My Arrogant Young Boy

Por lunareclips3

260K 12.6K 986

Dia muda dan masih berusia 20 tahun. Famous, tampan, kaya, pintar, dan cerdas. Semua kesempurnaan itu ada di... Más

prolog
[1] Dia?
[2] Arrogant Boy
[3] Shock!
[4] Kertas kecil malapetaka
[5] Kiss & Kiss
[7] Isi Hati
[8] Balas Dendam
[9] Despacito
[10] T-E-R-C-Y-D-U-K
Pengumuman /// bukan update
i'm sorry, guys :(
[11] Penyesalan
[12] Pengakuan, Buka Hati?
[13] Bucin
[14] Electric Love
[15] Deg!

[6] Date?

20.1K 952 32
Por lunareclips3


"M..mas Dito"

Gugup, itulah yang di rasakan Audisa sekarang. Kepergok melakukan hal yang tak senonoh oleh orang yang ia sukai sejak lama, membuat gadis itu menjadi mati kutu dan keringat dingin menghiasi wajahnya.

"Iya Disa.." lelaki itu merespon dengan salah satu alis terangkat, memperhatikan wajah cantik nan rupawan wanita di hadapan nya yang sekarang terlihat tegang

"Kejadian barusan itu murni ketidaksengajaan. Mas tolong jangan salah paham sama Disa yaa"

"Mas ngerti kok" ujar Dito menenangkan. Lelaki itu bahkan mengelus kepala Audisa dengan lembut dan tersenyum

"Yaudah Mas pamit dulu. Maaf gak bisa lama-lama karena masih ada sedikit urusan" sambung Dito, sembari jalan berdampingan dengan Audisa di sisi kanan nya, menuju mobil yang terparkir

"Mas hati-hati di jalan, dan maaf.." pinta Audisa lagi dengan raut wajah bersalah

"Iya Dis. Semoga suka sama oleh-olehnya yaa"

"Pasti suka dong. Kan dari Mas Dito hehe" memamerkan senyuman manisnya, Disa mengangkat paper bag coklat yang tadi di berikan Dito

"Hehe baguslah" ujar Dito tersenyum malu dan menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal, "Kalau nanti Mas chat kamu, boleh?"

"Ya ampun Mas, masa mau chat aja nanya dulu sih? Disa paling nunggu chatnya Mas loh.." gadis itu pun tertawa kecil, lalu memukul pelan lengan Dito berlagak sok akrab

"Hehe yaudah Mas pamit. Selamat malam Audisa" segara masuk ke dalam mobil, Dito menurunkan kaca jendela untuk kembali melihat wajah manis Disa yang tersenyum melihatnya

"Selamat Malam kembali Mas Dito.."

Setelahnya, mobil Dito pun pergi menjauh meninggalkan pekarangan rumah. Disa yang diam di tempat seperti patung, masih tersenyum-senyum sendiri persis orang gila dengan mata yang masih saja menatap kepergian Dito.

Dari kejauhan, terlihat 2 orang yang bersembunyi di balik salah satu pilar raksasa di rumah itu, memperhatikan setiap gerak gerik Audisa dari gadis itu masih bersama dengan Dito, sampai Dito masuk ke dalam mobil dan pergi.

"Dia siapa Kek?" tanya seorang pemuda, pada seseorang di sebelah kanannya yang saat ini sedang memegang secangkir teh

"Namanya Aldito Fardiansyah, lagi dekat sama cucuku sekitaran 1 tahun yang lalu" jawab pria yang di panggil 'Kek' itu setelah menyeruput teh yang berada di dalam cangkir

Seusai insiden tadi, Audisa langsung mengampiri Dito yang terlihat terkejut di depan pintu utama. Gadis itu bahkan tidak memperdulikan pelototan kaget Kakeknya dan malah sibuk mengurusi dan memberi penjelasan pada orang lain yaitu si Dito

Sempat berbincang sedikit dengan Kakek dan Jevin, Dito tiba-tiba mendapat panggilan telepon yang membuatnya harus pergi saat itu juga. Berat hati, Audisa pun mengantarkan kepergian lelaki itu. Tentunya bukan hanya Audisa sebenarnya, 2 pria lain juga ikut mengantarkan Dito tetapi secara diam-diam dan tak terlihat.

"Aku membiarkanmu mendekati cucuku untuk sebuah hubungan yang serius bukan main-main seperti tadi. Dasar kau bocah tengik!" ucap Yusuf kesal pada Jevin yang berada di sebelahnya. Sangking gemasnya, Yusuf sampai memukul kuat pantat Jevin akibat mengingat kejadiaan memalukan di sofa tadi.

