[BTS FF] Verstand

By ryokucha136

30.4K 2K 488

[A BrotherShip Collection] Starring : BTS member (Mainly V) length : Oneshot (with or without Sequel), Two Sh... More

Just, What if
Rubber Band
Hide and Seek
Eccedentesiast
Sadness [eccedentesiast sequel]

Useless

6K 416 193
By ryokucha136


cast : Kim Taehyung, all BTS member, Kim Minjae, Son SongDeuk


WARNING FOR TYPOS DAN SEGALA ADEGAN CHEESY DALAM FF INI

PASEO WARNING, DAN BAGI YANG BACA DI TEMPAT UMUM, TOLONG TAHAN EMOSI ANDA


0o0o0

i still can't  believe it, all of this seems like a dream, 

please, don't try to dissapear

-Butterfly, BTS

0o0o0


Dentuman energik memenuhi ruangan itu. Desah napas tujuh orang yang tengah menari mengikuti dentumannya terdengar jelas. Mereka terlihat lelah dengan keringat mengalir dari pelipis dan leher. Mereka jatuh terduduk setelah musik berhenti berputar. Namun segera menegakkan diri saat seorang pria yang sejak tadi berdiri di pojokan maju ke depan dan duduk di sebuah bangku yang telah disapkan.

"hampir sekali, beberapa orang melakukan kesalahan," pria itu membuka suara. Tujuh pemuda yang tengah terduduk sembari mengatur napas kini duduk dengan tegang.

"Taehyung-ah," ucapnya, "gerakanmu kadang lebih lambat dari yang lain."

Taehyung menunduk saat merasakan teman-temannya meliriknya dengan tatapan tajam. Pemuda dengan rambut kecokelatan itu menggigit bibirnya sendiri, kemudian menggumamkan maaf pelan. Kemudian mendengarkan arahan lain dari Son Songdeuk, pelatih mereka.

Ia memuji gerakan Jungkook dan Hoseok yang merupakan main dance mereka, memuji Jimin yang belajar dengan cepat meskipun baru tergabung ke dalam grup mereka selama beberapa bulan, dan mengeluh tentang gerakan Yoongi yang kelihatan malas-malasan. Kemudian memarahi Jin dan Namjoon yang gerakannya masih agak kaku dengan nada bercanda.

"Setidaknya ada kemajuan dari kemarin. Tinggal latih saja sinkronisasi kalian lagi, aku yakin kalian akan berkembang dengan cepat," SongDeuk menutup dengan kata-kata yang seolah menekankan kesalahan Taehyung, kemudian beranjak keluar dari ruang latihan.

"Tae-Hyung, sudah kubilang perhatikan cermin saat menari, jangan exited sendiri," sergah Jungkook saat yang lain merebahkan diri di lantai karena kelelahan.

Taehyung menggigit bibirnya sendiri sebelum kemudian menyunggingkan senyum lebar pada Jungkook, "aku mengerti, maaf!"

Taehyung bisa melihat Jungkook berdecih sebelum beranjak mengambil tasnya karena mereka akan kembali ke asrama. Pemuda dengan rambut hitam pekat itu merangkul Jimin dengan begitu akrab sebelum melangkah keluar ruang latihan diikuti member lainnya—meninggalkan Taehyung sendirian di ruang latihan.

Taehyung memandang pantulannya sendiri di cermin besar ruang latihan. Kemudian menghela napas sebelum menghampiri ponselnya dan mulai memutar musik yang baru saja selesai mereka latih. Ia harus berusaha keras agar yang lain mau menerimanya

---

"hanya orang bodoh yang mau membunuh dirinya sendiri," Taehyung mendengar suara Jungkook saat ia memasuki ruang tengah dorm mereka. Jungkook, Namjoon, Yoongi, dan Jimin terlihat sedang menonton film di ruang tengah. Jin dan Hoseok menyambutnya dengan sederet kalimat berisi makan malam akan siap sebentar lagi dan menyuruhnya mandi, yang ditanggapinya dengan anggukan dan senyumaan cerianya yang biasa.

"bodoh, ya?" bisik Taehyung saat ia meletakkan tasnya di lantai kamar yang ditempatinya bersama keenam member lainnya. Asrama mereka ini hanya memiliki satu kamar, dan mereka terpaksa tidur di satu kamar yang sama.

Taehyung kemudian bergerak ke kamar mandi dan membasuh tubuhnya. Kemudian bergerak kearah tasnya, mengambil sebuah botol dengan beberapa pil putih di dalamnya. Mengeluarkan dua diantaranya, kemudian menegaknya tanpa air.

"tinggal sedikit, aku harus beli lagi," gumamnya saat melihat pil-pin dalam botol itu bergerak meimbulkan bunyi-bunyi kecil saat ia menggerakkanya.

"Tae, makan malam sudah siap, ayo!" Hoseok memanggilnya dari pintu yang sedikit terbuka. Taehyung segera menyembunyikan botol itu dibelakang tubuhnya dan mengatakan ia segera menyusul pada Hoseok.

Setelah Hoseok menghilang, ia kembali menyimpan botol itu di dalam tasnya, kemudian menyusul yang lain untuk makan bersama.

---

"Jae," Taehyung kini sedang menyandarkan tubuhnya di pagar pembatas Sungai Han.

Minjae, pemuda yang berdiri disampingnya menjawab dengan deheman pelan. Ia adalah salah satu trainee di agensi yang sama dengan Taehyung, namun dia dilatih untuk menjadi aktor, bukan menjadi anggota boygroup seperti Taehyung. Minjae juga adalah sepupu Taehyung yang paling dekat dengannya.

"yang bunuh diri hanya orang bodoh, ya?" tanya Taehyung. Mengundang geplakan sayang dari Minjae untuknya.

