T R A P P E D

By eatectner

925K 69.3K 6K

[COMPLETED] One fraction of a moment you can fall in love, a love that takes a lifetime to get over | #26 in... More

Prolog
Chapter [1]
Chapter [2]
Chapter [3]
Chapter [4]
Chapter [5]
Chapter [6]
Chapter [7]
Chapter [8]
Chapter [9]
Chapter [10]
Chapter [11]
Chapter [12]
Chapter [13]
Chapter [14]
Chapter [15]
Chapter [16]
Chapter [17]
Chapter [18]
Chapter [19]
Chapter [20]
Chapter [21]
Chapter [22]
Chapter [23]
Chapter [24]
Chapter [25]
Chapter [26]
Chapter [27]
Chapter [28]
Chapter [29]
Chapter [30]
Chapter [31]
Chapter [32]
Chapter [33]
Chapter [34]
Chapter [35]
Chapter [37]
Chapter [38]
Chapter [39]
Chapter [40]
Epilog
Information
Extra Chapter
Let's talk with the cast!
Role Play

Chapter [36]

13.4K 1.2K 116
By eatectner

Peterpan - Semua Tentang Kita

"Kenapa?"

Satu kata itu yang mampu diucapkan oleh Via setelah otaknya berusaha mencerna kalimat yang baru diucapkan oleh Reon.

"Kenapa Yon?"

Yang ditanya tidak mengeluarkan suara sama sekali. Alih-alih menatap Via, pandangan kosong Reon melihat ke arah selimut di depannya. Entah kenapa, dia tidak mampu melihat wajah perempuan yang duduk di atas kasur itu.

"Reon jawab!"

Bentakan Via membuat Reon memberanikan diri melihat perempuan itu. Masih tetap bungkam, Reon membenarkan posisi duduknya.

Reon menelan ludahnya sendiri, saat ini yang benar-benar dia inginkan adalah menghilang dari bumi, atau berada di suatu tempat yang tidak akan ditemukan oleh siapapun. Bahkan untuk menjelaskan ke Via saja, dia tidak bisa.

Perlahan Reon berdiri dari tempatnya duduk, mengelus kepala Via yang terlihat gelisah dan masih menatapnya, sebelum dia memegang bagian belakang kepala Via, memejamkan matanya, dan mencium pelipis perempuan itu dalam, dan cukup lama.

"Hope this is the best for you," bisik Reon pelan.

Setelah itu, Reon bersiap untuk berdiri dan melangkahkan kakinya keluar dari kamar Via yang masih berusaha mencerna semua ini. Otaknya benar-benar sedang tidak dapat diajak bekerjasama untuk mencari tau kesalahannya yang membuat Reon menyudahi hubungan mereka begitu saja.

"Reon kalo kamu keluar dari sini aku bener-bener ga mau ngomong sama kamu lagi."

Sesungguhnya, tujuan Via mengucapkan kalimat itu adalah supaya Reon menghentikan langkahnya dan kembali duduk di hadapannya. Empat detik kemudian perempuan itu menyadari bahwa itu adalah cara terbodoh yang pernah ada.

Karena yang sekarang dia dapatkan adalah Reon tetap berjalan keluar dari kamar, tanpa melihat ke arah perempuan yang kini sudah terisak di tempatnya. Bukan karena Reon tidak peduli, melainkan karena laki-laki itu tidak menyangka akan sesakit ini rasanya.

****

Sudah satu jam Reon mengendarai mobilnya tanpa arah tujuan. Dadanya berkecamuk dan dia dapat merasakan kepalanya yang terasa sangat berat. Ia merasa menyesal telah meninggalkan Via sendiri di kamarnya. Namun satu hal yang pasti, laki-laki itu tidak menyesal dengan apa yang baru saja dilakukannya.

Alasannya bukan karena sakit hatinya soal ciuman Gadhra dan Via tempo hari, lagipula niat awal Reon datang ke rumah perempuan itu bukan untuk mengutarakan kata putus.

Reon membelokkan mobilnya menuju rest area Cibubur. Entah bagaimana caranya laki-laki itu sudah mengendarai mobilnya sampai ke daerah sini. Ia memarkirkan mobilnya sejenak, sebelum ia menurunkan sandaran kursi mobilnya, mencoba untuk beristirahat sebentar sambil menenangkan pikirannya yang berkecamuk.