"Aku serius Kek sama Disa, cuma ini butuh proses!" balas Jevin tak terima, sembari mengusap-usap pantatnya yang baru saja terkena hantaman

"Sekali lagi kau main sosor saja pada cucuku sebelum resmi, siap-siap saja.." Yusuf menatap Jevin galak dan menggantungkan ucapannya, lalu jari tengah dan telunjuk ia rekatkan seperti gerakan akan mengunting sesuatu (?)

"Potong!" sambung Yusuf membuat Jevin bergidik ngeri dan mendadak ngilu di area tertentu

"I..iya Kek, maafkan aku" pasrah, Jevin pun reflek menutup daerah sensitifnya itu dengan kedua tangan

***

Audisa terpaksa turun dari lantai 2 rumahnya saat Yusuf meneriakan kembali namanya.

Setelah Dito pulang dan ia masuk ke dalam rumah, ia masih melihat keberadaan Jevin yang tengah terlibat perbincangan seru dengan Kakeknya entah membahas masalah apa. Melihat Jevin di sana dan tertawa saja, sudah menghancurkan seluruh mood Audisa dalam sekejap. Apalagi, ketika lelaki itu beralih menatapnya dan tersenyum lebar lalu mengedipkan sebelah matanya, sudahlah itu sangat ampuh untuk membuat Audisa mendadak mual bercampur dengan rasa kesal dan juga amarah yang memang sudah ia tahan semalaman

"Kamu kenapa toh ngeliatin Kakek segitunya Dis?" tanya Yusuf begitu melihat wajah Audisa yang sudah dipenuhi oleh aura negatif

"Disa ndak mau pergi Kek! Disa tuh masih capek tahu gara-gara semaleman ngerjain ulang proposal untuk Adi Jaya Group. Kakek tahu sendirilah komputer ku tiba-tiba di password sama orang yang kurang kerjaan!" sindir Disa sembari memonyong-monyongkan bibirnya dengan kesal ke arah Jevin, sedangkan yang disindir malah jadi gemas dengan tingkah Disa

"Jevin udah nungguin kamu dari tadi loh Dis, udahlah sana pergi saja. Tumben kan ada cowo kece yang ngajakin kamu jalan malam minggu!" celetuk Kakek menatap cucu semata wayangnya itu dengan tatapan yang sungguh sulit untuk ditafsirkan

"Tapi Disa ndak m..."

"Jangan banyak alesan! Kamu kalo enggak mau pergi kenapa malah ganti baju sampai make up begitu?! Malah warna bajunya samaan lagi sama Jevin. Janjian ya? Cie cie cuit" goda Kakek, yang tak gentar untuk menyuruh cucunya itu agar segera pergi saja bersama Jevin

Audisa meneliti kembali penampilan dirinya dari atas sampai ujung kaki. Ia saat ini tengah memakai kaos polos berwarana putih, rok kembang selutut dengan motif bunga-bunga biru tua serta flat shoes bertali warna hitam yang terlihat sangat manis saat dipakai. Lalu, pandangan nya beralih pada Jevin dan menatap pria itu dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan seksama. Dan benar saja, ternyata outfit yang mereka kenakan sekarang hampir serupa tapi tak sama. Jevin juga terlihat mengenakan kaos putih polos dan jaket kulit berwarna hitam, yang ia padu dengan celana jeans biru tua

"Kok bisa samaan gini sih?" batin Disa meringis

"Mau ngelak apalagi Dis? Udah sana buruan pergi!" usir Kakek mendorong tubuh Audisa yang tiba-tiba mendadak kaku sampai depan pintu utama dengan paksa dan tidak ada kelembutan sama sekali. Melihat kekonyolan Audisa, Jevin menjadi senyum-senyum sendiri. Bahkan suara tawanya sudah hampir mau keluar tadi

Jevin segera membuka pintu mobil dan Yusuf langsung saja mendorong gadis itu agar segera masuk lalu menutup pintu dengan seringaian puas yang tercetak jelas di wajah tua nya

"Jaga cucuku baik-baik!" pinta Kakek dan Jevin mengganguk semangat

"Jangan sampai lecet atau tergores sedikit pun!"

"Iya Kek.."

"Harus kembali dalam keadaan utuh dan sehat wal afiat!"

"Pastilah Kek!"

"Yaudah pergi sana, entar pulangnya jangan kemaleman!" Yusuf kembali memberi peringatan, dan Jevin mengangguk lagi

Tin tin

Tiba-tiba terdengar suara klakson mobil yang memekakkan telinga dari mobil Jevin, membuat Yusuf maupun Jevin terperenjat kaget.