"jangan pernah berpikir tentang hal semacam itu, bocah labil," sergah Minjae saat Taehyung tengah sibuk mengelus belakang kepalanya yang dipukul Minjae.

"aku hanya bertanya, Minjae bodoh. Dan ngomong-ngomong Jae, aku lebih tua darimu," Taehyung membalas geplakan Minjae dikepalanya.

"oke, Taehyung-Hyung," Minjae sengaja menekankan kata Hyung di kalimatnya tadi. Dan mendengar itu Taehyung malah mengernyitkan dahinya.

"Hentikan, rasanya aneh mendengarmu memanggilku Hyung," Taehyung terkekeh.

Mereka terdiam sesaat, Taehyung sedang memungut sebuah batu bertekstur lembut saat Minjae membuka suaranya.

"ngomong-ngomong Hyung, siapa yang mengatakan hal semacam itu padamu?"

Taehyung melempar batunya dengan gestur khas, memperhatikan batu itu terpantul tiga kali di permukaan sungai sebelum kemudian tenggelam.

"tidak ada," jawabnya pelan. Minjae mengangkat alisnya.

"lalu?" Taehyung tidak menjawab, namun Minjae terus menatapnya minta penjelasan.

"aku mendengar Jungkook mengatakannya," Taehyung akhirnya berucap setelah lelah dengan tatapan Minjae yang seolah ingin mengulitinya.

"bocah itu lagi, jangan pikirkan semua kata-katanya Hyung, dia itu agak—yah kau tahu lah," Minjae memutar bola matanya untuk ke sekian kalinya mendengar keluhan Taehyung tentang Jungkook.

"Jae," Taehyung menegur mendengar Minjae lagi-lagi memanggilnya Hyung. Sementara Minjae terkekeh melihat Taehyung yang menekuk wajahnya sedemikian rupa.

"Minjae-ah, kurasa lebih baik aku jadi aktor sepertimu kan? Setidaknya aku bisa tinggal bersamamu," Taehyung berucap lirih sembari menatap kearah aliran air dibawahnya. Ia sangat suka berdiam disini. Melihat aliran air yang tenang seperti ini membuatnya ikut merasa tenang.

Minjae ikut memperhatikan hal yang sama dengan Taehyung, "kenapa?"

"entahlah, Jungkook bisa melakukan segalanya dengan baik, rasanya aku tidak berguna sama sekali," ucap Taehyung lirih.

Minjae menoleh cepat mendengar penuturan Taehyung tadi, membuat Taehyung yakin lehernya akan sakit setelah itu. Namun Minjae segera merenggut tas yang tersampir di sebelah bahu Taehyung dan mengaduknya.

"ya! Kim Minjae! Apa yang kau lakukan?!" seru Taehyung kesal.

Minjae berhenti setelah medapatkan sebuah botol yang tersimpan di kantong depan. Botol isinya yang hanya tersisa sedikit itu diangkatnya dan membuat Taehyung terdiam. Bibirnya terkatup rapat saat Minjae menatapnya tajam.

"kau minum ini lagi? Sejak kapan?" geram Minjae. Ia meneliti isinya, menghitung dalam hati. Dua belas butir. Padahal seharusnya botol ini masih terisi setidaknya setengahnya.

"ayolah Jae, aku butuh itu, aku agak gelisah akhir-akhir ini," Taehyung menyergah dan mencoba merebutnya dari Minjae, "aku butuh tidur."

"tidak, Tae, dengarkan! Kau bilang kau sudah tidak minum ini lagi!" seru Minjae marah.

"aku memang berhenti," Taehyung membalas dengan gelisah. Menggenggam erat botol itu saat mendapatkannya dari tangan Minjae.

"Tae, kau bilang kau merasa tenang bersama mereka," Minjae berkata dingin. Matanya menelisik raut gelisah di wajah Taehyung.

"untuk periode beberapa bulan—memang iya," Taehyung menggigit bibirnya dengan gugup, "tapi waktu debut semakin dekat, Aku tidak bisa menari dengan benar meskipun aku berlatih keras. Aku hampir tidak tidur memikirkannya."

"kau hampir tidak tidur sama sekali?!" nada suara Minjae naik seketika. Ia menatap Taehyung dengan marah karena kecerobohan sepupunya itu.

"ti—tidak, aku tidur, tentu saja. Hanya kena insomnia selama tiga hari, lalu aku minum obat lagi," Taehyung menyadari dirinya salah bicara setelah melihat wajah Minjae yang terlihat semakin marah. Dan segera mengatupkan bibirnya melihat raut Minjae saat ini.

Ia menundukkan kepalanya dalam-dalam sementara Minjae menghela napas, berusaha mengatur emosinya. Ia tahu, emosi Taehyung sedang sangat labil saat ini, dan sangat bodoh bila ia menghadapi sepupunya itu dengan emosi meledak-ledak. Sungguh, memiliki sepupu seperti Taehyung membuatnya lebih dewasa dari seharusnya.

"aku berjanji akan mengerjakan apapun yang kau ucapkan, tapi tolong, jangan ambil obat ini dariku," hati Minjae serasa disengat listrik saat melihat Taehyung menggenggam botol obat itu seperti menggenggam hidupnya sendiri.

Minjae menghela napas, "baiklah Hyung, jawab pertanyaanku. Berapa dosis yang kau minum akhir-akhir ini?"

"dua," jawab Taehyung takut-takut.

Mata Minjae kembali membulat dan ia hampir membentak pemuda berambut cokelat itu bila tidak ingat kondisi Taehyung. Ia ingin sekali mengumpat karena Taehyung menambah dosis seenak jidatnya. Tapi sungguh, ia tidak tega melihat raut memelas pemuda itu.

"kenapa kau menaikkan dosisnya? Sudah kubilang obat itu tidak bisa kau minum seenak jidatmu Tae," Minjae berucap lembut.

