My Lovely Husband [COMPLETED]

By Sinta_yass

113K 3.3K 61

Sequel My Secret Fiance Berawal dari sebuah kesalahpahaman yang berujung pada bencana yang tidak terelakan. "... More

Prolog
01 ~ Amnesia?
03 ~ Surrender to God
04 ~ Investigation
05 ~ A Perfect Day
06 ~ Search The Truth
09 ~ Sucks
10 ~ Only You (END)
EXTRA PART
NEW STORY

08 ~ I Can't believe you

7K 291 7
By Sinta_yass

Author pov

Tiffany masih bingung, siapa yang harus ia percaya?
Ia tahu jika kepercayaan itu sangat penting dalam sebuah hubungan.
Tapi Andrew sudah menodai kepercayaan itu.

"Mungkin gue harus mendengarkan penjelasannya." Tiffany sudah mulai berpikir jernih.
Tepat setelah Tiffany berkata begitu mamanya memangil dari bawah.
"Fany ada Andrew," seru mamanya dari bawah.
"Iya ma, sebentar."

Tiffany buru-buru turun dari tangga untuk menemui Andrew.
"Hai," sapanya renyah.
"Hai," balas Tiffany.
Beberapa detik mereka tenggelam dalam keheningan.

"Lo mau minum apa?" tanya Tiffany basa basi.
"Gak usah repot-repot," tolak Andrew halus.
"Hmm... jadi?"
Andrew menjelaskan duduk perkaranya kepada Tiffany.
Sedangkan Tiffany mendengarkannya dengan seksama.

Berapa kalipun Tiffany mendengarnya ia tetap tidak bisa mempercayainya.
"Drew maaf sebelumnya, bukannya gue gak percaya tapi lo gak punya bukti."
Tiffany dengan tegas menyatakan hal itu, sebab ia tidak bisa mempercayai Andrew begitu saja.

Memang benar Tiffany menyayangi Andrew tapi bukan berarti ia menjadi buta.
Lidah Andrew kelu untuk menjawabnya.
Karena Andrew memang belum mempunyai bukti yang valid.
"Gue memang belum mempunyainya sekarang tapi nanti, pasti masih ada bukti yang tersisa."

Sebegitu percaya dirinya Andrew mengatakan hal itu.
Apa itu cuma omong kosong saja? batin Tiffany.
"Buktikan! Gue gak butuh omong kosong lo," ujar Tiffany setengah membentak.

Hal itu membuat semangat dalam diri Andrew berkobar.
Andrew akan terus menyelidiki masalah ini hingga ke akar-akarnya sekalipun.
Andrew segera berdiri,"Fan gue pulang dulu deh nanti kapan-kapan gue mampir."

Sebelum Tiffany sempat menjawab, Andrew sudah melesat pergi.
Setelah Andrew pergi Tiffany diam-diam tersenyum.
"DOR!"
"Duh, apaansih ma hampir aja Fany jantungan." Tiffany mengelus dadanya.

Mamanya hanya terkekeh,"makanya jangan melamun terus."
"Siapa juga yang melamun."
"Udah deh, tadi mama lihat loh kamu senyum."

"Cuma kebetulan," jawab Tiffany santai.
"Iya deh iya." Mamanya mengalah.

***

Andrew pov

Gara-gara perkataan Tiffany kemarin, gue mati-matian cari informasi sana-sini.
Tapi gue belum mendapatkan satupun petunjuk.
Jujur perkataan Tiffany kemarin sedikit melukai hati gue tapi sekaligus juga menghidupkan semangat.

Tiba-tiba terbersit di pikiran gue untuk membawa Tiffany kepada Anissa.
"Iya, Nisa pasti mau menjelaskan semuanya pada Fany."
Gue langsung menuju ke rumah Fany, dengan kecepatan penuh mobil gue menyalip diantara ramainya jalanan.

Dalam waktu beberapa menit saja gue sudah sampai di depan rumahnya.
Gue turun dari mobil dan membunyikan bel.
"Andrew?"
Kebetulan sekali ternyata Fany yang membuka pintu, batin gue girang.