Sambil tiduran, Reon memijat-mijat kepalanya yang terasa berat. Bayangan wajah Via yang terlihat sangat kaget tadi kembali berputar di pikirannya.

Berulang kali tiap kalimat yang diucapkan oleh Gadhra berputar di dalam otaknya. Seakan dia merasa kalau dirinya hanyalah penghalang untuk Via dan Gadhra yang notabene-nya tidak akan pernah terpisahkan, sebesar apapun masalah mereka.

Atau saat ini dia hanya merasa insecure dengan kehadiran Gadhra? Orangtua Via begitu percaya kepadanya sampai-sampai dengan gampangnya mereka menyuruh laki-laki itu untuk masuk ke kamar Via, sementara selama ini dirinya hanya bisa menjenguk Via di ruang keluarga-sesuai dengan peraturan rumahnya: laki-laki tidak boleh masuk kamar.

Ingatannya kembali lagi saat ia tidak sengaja melihat Setyo, ayah Via bersama Gadhra tempo hari. Bagaimana mereka yang terlihat sangat akrab hari itu. Seakan Gadhra memang berpengaruh besar dalam kehidupan Via, dari segi manapun.

Untuk soal itu, Gadhra memang sudah satu langkah di depannya. Alasan utamanya adalah dia tidak siap kalau Gadhra berhasil melangkahinya lagi, kembali memenangkan hati Via. Dan Reon memilih untuk menyerah, bahkan sebelum dia mulai berjuang.

"God..."

Tanpa disadarinya, laki-laki itu sudah bergumam sambil memegang kepalanya yang benar-benar terasa berat. Reon menghela nafasnya, berusaha untuk menenangkan dirinya, dan menghadapi fakta bahwa Via sekarang bukan miliknya lagi.

****

Entah sudah berapa lama Via berdiam diri di kamarnya. Otaknya berpikir keras, berusaha untuk mencari tahu kesalahan apa yang sudah dibuatnya. Karena saat ini Reon bukan seperti Reon yang dikenalnya, yang akan memutuskan hubungan mereka begitu saja. Bahkan dari segala masalah yang sempat mereka hadapi, tidak pernah sekalipun laki-laki itu mengucapkan kata putus.

Semakin otaknya bekerja untuk mencari tahu alasannya, semakin tidak bisa dia menemukannya. Kecuali hanya satu. Soal ciuman kemarin, yang bahkan belum sempat dijelaskannya.

Via meringkukkan badannya di atas kasurnya. Perlahan tangannya mengambil remote ac di sampingnya, merubah suhu dari 16 derajat menjadi 24 derajat. Untungnya badannya saat ini dapat diajak bekerjasama. Demam ditubuhnya sudah tidak lagi dirasakannya, begitu pula dengan rasa mualnya.

Perlahan perempuan itu memejamkan matanya. Niatnya untuk menyusul Reon diurungkannya. Entahlah, dia hanya terlalu lelah memperjuangkan seseorang yang memang tidak mau diperjuangkan. Terlalu takut untuk merasakan hal yang sama saat Gadhra menyuruhnya pergi dulu.

Di dalam kamarnya yang hening, Via mulai mencoba untuk tidur. Satu hal yang paling disukainya saat ia sedang banyak pikiran. Seakan masalah-masalah itu hilang meski hanya selama beberapa jam. Dan dia akan kembali merasa kecewa saat terbangun nanti.

Tidak apa-apa, asalkan otak dan pikirannya dapat beristirahat untuk sementara waktu.

"We're gonna be okay," gumam perempuan itu.

****

Senin siang, Reon melangkahkan kakinya menuju kantin bersama Ditto dan Viko yang memang sedang kelaparan. Ketiganya mengurungkan niat mereka untuk nongkrong di smokar kampus, karena tidak dapat menahan rasa lapar di perutnya.

Reon duduk di salah satu meja kantin, sambil menunggu Ditto dan Viko memesan bakso. Laki-laki itu memutar-mutarkan ponselnya di atas meja, kedua bola matanya bergerak melihat sekeliling kantin. Udah rame aja nih kantin.

"Sumpah tadi gue ngeliat dede gemes!" kata Viko yang baru saja datang sambil membawa mangkok bakso. "Kayanya masi semester satu deh."

Ditto yang juga menyusul di belakang Viko membuka suaranya. "Iya dia semester satu," katanya. "Sekelas sama sepupu gue tuh."