"karena satu sudah tidak cukup, Jae. Aku masih tidak bisa tidur," Taehyung mengucapkan sembari merajuk.

Taehyung kembali menunduk saat Minjae mengambil napas, menahan marahnya.

"baik," Taehyung mengangkat wajahnya saat mendengar penuturan Minjae, dan kembali merengut saat Minjae melanjutkan, "tapi mulai sekarang, jangan mendambah dosis seenak jidatmu"

"tapi kalau aku—"

"aku tahu," Minjae memotong, "telepon aku kalau sulit tidur."

Taehyung mengangguk senang sebelum memeluk Minjae erat. Sungguh, Taehyung benar-benar bersyukur memiliki Minjae sebagai sepupunya.

"aku sayang padamu Jae,"

"aku juga,"

----

"Tae? Apa yang kau minum?" tanya Jimin setelah latihan hari itu. Taehyung terdiam dan mencoba menyembunyikan botol itu. Namun mengingat Jimin sudah terlanjur memergokinya, Taehyung hanya menunjukkan cengirannya.

"aku tidak enak badan akhir-akhir ini. Jadi aku minum vitamin, Minjae yang memberikannya," Taehyung berkilah. Sementara Jimin mengernyitkan dahi. Entah kenapa dimatanya cengiran Taehyung akhir-akhir ini kelihatan terpaksa. Tidak seperti saat ia pertama bertemu pemuda itu.

"Oh—oke," jawab Jimin sekenanya. Kemudian mereka berdua melangkah keluar dan makan malam bersama seperti biasa. Taehyung menghela napas, ia hampir ketahuan Jimin.

Taehyung menghitung dalam hatinya, delapan butir obat yang tersisa. Ia akan minta Minjae mengantarnya membeli obat itu lagi nanti.

---

"Kim Minjae!" Minjae menoleh saat mendengar seseorang memanggilnya.

"ya?" Minjae menjawab sembari memandangnya heran. Seingatnya ia salah satu member calon boygroup yang sama dengan Taehyung. mengingat hal itu membuat Minjae kesal.

"aku Park Jimin," Jimin mengulurkan tangan.

"aku tahu, Taehyung cerita banyak tentangmu," jawab Minjae, "jadi, ada apa?"

"apa kau benar-benar memberikan vitamin untuk Taehyung?" tanya Jimin.

Minjae terdiam, teringat cerita Taehyung semalam sebelum tidur tentang Jimin yang memergokinya, "ada apa memang?"

"aku memperhatikan, ia mulai sering meminum itu sekitar dua bulan ini. Dan aku baru dapat kesempatan memergokinya semalam. Dia bilang itu vitamin darimu, apa itu benar?"

Minjae terdiam, Taehyung memang ceroboh. Tapi biasanya ia sangat berhati-hati saat hendak minum obat. Ia menimbang, bisakah ia mempercayai Jimin?

"Park Jimin, boleh aku minta tolong padamu?" Minjae mengabaikan pertanyaan Jimin tadi dan melemparkan permohonan padanya.

"hm?" Jimin menjawab dengan heran. Minjae galak sekali awal pertemuan tadi, dan sekarang dia tiba-tiba meminta tolong? Luar biasa.

"tolong, jangan biarkan Taehyung sendirian, dan sebisa mungkin jangan membuatnya tertekan," Minjae terdiam sebelum menambahkan,

"Kumohon."

Dan Minjae memutuskan percaya padanya.

---

"ayolah Hyung, kau sudah melakukan kesalahan yang sama sebanyak tiga kali!" sergah Jungkook pada Taehyung dengan marah. Taehyung sendiri menunduk dalam. Ia bisa merasakan Hoseok dan yang lain juga melempar pandangan kesal padanya.

"ma—maaf aku—"

"hei ini hanya latihan kalian jangan seperti itu," Jimin berusaha membela Taehyung saat melihat pemuda itu memucat. Ia teringat pesan Minjae tentang tidak membuat Taehyung tertekan.

"tapi Jim, kita sudah berlatih hampir enam jam hari ini dan Taehyung masih tetap melakukan kesalahan, di bagian yang sama," Yoongi menimpali. Sementara yang lain hanya membuang muka dengan kesal. Mereka semua kelelahan, Jimin tahu. Tapi Taehyung mungkin sedang memikirkan sesuatu hingga tidak bisa berkonsentrasi.

"sudahlah, kita lanjutkan besok saja," sergah Namjoon sembari mengambil tasnya. Member lain mengikutinya, sementara Taehyung masih mematung di tengah ruang latihan.

"Tae, ayo latihan bersamaku," Jimin berucap lembut. Kemudian Mulai mengajari Taehyung pelan pelan.

"Hyung, ayo, kita harus makan malam," Jungkook memanggil mereka.

"ayo, Tae," ajak Jimin.

"aku mau latihan dulu, kalian duluan saja," Taehyung menolak, "terimakasih sudah mengajariku, Jim."

Jimin mengangguk kaku saat dirinya diseret Jungkook keluar. Ia teringat kata-kata Minjae tentang tidak meninggalkan Taehyung sendirian, tapi entah kenapa ia tidak bisa melawan Jungkook yang menyeretnya.

Sementara itu, Taehyung kembali menyalakan musik dan berusaha bergerak seperti yang dicontohkan Jimin tadi. Lelah, ia kemudian mendudukkan dirinya bersandar pada kaca besar. Kemudian merenung.

Ia teringat kata-kata Bang PD tadi siang. Setelah koreo mereka untuk satu lagu ini lancar. Mereka akan diberi kesempatan menggarap album dan debut dalam waktu tiga bulan. Tesnya akan diadakan tiga hari lagi, dan kalau masih tidak berhasil kemungkinan akan diundur lagi hingga mereka berhasil menyelesaikan satu lagu ini.

