I won't Give Up(let me love Y...

By Moon5Finger

260K 5.9K 434

kisah Seorang cowok straight yang jatuh suka sama cowok gay yang cukup populer di sekolah. homo konten, bagi... More

1
2
3
5

4

13.6K 1K 34
By Moon5Finger

Selamat membaca.....

Sabtu pagi ini, Dean sudah membuat janji dengan Astha untuk membuat tugas sejarah yang di berikan oleh gurunya kemarin. Mereka berencana untuk mengunjungi Galeri Nasional di kota. Tadinya Dean berencana untuk menjemput Astha, namun Astha menolak Dean mentah-mentah. Astha bilang mereka cukup bertemu di Galeri Nasional tidak perlu ada acara jemput-jemputan segala. Mau gimana lagi Dean hanya bisa menurut, yang penting hari ini Dean akan menghabiskan waktu bersama Astha. Ya, walaupun ini hanya tugas sekolah tapi bagi Dean ini pemanasan kencan dalam hubungan dirinya dan Astha.

Dean sudah siap, dengan segera dia melangkahkan kakinya menuju garasi. Dean mulai melajukan mobil Honda HRV merahnya menembus jalanan kota yang agak padat di sabtu pagi ini.
Jarak rumah Dean menuju Galeri Nasional cukup jauh, jadi dirinya memutuskan untuk pergi lebih awal.

Sementara di lain tempat, tepatnya rumah Astha.
Astha sudah siap dengan polo shirt biru muda yang ia padukan dengan celana denim pendek yang memperlihatkan kaki jenjangnya yang putih dan sepatu Nike berwarna biru navy dengan corak nike putih. Tak lupa slingbagnya  yang berisi alat tulis untuk mengerjakan tugas nanti.
Astha sudah bersiap untuk pergi, hari ini Astha akan berangkat di antar supir seperti biasa karena mamanya Astha tidak akan pernah mengijinkan Astha mengendarai mobil sendiri.
Butuh waktu 30 menit perjalanan untuk Astha sampai di Galeri Nasional.

Sampai di Galeri Nasional Astha langsung turun dari mobil dan segera membeli dua tiket untuk masuk. Astha dan Dean janjian di Lobby Galeri, supaya mereka mudah untuk saling menemukan.
Tak lama Astha menunggu, nampak Dean memasuki gedung Galeri Nasional.

Dean terpaku menatap Astha yang sedang berdiri, kenapa bisa ada cowok seimut Astha, kulitnya yang putih mulus bahkan wanita pun kalah. Kaki jenjangnya yang putih mulus membuat Dean menelan ludahnya. Dean heran apakah kali ini dirinya memang sudah benar-benar menjadi maho sejati? Tanya Dean pada dirinya sendiri.

Astha nampaknya sadar sedang di perhatikan oleh Dean.

"Radean, woi. Sini!" Panggil Astha sambil melambaikan tangannya.
Dean yang tersadar dari lamunannya segera menghampiri Astha yang memanggil dirinya.

"Ngapain lo bengong di situ? Kalo Kesurupan kan gue yang repot." Ujar Astha ketus.

"Cie.. yang khawatir sama calon pacarnya." Goda Dean.

"Bacot lo ya De, udah diem-diem. sekarang cepet masuk dan kita selesaikan tugas kita terus pulang.!" Perintah Astha pada Dean.

"Kok buru-buru banget sih, emang lo ada acara habis ini?" Tanya Dean sambil melangkah masuk.

"Banyak,! Udah buruan ah," jawab Astha.

Dean kemudian mulai melihat-lihat apa yang harus dia jadikan bahan tugasnya, tapi dia sama sekali tidak paham dengan apa yang ada di sini. Tempat ini membuat Dean ngantuk dan menguap berkali-kali. Berbeda dengan Dean, Astha asyik melihat satu persatu lukisan yang berjejer di dinding Galeri.

"Ini yang ke 15 kalinya elo nguap di sini ya De.!" Ucap Astha tiba-tiba.

Dean hanya meringis, kenapa Astha perhatian sekali pikir Dean.

"Jadi elo itungin beb, berapa kali gue nguap?" Tanya Dean.

"Gak !!! Mati aja lo sono." Ujar Astha.

Dean terkekeh mendengar jawaban Astha. Dean heran, kemarin Astha terlihat baik saat menangis  bahkan dia mau memeluk Dean dan menangis di bahu Dean, tapi sekarang lihatlah jiwa ketus dan juteknya keluar lagi, sungguh membuat Dean gemas sendiri.
Dean tersenyum sendiri menatap wajah Astha yang kesal.

Hoaaam, Dean menguap lagi, Astha benar-benar tidak tahan melihatnya. Kalau Dean bosan kenapa harus mengajak ke tempat  seperti ini, batin Astha. Astha bergegas mencatat keterangan yang ia butuhkan. Setelah selesai dia langsung menarik lengan Dean keluar dari Galeri. Di luar cuaca sedang panas sekali. Astha mencari bangku kosong untuk duduk. Setelah menemukannya Astha langsung menyeret Dean untuk duduk. Dean hanya menurut saja dan langsung mendaratkan pantatnya di bangku.

"Kayaknya kalo makan es krim enak ya?" Ujar Astha.

Dean menoleh kearah Astha.

"Iya Tha, lo mau? Gue beliin deh lo tunggu sini yak?!" Ucap Dean.

Astha hanya mengangguk. Astha kira Dean tidak akan melakukan apa yang di minta oleh Astha, melihat cuaca panas begini dan mager buat kemana-mana. Astha menunggu Dean sambil mengipas-ngipas tubuhnya menggunakan tangannya. Sepuluh menit menunggu, Dean sudah kembali dengan kantong plastik yang sepertinya berisi es krim dan air mineral.

