebelum dia bergerak membelakangi Reon sambil memasang selimut di tubuhnya, membuat Reon hanya bisa melihat punggung dan rambut Via yang tergerai.

"Ye, baper." kata Reon. "Marah mulu lo kayak emak-emak."

"Emang udah emak-emak."

"Lah iya."

Hening. Beberapa menit ke depan, tidak ada satupun di antara mereka yang mengeluarkan suaranya. Hanya ada suara tv yang memutarkan film Home Alone 3 yang mengisi keheningan saat itu.

Tangan Reon bergerak melakukan aktivitas yang paling disukainya, memainkan rambut Via yang sampai saat ini masih membelakanginya.

"Vi," panggil Reon.

Tidak ada jawaban apapun dari Via. Perempuan itu masih membelakangi Reon, sambil mencoba untuk memejamkan matanya.

"Via,"

Reon menghela nafasnya. Kalau sudah begini cuma satu caranya.

"Iya deh iya, aku matiin lampunya." Reon duduk di kasur sebentar, mengusap rambutnya, sebelum dia berjalan menuju saklar lampu yang berada di sebelah pintu kamar mereka.

Via tersenyum senang. Dengan cepat perempuan itu melihat ke arah Reon yang sedang berjalan, sambil mengeluarkan suaranya.

"Love you."

"Hate you the most," jawab Reon.

Via tertawa. Setelah lampu kamar dimatikan oleh Reon, perempuan itu melepaskan selimutnya, sebelum dia duduk di atas kasur.

Dengan cahaya tv dan lampu tidur yang menyala saat itu, Via melebarkan kedua tangannya ke samping, untuk memeluk Reon yang masih berjalan menuju kasur. Dengan cepat Reon duduk di atas kasur sambil membalas pelukan istrinya itu. Di elusnya bagian belakang kepala Via, kemudian laki-laki itu memegang bagian kanan dan kiri kepala perempuan itu. Satu kecupan hangat dan dalam mendarat di pelipis Via lama, sebelum tangan Reon bergerak mematikan tv, dan tangan Via mematikan lampu tidur di sebelah kasurnya.

"I love you Via," kata Reon. "Nanti kalo dapet adeknya cewe, namanya Rara ya."

Biarlah mereka melakukan sunnah Rasul setelah itu.

----⛔----

So many adventures couldn't happen today
So many songs we forgot to play
So many dreams swinging out of the blue
We let them come true

Forever young, I want to be forever young
Do you really want to live forever, forever and ever?

----⛔----

Selesai sudah deeh cerita Via, Reon, dan Gadhra! Hehehehe. Super ga ada bosen2nya aku mau berterimakasih sama kalian yang udah setia untuk ngebaca cerita ini! Love u all for sure. Semoga kalian diberikan kesehatan selalu yaa! Aamiin.

Naah aku sekarang mau nanya. Abis cerita ini, aku emng niat bikin cerita lagi tentang Gadhra. Dan kayanya Who Is Who aku hold dulu hehe.

Gimana kalo aku bikin cerita tentang Gadhra? Yay or Nay?

Continue Reading

You'll Also Like

7M 293K 59
On Going Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...
680K 64.1K 54
Aluma bersumpah bahwa kaum lelaki semuanya setara. Setara dengan aligator bermuka dua. Diputuskan seminggu sebelum menikah oleh mantannya membuat Al...
38K 6.6K 48
Pengantar: Begitu Yuan Jingzhi memenangkan medali emas di God of Cooking Contest, dia mengenakan partner wanita pakan meriam dalam teks keren StarCra...
89.8K 9.2K 48
(Romance/Chicklit/Family) Cori dan Ben hanyalah remaja yang sedang menikmati masa muda sebelum mengenal apa itu masalah. Berpetualang mencari cincin...