Dan yang membuatnya tertekan adalah, kesalahan selalu berada padanya. Jin dan Namjoon juga melakukan beberapa kesalahan, tapi karena posisi mereka dibelakang, kesalahan mereka tidak terlihat kentara. Sementara posisinya berada agak di depan dan cukup terlihat bila melakukan kesalahan.

Taehyung tanpa sadar merogoh obat yang tersimpan di kantong depan tasnya. Menghitung dalam hati, ia tidak akan meminumnya hari ini.

Taehyung memejamkan matanya, ia lelah sungguh. Namun ia tidak bisa memutuskan kontrak begitu saja. Taehyung merasa kepalanya pusing, namun tetap berdiri dan melatih gerakannya. Ia akan berusaha keras agar tidak menyusahkan membernya yang lain. Dia akan berlatih sampai tidak bisa bergerak kalau perlu.

Cukup keluarganya saja yang sudah ia bebani.

---

"sedikit lagi, perhatikan ekspresi kalian. Jangan menari sendiri-sendiri. Aku akan tes kalian lagi minggu depan," Taehyung merasa pening saat mendengar evaluasi Bang PD.

Mereka semua mengerang lelah, Taehyung jatuh berlutut sementara segala hal bercampur aduk dalam dirinya. Penat, rasa bersalah, lelah, semuanya. Ia berlatih sendirian hingga hampir tertidur di ruang latihan selama tiga hari berturut-turut. Ia tidak makan malam dan menggantinya dengan bergelas-gelas kopi instan yang dibelinya di mesin penjual kopi terdekat. Dan semuanya sia-sia.

"Tae-Hyung, sebutkan satu hal saja yang bisa kau lakukan dengan benar," Jungkook menyergah saat melewatinya karena hendak mengambil tas.

Ini jam tiga sore, Taehyung mendengar mereka sepakat pulang lebih cepat hari ini karena tidak mood latihan. Dan karena besok hari minggu, mereka akan mulai latihan sejak pagi-pagi sekali setelah memperbaiki mood.

Semua orang hanya melewatinya tanpa mengindahkan eksistensinya. Dan Taehyung terus menunduk karena merasa bersalah. Hingga ia mendongak saat mendengar Suga berujar dengan dinginnya.

"tidak berguna."

Dan seketika itu juga, Taehyung merasa dirinya adalah orang paling tidak berguna di dunia.

---

Taehyung kembali ke dorm saat sudah menjelang malam. Ia menghabiskan waktunya memandangi Sungai Han selama tiga jam setelah kejadian itu, berusaha menghilangkan kegelisahan dan segala macam hal buruk di otaknya.

Dan setelah tiga jam merenung dan belum bisa mengenyahkan semua perasaannya. Taehyung memilih untuk pulang karena hari sudah mulai gelap. Biasanya saat malam pikirannya lebih gelap lagi, ia takut tanpa sadar nekat terjun ke dalam air dan Minjae akan membunuhnya.

Taehyung terkekeh pelan memikirkan hal itu, bagaimana caranya Minjae membunuhnya kalau dia sudah mati?

Kembali ke saat ini, Taehyung mendapati semua orang bersikap dingin padanya. Yang menyambutnya hanyalah Jimin yang langsung menghampirinya dan menanyakan serentetan pertanyaan tentang kemana saja dia dan apa yang dilakukannya.

Taehyung menjawab dengan senyuman biasanya dan beberapa kalimat tentang lelah dan ingin segera mandi. Itu jujur, tentu saja. Isi otaknya begitu banyak, dan mungkin mandi bisa menghilangkan kegelisahannya. Dan dia bisa tenang, sekalipun ada setan yang merasukinya, tidak ada benda tajam di kamar mandi kecuali pisau cukur.

Pisau cukur—Ah, silet didalamnya mungkin bisa ia gunakan kan? Taehyung menggeleng keras berusaha menghalau seluruh pikiran anehnya.

Selesai mandi, Taehyung masih belum bisa menghilangkan rasa gelisahnya. Jimin memanggilnya untuk makan malam, dan ia takjub karena Jin masih menyiapkan satu porsi untuk dirinya.

"gomawo Hyung," Taehyung berucap sebelum makan. Ia mencoba makan dengan lahap, namun kali ini sesuatu menariknya, membuatnya melamun tanpa sadar dan hanya mengaduk makanannya.

"Tae," Jimin menyikutnya. Ia sadar dan melihat tatapan Jin yang terlihat memindainya.

"kau kenapa?" tanya Jin. Tak biasanya Taehyung seperti ini. Bocah itu selalu makan dengan lahap dan cepat, lalu bercerita tentang apapun yang lucu. Namun beberapa hari ini, Taehyung terlihat banyak melamun dan lebih banyak menghabiskan waktu di ruang latihan sendirian. Dan Jin yakin bocah itu selalu melewatkan makan malamnya, juga sarapan dan makan siangnya. Lihat pipinya yang berubah lebih tirus dalam waktu beberapa hari.

"o—oh maafkan aku," Taehyung meminta maaf segera setelah sadar dari lamunannya.

"apa yang kau pikirkan?" tanya Jin lagi.

"aku—tidak ada—aku tidak tahu," Taehyung menjawab terbata. Ia tidak berani menatap Jin yang memandangnya penuh selidik.

Taehyung merasa dadanya tersengat saat melihat tatapan terganggu dari Jungkook dan Yoongi. Dan ia merasa lebih bersalah lagi setelah melihat tatapan khawatir Jin, Jimin, dan Hoseok.

"aku tidak apa-apa, sungguh. Maafkan aku," Taehyung menunduk. Kegelisahannya kini makin menjadi. Ia kemudian memakan makanannya dengan cepat, hanya mengunyahnya tiga kali sebelum menelan semuanya bulat-bulat.