"Fan lo harus ikut gue sekarang."
"Kemana?"
"Lo mau bukti kan? Sekarang gue bakal bawa lo ke bukti itu."
Tanpa menunggu jawaban Fany, gue langsung menarik tangannya dan menyeretnya masuk ke dalam mobil.

Segera gue menjalankan mobil agar Fany tidak mengelak.
"Drew, lo gila ya ini pemaksaan namanya." Wajah Fany terlihat semakin kesal.
"Udah lo tenang aja sebentar lagi keebenaran bakal terungkap."

Rumah Anissa, 13.00 WIB

Ting tong
Andrew membunyikan bel rumah Anissa.
"Kita ngapain sih kesini?" tanya Fany dengan nada tidak suka.
"Buktinya ada di rumah ini," jawab gue tenang.

Pintu rumah terlihatlah sosok Nisa keluar dari pintu tersebut.
"Andrew, Fany? Kalian ngapain?" tanya Nisa.
"Ada yang ingin kami bicarakan sama lo," ujar Andrew cepat.
"Yaudah, ayo masuk dulu."

Sesampainya di dalam rumah Nisa langsung mempersilahkan kami duduk.
"Nis, sekarang coba jelaskan kesalahpaham kita kemarin."
"Kesalahpaham yang mana?"

"Yang lo nyatain perasaan ke gue."
Wajah Nisa berubah berseri-seri entah mengapa.
"Oo yang itu, gue senang banget lo masih ngungkit itu, lo terima gue kan dan kemarin lo udah janji untuk putus sama Fany."

Perkataan Nisa bagai bongkahan batu besar yang menimpa gue.
"Ooo jadi begitu, berarti gak ada kesalahpaham selama ini," ujar Tiffany naik pitam.
"Nis gue kan nolak lo kemarin," ujar gue membela diri.

"Drew kok lo ngomong gitu sih." Wajah Nisa menunjukkan bahwa ia tersinggung.
"Tapi memang benar kan?"
Nisa mulai menitikkan air mata,"kok lo tega banget sih," ujarnya seraya terisak.

"Fan, lo haru dengerin penjelasan gue dulu."
"Sepertinya gak ada lagi yang perlu dijelasin."
Fany langsung berdiri dan meninggalkan ruang tamu.
Gue mencoba mengejar Fany namun tiba-tiba Nisa menahan gue.

"Drew gue mohon jangan tinggalin gue." Tatapan Nisa yang sendu membuat gue tetap tinggal.
Gue sendiri belum tau kenapa gue gak mengejar Fany.

Tiffany pov

Setelah mendengar pernyataan dari Anissa gue langsung keluar dari rumah itu.
Gue benar-benar gak tahan, tega sekali Andrew bohong sama gue.
Jelas-jelas tadi Anissa sendiri yang bilang bahwa mereka jadian.

Apa gue segitu bodohnya sampai-sampai gue mau aja dengerin penjelasannya kemarin.
Cukup sudah, rasanya sulit sekali untuk mempercayai cerita Andrew kemarin.
Gue menyetop taksi yang kebetulan lewat.

Lihat dia bahkan gak ngejar gue.
Huh, memang seharusnya gue gak jatuh dalam perangkap itu untuk kedua kalinya.
Bodohnya gue.

***

Author pov

Sesampainya di apartemen Andrew mengurung diri di kamarnya.
Apa memang benar Nisa yang melakukan semuanya?
Sekarang puzzle yang sudah lama terkubur kembali bangkit.

"Gue gak tau lagi harus berbuat apa."
Andrew benar-benar frustasi.
Ia tidak tahu jika Anissa akan berbohong pada Tiffany.
Awalnya ia benar-benar mempercayai Anissa sebagai sahabatnya.

Andrew langsung mengubungi Nathan dan Rian untuk membicarakan masalah ini.