"Yaudah Kek, aku pergi dulu. Ntar kalo lama Audisa nya malah ngambek hahahaha" setelah mendapat anggukan setuju dari Yusuf, Jevin pun segera masuk ke dalam mobil. Dari luar, Yusuf mengetuk kaca jendela di mana tempat Audisa duduk, dan gadis itu segera menurunkan kaca hingga wajahnya terlihat.Tanpa aba-aba, Yusuf langsung menarik telinga cucu kesayangannya itu hingga Disa berteriak heboh

"Ampun Kek! Disa enggak sengaja mencet klakson tadi!!" ringis Audisa sembari berusaha melepaskan jeweran Kakeknya

"Makanya jangan iseng! Aku ini Kakekmu bukan temanmu!" ujar Yusuf menirukan suara iklan obat nyamuk semprot yang ada di tv membuat Audisa ngakak

"Cie korban iklan!" ledek gadis itu

"Cie mau malam mingguan!" balas Yusuf sengit

Dan tawa Audisa seketika lenyap, digantikan seringaian puas Yusuf.

***

Jevin menghentikan laju mobilnya saat mereka berdua telah sampai di sebuah parkiran mal. Dengan tidak sabaran, Audisa keluar dari dalam mobil tergesa-gesa karena menurut gadis itu, berduaan di dalam mobil hanya bersama Jevin, bisa membuat ia terkena tekanan darah tinggi akibat Jevin yang selalu mendebat ucapannya serta terus-terusan memancing emosi

"Mau kemana? kok aku ditinggalin?" helaan nafas Jevin tiba-tiba menyergap indra pendengaran gadis itu. Tadi Audisa memilih untuk berjalan lebih dulu dengan langkah cepatnya. Namun sayang, Jevin bisa menyusul dan sekarang malah merangkul bahu gadis itu mesra

"Lepasin Jev!" perintah Audisa yang berusaha menurunkan lengan berat Jevin dari bahunya, dan berhasil

"Kenapa?" tanya pria itu membuat Audisa mendengus kesal

"Yaa karena aku ndak suka di gituin!"

"Kenapa bisa gasuka?"

"Ya mana aku tahu!"

"Ooh aku tahu!"

"Apa?"

"Karena kamu sukanya cuman sama aku kan? Hahaha!"

"Dalam mimpi mu sana!"

Setelah Audisa mengucapkan kalimatnya yang terdengar begitu menusuk, tanpa segan Jevin kembali merangkul Audisa, tetapi bukan pada bahu lagi melainkan pinggang gadis itu.

"Lep..shh.." Audisa langsung terdiam saat Jevin meletakkan jari telunjuk di bibirnya, menyuruh ia agar tetap tenang

"Malu di lihatin orang, kalau kamu teriak-teriak terus Kak.." bisik Jevin di telinga Audisa yang tertutupi beberapa helai rambut, lalu mengecupnya kilat sambil tetap berjalan lurus, memasuki pusat perbelanjaan yang ramai.

Orang-orang yang melihat dan melintas di hadapan mereka pun terperangah dengan aksi Jevin yang terlihat sangat sweet dan romantis pada pasangannya. Terlebih baik wajah Jevin dan Audisa sama-sama enak untuk dipandang.

Tetapi mereka semua hanyalah menilai dan melihat dari luarnya saja. Tidak ada yang tahu kan, bahwa sedari tadi yang di lakukan dua anak manusia itu adalah bertengkar dan terus berdebat.

***

"Kamu ngapain bawa aku kesini sih?" jengkel Audisa saat ia menatap sekitar. Dan sejauh mata memandang, yang bisa ia lihat hanyalah begitu banyak macam furniture dan juga barang-barang elektronik

"Aku mau belanja barang buat keperluan rumah Kak"

"Kenapa ngajak aku sih?!" seru Audisa kembali kesal dan memonyong-monyongkan bibirnya lagi

"Mau aku kasih tahu gak password komputernya?"

"Ck!" Audisa berdecak, yang membuat Jevin gemas sendiri hingga mencubit pipi kanan gadis itu

"Selamat datang Mas sama Mbaknya, ada yang bisa kami bantu?" ujar salah satu SPG dengan wajah yang merona merah entah karena hal apa. Sedangkan Mbak SPG yang satunya lagi, malah memandangi Jevin tanpa berkedip

"Saya mau cari perabotan rumah tangga. Bisa di bantu?" tanya Jevin yang lagi-lagi membuat kedua SPG itu kembali tersipu malu

Audisa Pov

"Tebar pesona banget nih bocah mesum, cih!" batinku yang hanya memperhatikan interaksi ketiganya dalam diam

"B..bisa banget Mas, ayo mari ikuti saya" ujar salah satu mbak SPG pada Jevin dan mungkin...aku?