"Hyung, masakannmu seperti biasa enak. Aku tidak enak badan, maaf, aku akan tidur duluan," Taehyung berujar dan mengangkat mangkuk dan piring kosongnya. Menaruhnya di bak cuci piring sebelum kemudian segera beranjak ke kamar dengan segelas air di sebelah tangannya.

"oh, Jimin-ah," Taehyung berhenti saat melewati meja makan, "Boleh aku tidur di kasurmu hari ini?"

Jimin mengangguk cepat, "istirahatlah."

Taehyung menggumamkan terimakasih, kemudian berjalan cepat kearah kamar. Ia menutup pintu dengan terburu-buru saat merasakan tubuhnya limbung. Dengan segera meraih salah satu tiang ranjang tingkat mereka untuk membantunya berdiri tegak.

Ia meletakkan gelas berisi air itu di kemudian merebahkan diri di ranjang tidur Jimin. Ia meringkuk dan berusaha tidur. Ia bersyukur Jimin mengizinkannya menggunakan ranjangnya. Kepalanya sakit dan tubuhnya begitu lemas untuk sekedar memanjat naik menuju kasurnya sendiri.

Perutnya pun terasa perih. Ia baru ingat ia tidak makan apapun selain kopi instan dan beberapa lembar roti tawar selama tiga hari penuh. Taehyung mengerang pelan, ia bangkit dan meraih tasnya yang bersandar di dekat nakas.

Taehyung mengambil tiga butir obat dengan tangannya, kemudian menegak air. Setelah itu ia naik ke ranjang tidur Jimin yang tepat berada di bawah ranjang tidurnya sendiri, kemudian mencoba tidur.

Namun matanya tetap tidak mau menutup. Ia lelah, sungguh. Dan satu-satunya hal yang bisa menghilangkan lelah, gelisah, dan rasa sakitnya hanya dengan tidur. Kepalanya sakit dan pening dan ia hanya ingin tidur. Ia tidak mau berpikir tentang apapun lagi.

Taehyung terdiam sebentar sebelum kemudian menghela napas, mengambil tasnya, mengeluarkan botol obatnya dan menegak semua isinya sekaligus. Lalu menegak air dengan rakus. Biarlah Minjae memarahinya nanti, toh bocah itu tidak akan kuat lama-lama marah padanya.

Setelah itu, ia merasa perasaanya sedikit lebih tenang. Ia mengambil ponselnya, kemudian kembali merebahkan diri di ranjang Jimin. Menutupi tubuhnya hingga leher dengan selimut, kemudian mendial satu nomor yang sudah dihapalnya diluar kepala.

---

Minjae baru saja duduk di kursi meja belajarnya saat ponselnya bergetar dan menampikan nama Taehyung disana. Dengan segala serapah siap tersembur dari bibirnya, Minjae menggeser ikon hijau.

"Kim Tae—"

"Jae?" Minjae menelan kembali semua serapahnya saat mendengar suara Taehyung yang begitu lirih.

"ya, Tae?" Minjae berusaha menekan seluruh rasa khawatirnya. Pertama kalinya ia mendengar suara Taehyung selirih ini sejak lima tahun lalu.

"maaf mengganggumu malam-malam, kau pasti sudah mau tidur," Minjae melirik jam dinding, ini baru jam Sembilan. Dan jam tidurnya biasanya mendekati tengah malam. Tanpa sadar Minjae menekan tombol record.

"ada apa Tae?"

"aku ingin tidur, aku lelah, tapi aku tidak bisa tidur," ucap Taehyung.

"sudah minum obat?"

"sudah," Taehyung menjawab pendek. Minjae merasa Taehyung menjawab dengan ragu.

"ceritakan kegelisahanmu, mungkin bisa membuatmu lebih tenang,"

"debut kami diundur lagi, karena aku salah saat tes tadi siang," Minjae makin khawatir mendengar suara Taehyung yang memelan.

"lalu?"

"aku merasa bersalah karena debut kami terus diundur karena aku. Aku ingin mereka debut segera, tapi aku ingin sekali debut bersama mereka."

"kau pasti bisa Tae," Minjae berusaha menyemangatinya.

"aku berharap aku bisa, tapi kalau mereka harus debut tanpa aku. Kuharap mereka sukses besar," ucap Taehyung lirih.

Jeda lama, Minjae hanya mendengar napas Taehyung yang agak memburu di seberang sana. Perasaannya tidak enak, tapi kenapa?

"Jae, aku mengantuk."

Entah kenapa, Minjae merasa dadanya sesak saat Tehyung berucap seperti itu. Padahal biasanya ia akan melompat senang dan menyuruh Taehyung segera tidur. Namun kali ini, Minjae ingin Taehyung tetap bagun, dan bertukar obrolan ringan bersamanya. Minjae ingin sekali menggoda Taehyung atau mendengar rajukan Taehyung yang biasanya menjadi ringtone sebelum tidur untuknya.

"aku tidur,"

Sambungan terputus. Minjae merasa perasaannya sangat buruk. Tapi dengan segera ditepisnya perasaan itu. mungkin Taehyung hanya lelah, mungkin Taehyung butuh tidur karena ia sendiri tahu, Taehyung berlatih sangat keras selama tiga hari ini.

Namun, kenapa Minjae merasa ada sesuatu yang tidak beres?

---

"Jim, bangun," Jimin membuka matanya saat merasakan Jin membangunkannya. Ia melirik member tertua itu dengan wajah mengantuk saat Jin melanjutkan.

"ayo sarapan, kita akan mulai latihan pagi-pagi hari ini. Ingat?"

Jimin mengangguk pelan. Ia segera turun dari ranjang Taehyung dan bersiap-siap. Kemudian bergabung dengan yang lain di meja makan.