"To lo serius?!" Viko langsung melihat Ditto yang duduk di sebelahnya. "Woy tanyain contact-nya! Dia tuh.. Ugh gemay."

Seketika Reon dan Ditto langsung melihat Viko dengan tatapan menjijikkan. Tangan Ditto langsung bergerak menampol kepala orang di sebelahnya.

"Muke lo benerin dulu," kata Ditto.

Setelah Ditto dan Viko datang membawa makanan mereka, Reon beranjak dari tempatnya duduk untuk membeli batagor yang letaknya tidak jauh dari mejanya. Reon memainkan ponselnya sambil menunggu abang batagor selesai menyajikan makanannya.

Sesaat setelah abang batagor memberikan makanannya, Reon langsung berbalik badan sambil membawa piring batagor. Laki-laki itu sedikit tersentak saat melihat Via yang berjalan dari kejauhan.

Kedua bola matanya bergerak memperhatikan Via yang sampai sekarang belum menyadari keberadaannya di kantin. Pelan-pelan dia melihat perempuan itu berjalan mendekat ke tempatnya berdiri bersama teman-temannya.

Kini keduanya saling bertatapan. Via yang kaget melihat keberadaan Reon sontak mundur satu langkah ke belakang. Suasana canggung saat itu tidak dapat dihindari, sampai pada akhirnya Reon tersenyum kecil kepada perempuan itu.

Alih-alih membalas senyuman Reon, Via memalingkan pandangannya dan langsung berjalan meninggalkan Reon yang kini tengah terperanjak kaget dengan apa yang baru saja dilihatnya.

Via baru saja mengabaikannya.

"Auch!" Suara seseorang yang Reon kenali menyadarkan Reon dari keterkejutannya. "Sakitnya tuh di sini To!"

Viko yang daritadi memperhatikan Reon dan Via di mejanya bersama Ditto langsung mengeluarkan suaranya sambil memegang dadanya.

"Bego!" Ditto menampol kepala Viko. "Anak orang lagi patah hati ini."

Ditto melirik ke arah Reon yang baru saja duduk di hadapannya. Sebenarnya dia juga sedang menahan tawanya saat melihat reaksi Reon sewaktu Via mengabaikannya tadi. Cuma, dia masih lebih punya hati dibandingkan Viko.

"Anjing lo," kata Reon singkat kepada Viko yang kini tengah tertawa.

"Karena lo udah putus," kata Viko lagi. "Via buat gue ya?"

"Enggak."

Lagi-lagi Viko tertawa. Sumpah, dia tidak bersungguh-sungguh mengucapkan kalimatnya barusan. Sekedar iseng untuk menghibur Reon.

Ditto memperhatikan Reon yang sedang mengunyah batagornya. Merasa kasihan dengan temannya sejak SMA itu. Dia tau Reon sudah putus, tapi laki-laki itu tidak berniat menceritakan alasannya. Sepertinya masalahnya cukup serius sampai-sampai Via bisa tidak meresponnya sama sekali tadi.

"Yon, Yon." kata Ditto. "Gue kira lo pasangan ter-happy yang pernah ada."

Saat ini otak Reon sedang memikirkan Via yang tadi tidak meresponnya sama sekali. Sepertinya perempuan itu benar-benar serius dengan perkataannya, kalau dia tidak mau berbicara dengan Reon lagi. Dan sepertinya Reon juga sudah harus mulai membiasakan dirinya tanpa Via, selamanya.

"Batagor gue udah abis," kata Reon pelan tanpa mempedulikan kalimat yang diucapkan oleh Ditto.

----⛔----

Continue Reading

You'll Also Like

2.2M 310K 42
(Cerita Pilihan @WattpadChicklitID Bulan Januari 2023) Afif Akelio Ramaza Hi, Sherina. Saya udah lihat profil kamu. Bisa datang wawancara ke kantor d...
8.6K 963 63
[COMPLETE] Semua orang tahu siapa Daniel Leo. Wajahnya terpampang hampir di setiap sudut kota. Tidak ada yang tidak mengenalnya. Seorang pria tampan...
93.9K 11.8K 34
Bayi experiment? Apa bayi itu akan tumbuh seperti bayi normal yang lain? Dan bagaimana jika experiment itu gagal? Akankah sesuatu yang buruk terjadi?
397K 44.3K 56
Why do people get married? Atau .... Why did she want to marry him? Maula bahkan harusnya ngerasa trauma kan? Dia udah dua kali loh menghadiri acara...