Aku merasa seperti dilupakan sekarang. Jevin dan 2 orang SPG itu asyik berceloteh ria walau sebenernya hanya 2 orang SPG itu, sebab Jevin hanya membalasnya dengan anggukan, gelengan, atau juga kalimat-kalimat pendek seperti 'oh, ya, hm, dan tidak' hahaha.

"Kamu jalannya lelet banget" tiba-tiba saja Jevin sudah meraih tangan kanan ku dan menggenggamnya erat. Saatnya sekarang aku harus menghembuskan nafas pasrah

"Hhhhhhhhh..."

Nih bocah pengen apasih sebenernya? Aku benar-benar dibuat bingung oleh sosok Jevin yang berubah-ubah seenak jidatnya. Nanti ia memanggilku Kakak atau namaku, dan setelahnya menjadi Aku-kamu, dan yang lebih parahnya saat ia sudah ber 'Kau' ria. Ck, sangat sulit untuk dimengerti.

Sekarang aku ini bukan temannya lagi kan? Usia kami juga terpaut cukup jauh sampai 8 tahun. Kayak aku udah SD kelas 2 dan sudah mengerti apa itu cinta monyet atau perkalian serta pembagian di sekolah, sedangkan ia baru saja terlahir ke dunia dan menjadi bayi tak berdosa.

Melihat sosoknya yang sekarang membuatku kadang berpikir seperti, 'Nih anak usianya bener masih 20 tahun? Kok berasa seumuran sama aku kalo di lihat dari penampilannya' bila mana aku melihatnya dengan setelan kantor resmi. Dan saat melihatnya malam ini dengan style casual, anggapan bahwa ia terlihat seumuran denganku pun sirna. Ia terlihat seperti usianya sekarang, 20 tahun. Dan ingat, ini hanyalah opiniku yaa.

Badannya yang tinggi besar dan kekar serta dagu yang ditumbuhi jambang-jambang tipis, pasti membuat orang awam tak menyangka bahwa usianya masih 20 tahun. Dimana ia seharusnya masih berkutat dengan berbagai macam tugas kuliah, bukan nya memimpin perusahaan besar seperti sekarang ini. Ya aku akui, ia sedari dulu memang jenius. Maka pantas saja bila dia sudah mendapatkan posisi strategis di usianya yang masih muda.

"Dis, lagi mikir apa sih? Di ajak ngomong malah bengong" tiba-tiba saja aku merasa sakit di dahiku. Dan saat tersadar, ternyata Jevin baru saja menyentilnya dengan cukup kuat

"Apaan sih? Sakit tau!" balasku meninju lengannya dengan kuat tapi malah tangan ku yang sakit huhu. Ia pun menertawaiku hingga jakun nya yang sialan seksi itu bergerak naik dan turun membuat 2 orang Mbak SPG tadi hampir menjatuhkan air liurnya, termasuk juga aku

"Menurut kamu gimana kasur dan sofa nya?" tanya Jevin saat tawanya telah reda padaku

"Bagus"

"Ini recomended banget loh, buat pasangan yang baru married kayak Mbak sama Mas nya ini" tiba-tiba muncul sebuah suara dari arah belakang tubuhku, yang membuatku terkaget tetapi langsung membeku saat mendegar kata 'pasangan dan married' yang keluar dari mulut Bapak-bapak itu. Sepertinya ia adalah atasan dari 2 orang Mbak SPG yang tadi

Baru ingin mengelak, Jevin kembali merangkul pinggangku dan tersenyum penuh arti

"Ah begitu Pak? Kalo gitu saya jadi ambil yang ini. Kamu suka juga kan sayang?" tanya Jevin sok mesra, dan lagi-lagi bodohnya aku malah ikutan salah tingkah

Sialan -_-

***

Author Pov

Jevin dan Audisa masih mengelilingi pusat perbelanjaan itu dengan semangat, walau sebenarnya hanya Jevin, karena Audisa sudah merasa lelah sekarang.

Lelah akan sikap Jevin yang tiba-tiba menggenggam tangannya erat, merangkul pinggangnya, bahkan mencium kepalanya dengan seenak jidat dan sesuka hati. Sampai membuat mereka berdua menjadi pusat perhatian di tengah kerumunan banyak orang.

"Wajah kamu cute kalo lagi bete, aku serasa lagi bawa anak SMA jalan hahahaha!" ejek Jevin sembari menoel-noel dagu Audisa gemas

"Aku juga berasa kayak lagi jalan sama Om-om mesum!" balas Audisa sengit.