"mana Taehyung?"

"masih tidur, kurasa ia tidak tidur sama sekali kemarin. Jadi lebih baik kita biarkan dia tidur. Aku akan tinggalkan sarapan dan note untuknya agar ia menyusul kita nanti," Jin berujar sembari memakan sarapannya.

Jimin ingat ia berulang kali melirik pintu kamar saat mereka akan berangkat, begitu juga Jimin dan Hoseok. Ada sesuatu yang menariknya, membuatnya ingin menghampiri Taehyung di dalam kamar dan mencoba membangunkannya. Namun Jungkook, Namjoon dan Yoongi terlihat biasa saja. Mereka bahkan menyeret mereka untuk segera berangkat.

"sudah biarkan saja, dia tidak akan mati ditinggal beberapa jam kan?" ujar Yoongi pedas.

"kalau lapar, dia pasti bangun." Jungkook menambahkan.

Yang tidak mereka tahu adalah, ponsel Taehyung yang bergetar di tangannya dengan nama Minjae tertera di layar.

---

"bagus, gerakan kita sudah hampir sempurna. Semoga Taehyung-Hyung tidak merusak formasinya lagi," Jungkook berucap setelah bergerak mematikan lagu yang diputar dari ponselnya.

"Ya, tidakkah itu keterlaluan, Jungkook-ah?"

Setelah latihan selama beberapa jam tanpa Taehyung, pelatih mereka datang dengan sebuah CD di tangannya. Tangannya bersedekap dan wajahnya terlihat masam.

"aku merekam tes kalian kemarin, ingat? Kalian harus melihatnya untuk mengetahui kesalahan kalian masing-masing, dan belajar untuk tidak selalu menyalahkan orang lain," ujar pria itu.

Video berputar, dan mereka bisa melihat Taehyung tidak melakukan kesalahan satupun. Justru yang salah ada pada ekspresi Yoongi yang masih terlihat malas-malahsan dan gerakan Namjoon terlalu kaku. Juga Jungkook yang kadang terlihat terlalu mendominasi.

" Sekarang dimana Taehyung?" tanya SongDeuk.

"dia tidur—" Jin menjawab.

"dia pasti sakit, kan?" tanya Songdeuk, memotong kalimat Jin. Cara Songdeuk mengatakannya membuat mereka merasakan tusukan kecil tepat di dada.

"aku akan sangat heran kalau Taehyung tidak jatuh sakit. Dia berlatih sendiran hingga hampir pagi, kalau kalian ingin tahu," Songdeuk berucap dengan mata menelisik enam orang di hadapannya.

"dan kalian masih menyalahkannya setelah ia berusaha sekeras itu."

Jungkook, Yoongi dan Namjoon merasakan rasa bersalah menyelubungi mereka. Terutama kata-kata pedas yang mereka lontarkan pada Taehyung.

"bagaimana kalian akan menjadi boygroup yang bertahan lama jika kalian saling menyalahkan satu sama lain?" tanya SongDeuk dengan tangan terlipat di depan dada.

BRAKK!!

Pintu ruang latihan terbuka keras dan Minjae ada disana, "dimana Taehyung?"

Ia memasuki ruang latihan dengan cepat dan meraih kerah kaus yang dipakai Jimin, "Dimana sepupuku, BAJINGAN!?" serunya.

Semua orang disana terlonjak saat Minjae berteriak marah. Mereka segera memisahkan keduanya sebelum Minjae memukul wajah Jimin.

"Kim Minjae! Ada apa ini?" seru Songdeuk pada Minjae yang terus memberontak dari pegangan Namjoon, Jin, dan Hoseok, "Tenangkan dirimu!"

Minjae mengambil napas dengan kasar. Ia sangat khawatir, sungguh.

"Taehyung tidak menjawab teleponku sejak pagi, dan dia tidak ada disini!" seru Minjae.

"dia di dorm, Minjae-ya. Dia sedang sakit!" seru Jin. Namun ia sendiri tidak yakin dengan apa yang dikatakannya.

Minjae melirik jam di dinding, "ini sudah hampir jam dua belas, dan Taehyung tidak menghubungiku sama sekali," sergahnya, "aku sudah mencoba meneleponnya puluhan kali sejak aku bangun tidur."

"mungkin masih tidur," Jungkook berucap. Namun ia sendiri sangsi dengan kata-katanya.

"tanpa makan? Taehyung pasti balik meneleponku kalau dia bangun! Aku yakin sesuatu terjadi padanya!"

"jangan bercanda, Kim Minjae!" seru Namjoon marah.

"Kau pikir wajahu ini terlihat seperti orang bercanda?" Minjae berseru keras.

"ku—kurasa kita harus melihat keadaan Taehyung."

---

Sebelum Jimin menyadari apapun, ia sudah berada di depan pintu dorm dan menekan password dengan tergesa-gesa. Kemudian masuk dengan diekori Minjae yang sejak tadi tidak berhenti menyumpah mereka.

Lampu dorm mati, tidak ada yang menyala satupun. Sarapan tidak tersentuh, toples cemilan tidak berubah posisi, tidak ada satupun barang yang berpindah sejak mereka pergi tadi pagi.

Jimin dan Minjae segera menuju ke kamar tidur, dan mereka mendapati kamar yang gelap gulita.

"posisi tidurnya tidak berubah sama sekali," Jimin bergerak maju sementara Minjae menyalakan sakelar lampu.

"Tae?" Jimin memanggil. Ia menaiki ranjangnya dengan berisik berharap Taehyung bangun dan menyumpahinya. Namun Taehyung tetap diam.

Sementara itu, mata Minjae menangkap tas Taehyung yang tergeletak begitu saja di lantai.

"Tae," terdengar suara Jimin lagi. Kini member lain berkumpul di depan pintu. Songdeuk yang ikut bersama mereka berdiri paling depan.