*Line*
Andrew : Guys
Nathan : Hm... tumben lo ngechat kita
Andrew : Gue ada kabar serius
Rian : Kabar apa?
Andrew : Kayaknya hipotesa kalian betul kemarin
Nathan : Hah? Hipotesa yang mana?
Andrew : Tentang Anissa
Rian : Sudah gue duga
Andrew : Anissa bohong ke Fany, dia bilang kalo gue sama dia jadian
Rian : Huh! Murahan
Nathan : Walaupun dia cewek gue harus bilang kalo dia itu brengsek
Rian : Wanita ular berkepala dua
Nathan : Ternyata lo marah juga yan
Andrew : Gue sudah berusaha buat jelasin ke Fany tapi hasilnya nihil
Rian : Gue otw ke rumah lo
Nathan : Gue otw ke rumah lo (2)
*Off*

Beberapa menit kemudian, deru motor terdengar di depan rumah Andrew.
Asisten rumah tangga di rumah Andrew langsung membukakan pintu.
"Halo bro."
Nathan dan Rian memasuki kamar Andrew.

Saat ini Andrew memang memutuskan untuk sementara akan tinggal di rumah orang tuanya.
Entah apa yang akan dia lakukan bila ia berada di apartemen sekarang.
"Yeah," jawab Andrew lesu.
"Jadi, menurut kalian gimana?"

"Simple, lo cari bukti atau lo paksa dia buat buka mulut." Kata-kata Rian terdengar sangat kejam bagi Andrew.
"Gila yan sadis banget lo," celetuk Nathan.
Rian hanya memutar bola matanya malas.

"Tapi, kalo menurut gue kira selidiki secara diam-diam aja nanti kalo Anissa tau dia pasti langsung mencari antisipasi."
"Kayaknya saran Nathan patut dicoba," ujar Andrew akhirnya.
Nathan menatap Rian dengan wajah bangga.

"Apa yang harus kita selidiki duluan?"
Nathan dan Rian tampak berpikir apa yang harus mereka lakukan.
"Mungkin kita harus memancing dia?"
"Mancing gimana?" tanya Andrew bingung.

"Kita harus membuat dia marah supaya dia tergerak untuk melukai Fany." Rian menjelaskan idenya lebih detail.
"Kayaknya boleh juga ide lo," puji Nathan.
"Tapi apa yang membuat dia marah?"

Rian mengambil tas punggungnya dan merogoh sesuatu.
Ternyata Rian mengambil hpnya dark dalam tas.
Ia tampak sedang membuka sesuatu di dalam hpnya.
Setelah selesai Rian menyuruh Andrew dan Nathan untuk merapat.

Ia menunjukkan sebuah foto yang ada di dalam galerinya.
"Sebuah foto bersejarah yang mampu meluluh lantakkan hati seseorang."
"Ya, lo benar bahkan hanya karena sebuah foto seseorang nekat untuk berbuat lebih."
Tiba-tiba Andrew menolehkan kepalanya ke sudut ruangan.

"Sebaiknya sekarang lo keluar dari tempat persembunyian itu atau gue sendiri yang bakal nyeret lo keluar!"
Kata-kata Andrew sontak membuat Nathan dan Rian bingung.
Siapa sebenarnya yang sedang bersembunyi di kamar Andrew.

Hai, maaf ya telat
Alasannya klise banget karena gue kehabisa stok ide 🙏
Sorryyy...
Semoga kalian suka ya dengan paet barunya

Sinta_yass
1 November 2016
Palembang

Continue Reading

You'll Also Like

125K 8.3K 60
"aku selalu minta sama tuhan,untuk ambil nyawa aku satu hari sebelum tuhan ambil nyawa kamu". ... "kamu adalah anginku ketika panas,dan kamu adalah p...
375K 31.7K 27
Saat Zafran kembali setelah menyelesaikan pendidikannya, dia bertemu kembali dengan cinta pertamanya Naya. Saat Zafran mulai memberanikan diri untuk...
2.6M 69.5K 38
Zita terpaksa menikah dengan Alvo-anak dari teman mamanya-membuatnya menjadi bahan gunjingan karena umur Alvo yang terpaut jarak tujuh tahun. Ketika...
32.9K 1.4K 44
***Karena ada sedikit masalah, akun saya yang #shivachandra# saya tutup. Dan novel-novel saya disana akan saya Up ulang dengan beberapa perubahan yan...