"Jadi aku Om mesumnya?"

"Yaiyalah"

"Kalo mesumnya sama kamu kan enggak masalah haha!"

"Ish terserah!" Audisa berdecak kesal, dan tetap terus berjalan lurus tanpa tujuan, hingga tiba-tiba seperti ada yang meneriaki nama Jevin membuat mereka berdua berbalik badan

"Jevinnnnnnnnnnn!"

Terlihat seorang wanita yang sangat anggun dan seksi, tengah berlari-lari menghampiri tempat di mana Audisa dan Jevin berdiri sekarang. Dengan baju super ketatnya yang berwarna merah darah, cukup membuat mata para lelaki langsung berpaling kepadanya. Termasuk juga Jevin.

"Jevin Julian kan?" tanya wanita itu saat sudah berdiri tepat di hadapan Audisa dan Jevin, masih berusaha mengatur nafasnya yang putus-putus hingga bagian dadanya pun terlihat naik turun

"Michelle?" gumam Jevin yang di balas anggukan serta senyum sumringah si wanita

"Ternyata kamu masih inget sama aku, syukurlah"

"Oiya jas kamu masih di rumah aku, sori belum bisa dikembalikan sekarang" wanita bernama Michelle itu kembali bersuara, membuat Audisa langsung berpikir jauh

"Jas nih bocah ada di rumah wanita itu? Wah wah.." batin Audisa mulai berspekulasi

"Kamu bisa kembalikan kapan saja" jawab Jevin singkat

"Hehehe untungnya kamu pengertian" ujar Michelle yang mulai mendekat pada mereka berdua, menyelip untuk berada di tengah, "Lagi jalan berduaan aja sama Adek yaa Jev?" sambung Michelle memandangi Audisa dari ujung rambut sampai ujung kaki. Ya, Audisa memang terlihat pendek dan sangat unyu-unyu di antara mereka berdua. Michelle yang memakai heels kira-kira setinggi 19 cm serta Jevin yang memang sudah tinggi menjulang. Apalah arti Audisa disini..

Gadis itu hanya memakai flat shoes dengan rambut yang ia kuncir kuda akibat kegerahan karena ulah Jevin tadi. Bila dibandingkan dengan Michelle yang terlihat sangat anggun dan elegant malam ini, Audisa bukanlah apa-apa.

"Dia Audisa, cucu semata wayangnya tuan Yusuf Ayantara, bukan Adikku" jelas Jevin yang hampir terkikik geli, melihat ekspresi tertekan wajah Audisa di sini

"Ups sori, aku ga tau..." tampak terkejut, Michelle menutup mulutnya kaget dan menurut Audisa adegan tadi super duper lebay

"Iya gapapa kok, aku sadar aku ndak se terkenal Kakek yang namanya selalu mejeng di mana-mana. Apalah daya Audisa kan?" balas gadis itu lebih lebay ketimbang Michelle, dan malah terkesan sengaja

"Yaudalah aku pulang saja, aku memang manusia yang tidak penting dan terkenal. Kalian berdua lanjutkan saja jalan-jalan yaa. Dadah!" sambung Audisa ngelantur dan hendak berjalan menjauh, namun gagal karena kepalanya ditahan oleh Jevin hingga ia kembali ke posisi semula

"Makan dulu nanti aku yang nganter kamu pulang Kak, please?" Jevin mendadak sok manis bahkan sampai mengelus kepala gadis itu, yang membuat Audisa harus menelan kembali rencana nya untuk kabur

"Sialan, kenapa aku harus terjebak dengan mereka berdua lebih lama lagi? menyebalkann!" batin Audisa meringis, saat Jevin mulai merayunya dan memanggilnya lagi dengan embel-embel 'Kakak'

Kalimat sakral yang keluar dari mulut Jevin itu, sekarang telah resmi menjadi kelemahan bagi Audisa.

TBC

Seguir leyendo

También te gustarán

591K 22.7K 49
Takdir yang membawa gadis cantik selalu kena hukuman setiap harinya dari kakak lelaki nya sendiri, karena kenakalan nya dan memiliki sahabat yang sam...
900K 48.9K 49
Ini adalah sebuah kisah dimana seorang santriwati terkurung dengan seorang santriwan dalam sebuah perpustakaan hingga berakhir dalam ikatan suci. Iqb...
604K 10.9K 19
suka suka saya.
80.8K 5.6K 26
menceritakan tentang remaja yang di usir oleh warga desa karena di fitnah mencuri oleh keluarga kandungnya sendiri. mampukah ia melewati masa sulitny...