Minjae merogoh kantong depan tas Taehyung dan menemukan botol itu kosong.

Sementara Jimin meraih selimut yang menutupi tubuh Taehyung, kemudian meraih bahunya. Dan saat itu juga, ia kembali menarik tangannya. Dengan mata melebar, dan bibir yang kelu. Minjae bergerak menghampiri Jimin dengan langkah pelan.

Songdeuk yang melihat reaksi aneh mereka berdua segera menghampiri Jimin. Memegang bahu anak itu dan merasakan bahu itu gemetar hebat. Wajah Jimin begitu pucat hingga ia yakin sesuatu yang buruk terjadi pada Taehyung.

Songdeuk mengulurkan tangannya, meraih tubuh Taehyung dan membalikkannya menghadap mereka. Minjae dibelakangnya, dan Jimin masih terpaku di tempatnya. Dan saat Taehyung menghadap mereka sepenuhnya, sesuatu seolah menusuk dada masing masing.

Matanya tertutup. Terlihat damai, tenang, namun juga menyesakkan.

"siapapun, tolong panggil ambulans," ucapnya lirih. Dan ia bisa melihat Namjoon pergi dengan ponselnya sebelum Minjae merangsek maju, meraih tubuh Taehyung ke dalam pelukannya.

Minjae tidak ingin mempercayai semua ini.

"Tae—Taehyung! Kim Taehyung!!" serunya saat tubuh Taehyung yang berada dalam dekapannya terkulai lemas. Air matanya turun saat ia tidak merasakan kehangatan yang biasa terasa saat ia memeluk sepupunya itu.

"KIM TAEHYUNG! BUKA MATAMU ATAU AKU AKAN MEMBUNUHMU!!!" jerit Minjae saat terdengar sirine ambulance.

Minjae terisak. Ia sudah gagal menjaga Taehyung.

---

Jimin berdiri di depan gundukan tanah yang masih basah. Ia masih tidak mau mengakui apa yang terjadi kemarin kalau saja tidak melihat tulisan yang tertera di batu itu.

Kim Taehyung

December, 30 1995

March, XX 2013

Ia bisa mendengar Jungkook menangis di samping kanannya. Suga yang diam dengan mata memerah disana. Namjoon yang terdiam dengan tatapan mata kosong. Serta Jin dan Hoseok yang tidak berhenti menangis sejak kemarin.

Jimin sudah tidak bisa menangis. Ia sudah menangis sepanjang perjalanan dalam ambulance bersama Minjae kemarin.

Oh, Minjae. Dia terlihat berada paling dekat dengan batu nisan. Dengan wajah tertekuk, mata kosong, dan wajah luar biasa pucat. Taehyung adalah sepupu terdekat yang sudah dia anggap kakaknya sendiri. Dan nampaknya tidak ada yang lebih sedih daripada Minjae.

Jimin ingat, saat Minjae meneriaki mereka dengan seluruh sumpah serapah yang diketahuinya. Tentang segala kehidupan Taehyung yang dipendamnya. Tentang Taehyung yang selalu dikatai tidak berguna oleh orang tuanya sendiri, tentang Taehyung yang meminum obat tidur selama enam tahun terakhir karena kegelisahannya. Tentang segala perilaku mereka yang menambah kegelisahan Taehyung.

Hingga puncaknya, saat dokter datang dan mengatakan Taehyung dinyatakan meninggal.

Overdosis. Obat tidur yang seharusnya hanya diminum dua butir maksimal, ia menelan delapan sekaligus.

Jam kematian, pukul 02.00 pagi. Saat mereka semua sedang tidur, Taehyung meregang nyawa. dalam keadaan tertidur, Sendirian. Mereka ada disana, di ruangan yang sama, dan mereka tidak tahu apa-apa.

Jungkook sangat mengingat hari itu. hari dimana Jimin, Jin, dan Suga jatuh terduduk. Dimana Namjoon mulai membenturkan kepalanya ke dinding. Hari dimana Hoseok seolah kehilangan seluruh harapannya. Hari dimana Songdeuk berdiri dengan wajah tenang, namun sorot matanya memancarkan kekecewaan mendalam. Dan hari dimana Minjae berdiri tepat dua langkah darinya, menatapnya dingin.

"Kau bilang Orang yang membunuh dirinya sendiri bodoh?" Minjae berucap dingin tepat di depan wajahnya. "tapi menurutku, orang yang membuat orang lain membunuh dirinya sendiri, adalah sampah."

Malamnya, mereka berenam berdiskusi dan memutuskan tidak akan debut. Tidak tanpa Taehyung.

Satu persatu orang orang pergi. Tersisa mereka berenam bersama Minjae disana.

"aku sangat membenci kalian, sungguh," Minjae berucap dengan serak. Akibat menangis semalaman penuh, "tapi kalian harus membaca ini."

Minjae memberikan ponsel Taehyung. ada satu note yang ditulisnya di malam yang sama saat ia meninggal. dan mereka membacanya.

Kuharap mereka bisa debut dan sukses, meski harus tanpa aku.

Jimin bisa merasakan matanya kembali memanas, dan air mata turun dari mata mereka semua. Mereka menangis.

"aku harap, kalian tidak berniat membatalkan debut kalian, karena Taehyung pun mengharapkan hal itu" ucapan Minjae membuat mereka berenam memandangnya.

"Taehyung tidak berniat bunuh diri," Minjae berucap, "ia hanya meminum semuanya tanpa sadar karena lelah. Ia sempat meneleponku dan dia berharap bisa debut bersama kalian."

Jimin mendapat dorongan entah dari mana. Ia hanya ingin mendengar suara Taehyung, sekali lagi. Untuk terakhir kalinya.

Minjae mengeluarkan ponselnya, kemudian memutar salah satu rekaman telepon.

"debut kami diundur lagi, karena aku salah saat test tadi siang,"

"aku merasa bersalah karena mereka terus mundur debut karena aku. Aku ingin mereka debut segera, tapi aku ingin sekali debut bersama mereka."

"aku berharap aku bisa, tapi kalau mereka harus debut tanpa aku. Kuharap mereka sukses besar,"

---

"Annyeong Haseyo! Bangtan Sonyeondan Imnida!" seru enam orang pemuda di atas panggung besar di tengah stadion yang kini disulap menjadi arena konser megah dengan ribuan penggemar memadati setiap sudut.

Jimin dan yang lain menuruti keinginan Taehyung, mereka kini telah debut mengusung nama BTS. Dan kini, setelah tiga tahun debut, mereka berhasil menggelar sebuah konser besar dan memiliki beribu fans yang memuja mereka dari seluruh dunia.

"terimakasih untuk semua ARMY! Akhirnya kami bisa menyelenggarakan konser ini. Dan terutama, untuk satu orang yang menjadi alasan kami semua untuk debut," Namjoon berucap, kemudian berbalik menghadap layar besar di belakang mereka.

Seluruh arena tenggelam dalam keheningan saat Lagu Butterfly prologue mix berputar. Layar besar itu menampakkan foto predebut mereka, dengan tujuh orang tersenyum lebar kearah kamera. Kemudian berganti menjadi foto seorang pemuda berambut cokelat dengan senyum kotak lucu.

Jungkook terlihat menunduk dan mengusap air matanya. Begitu pula Jimin dan Jin. Sementara yang lain memandang slide foto itu dengan pandangan sendu. Di tengah lagu, Jungkook mulai ikut bernyanyi.

Don't think of anything, Don't say anything, not even a word. Just give me a smile

Setelah suara lembut Jungkook mengalunkan satu baris terakhir, suara bersitan samar terdengar. Jungkook dan Jimin saling memeluk. Hoseok yang kini dikenal sebagai J-Hope menunduk dengan air mata mengaliri pipinya, begitu juga member lain.

"Cha," Namjoon, atau kini dikenal dengan RapMonster kembali membuka suara.

"orang di slideshow tadi, tampan kan?" ucapnya sembari tersenyum lebar, meskipun wajahnya masih menyiratkan rasa sedih yang mendalam. Seluruh ARMY yang memadati area berteriak menyetujui kata-katanya.

"lagu tadi, Butterfly, adalah lagu yang kami perembahkan khusus untuk sahabat kami yang satu itu, yang kini sudah berada di surge," Namjoon melanjutkan, suaranya bergetar dan menjeda kalimatnya sebentar.

"TaeHyung-ah! Kami debut seperti keinginanmu!" teriaknya dengan sebelah tangan menutupi mata.

Tanpa mereka sadari, seorang pemuda duduk di bangku VIP, memperhatikan dari jauh. Kemudian menunduk, memandangi benda kotak di tangannya.

"mereka debut dan menjadi terkenal, dan aku sendiri, sudah sukses menjadi aktor. Kau senang?"

"mereka mengikuti keinginanmu, Tae," bisik pemuda itu, "Aku juga menuruti keinginanmu."

Satu lagi, kalimat yang ditulis Taehyung di memo ponselnya, namun sengaja tidak Minjae perlihatkan pada member lain.

Maaf karena sudah menjadi orang bodoh.

Setetes air mata jatuh dari mata Minjae, "aku kabulkan keinginanmu, Tae."

End


Berakhir dengan gajenya. Sumpeeh ku tak bisa mikir dengan ff ini.. aku gabisa bikin endingnya masa.. ku bawa angst lagii.. dan kali ini aku tega membunuh Taehyung hahahaha!!!

special for kakak kesayangan temen curhat tiap hari KembarAni

dan makasih juga buat sahabat sehidup sehidupu /karena kita masih hidup/ yang sudah meluangkan waktu untuk beta reader dan ngehadiahin sumpah serapah di chat line. buat kak nanaaaa makasih buat beta readerin juga.. kusayang dirimu kaak~ dan maafkan adik nistamu ini yang bikin kakak diliatin orang sampe dikira putus cinta :*

dan please, yang baca jangan gebugin aku.. sudah cukup dua beta reader menghadiahi caps jeblok di chat line ><

btw ff ini ada di otak aku lebih dari sebulan, dan ditulis selama 6 jam penuh minggu sore kemarin.. beta reader, terus diedit ulang karena bahasanya pabaliut pabalatak paburaset. ku sadar diri kawan..

yang baper angkat tangan!!!! aku juga baper nulisnya TAT

kugatau mau bacot apa lagi, diatas aku sudah kasih warning yaa~ mohon maafkan author nista ini.. semoga readernya sukaa..

ohya, Tomorrow.. aku belum lanjut ngetik lagi.. padahal ini sudah hari rabu >< bunuh aja bunuh gapapa.. aku lagi mabok sama integral, hukum lorentz, elektrolisis, redoks, dsb.. jadi maafkan huhu..

sampai ketemu.. semoga bisa up hari minggu :* babaaayyy!!!

Continue Reading

You'll Also Like

465K 16.7K 95
The story is about the little girl who has 7 older brothers, honestly, 7 overprotective brothers!! It's a series by the way!!! 😂💜 my first fanfic...
116K 5.8K 54
(y/n) (l/n) a girl who was born in the modern world who somewhat ends up in the taisho era of demon slayer. Her sassiness and eccentric attitude capt...
590K 13.2K 40
In wich a one night stand turns out to be a lot more than that.
132K 3.6K 74
Stray Kids is on tour! Ella wins a prize at the concert that ends up turning her entire life upside down. She uncovers the dark secrets to K-Pop and...