"Nih" ucap Dean sambil menyodorkan plastik yang ia bawa.

Astha menerimanya sambil menyunggingkan senyum yang sangat manis. Tiba-tiba jantung Dean terasa berhenti, Tuhan memang sedang bercanda padanya. Bagaimana bisa Dia menciptakan makhluk yang galak dan imut dalam waktu yang bersamaan pikir Dean.

"Lo kenapa? Gak mau duduk? Mau berdiri aja kayak patung?" Ujar Astha.

Dean gelagapan mendengar ucapan Astha, dia kembali tersadar dari lamunannya.
"I-iya Tha." Ucap Dean.

"Kenapa lo jadi gagap gitu? Lupa minum obat lo?" Tanya Astha lagi.

"Eng-enggak kok Tha." Jawab Dean.

Astha kemudian hanya mendengus pelan, ia mengambil Es krim coklat dan membuka bungkusnya. Astha mulai menjilati es krim miliknya, Dean yang melihat aksi Astha menjilati es krim langsung menelan ludahnya dalam-dalam. Kapan lagi dia melihat cowok SMA yang imut, sedang menjilati es krim seperti anak TK tapi menggoda dalam satu waktu. Dean menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak, tidak batin Dean, Dean langsung memalingkan wajahnya menatap lurus ke depan.

"Lo aneh deh De, kenapa coba?" Tanya Astha.

Dean hanya menggeleng dan tersenyum. Dean benar-benar tidak bisa menguasai hatinya saat bersama dengan Astha. Astha benar-benar sudah merebut hati Radean Wijaya.

Astha sebenarnya tahu kalau sedari tadi Dean menatap dirinya. Astha sengaja berpura-pura tidak tahu saja, Astha ingin menggoda Dean. Dan berhasil, Dean benar-benar terlihat bodoh.

"Tha?"  panggil Dean pelan.

"Hmm" jawab Astha sambil memainkan ponselnya.

"Gue boleh nanya sesuatu gak?"

"Satu jawaban goceng ya." Ujar Astha.

"Ceban gimana?" Tawar Dean.

Astha menoleh ke arah Dean dan menatap wajah Dean. "Terserah."

"Becanda elah, Tha gimana sih rasanya pacaran sama cowok?"

Astha berhenti sejenak memainkan ponselnya. Lalu beralih menatap Dean. Sepertinya Dean memang penasaran.

"Elo kepo banget ya De?" Tanya Astha.

"Gak sih, dulu gue sempet jijik pas tahu adek gue homo. Tapi entah kenapa waktu pertama lihat elo perasaan jijik itu ilang dan malah bikin gue pengen nyoba pacaran sama elo." Ujar Dean.

"What?!"

"Iya, Tha Deva gay." Ujar Dean. "Gue kira gay itu nular, dan gue pertama nyalahin Deva karena gue jadi kayak gini. Tapi setelah gue pikir-pikir ini bukan salah Deva, tapi emang gue bener suka sama elo Tha."

"Kenapa lo gak nyoba sama adek lo aja?" Saran Astha.

"Yakali gue ama adek gue. Gue gak ada nafsu ama cowok laen Tha. Tapi kalo ama elo bawaannya gue pengen nempel mulu" ujar Dean.

"Sial lo, lo kira gue tembok pake di tempelin segala." Ucap Astha.

"Iya elo kan amplop dan gue perangkonya jadi berasa pengen nempel mulu Tha."

Astha langsung beraksi pura-pura muntah di depan Dean.

"Lo kira gue cabe-cabean yang bisa lo gombalin De? Gak! De gak!". Ujar Astha.

"Gue gak gombal." Ucap Dean.

"Dengerin ya Radean Wijaya yang ganteng. Elo jangan pernah nyoba buat jadi gay. Ini bukan permainan yang bisa elo coba terus elo tinggalin setelah elo bosen. Kalo lo mau main main mending lo main gundu aja di rumah." Ucap Astha.

Dean diam mendengar ucapan Astha. Dean tidak tahu harus bilang apalagi tapi hidup Dean sekarang benar-benar berubah setelah melihat Astha. Kayak lagunya Alexa "wajahmu mengalihkan oreantasiku"  eh bukan "duniaku"  maksudnya.

"Tapi, Tha -."

"Gak ada tapi-tapian. Elo gak usah bawel." Ujar Astha. " oh, iya. Satu hal lagi. Setelah tugas sejarah kita selesai kita gak ada urusan lagi ya. Elo harus jauhin gue." Jelas Astha. "Gak ada tawar menawar." Lanjut Astha.

"Enggak, gue bakal tetep ganggu elo Tha." Ucap Dean.

"Bangke, lo De." Ujar Astha.

"Terserah apa lo kata. Yang jelas hati gue udah mentok di elo Tha." Jawab Dean.

"Semerdeka elo deh De. Yang jelas kalo hati lo ampe ancur berkeping-keping karena rasa penasaran elo yang konyol itu, gue gak mau tanggungjawab."

"Iya, iya."ujar Dean. "Jadi sekarang kita jadian nih?"

" in your dream, De. Sono lo jadian ama kembaran lo aja. Dia juga gay kan? Lo coba dulu ama dia tar kalo lo udah yakin belok lo boleh,..." Astha menggantung kalimatnya.

"Boleh apa Tha?"

"Boleh jadi gay selamanya..hahaha" ujar Astha.

Dean menoyor kepala Astha, Astha hanya tertawa terbahak melihat ekspresi wajah Dean.

"Puas lo?" Tanya Dean.

"Hahaha, enggak. Belom banget De. Hahaha" ujar Astha sambil memegangi perutnya.

Dean hanya menggeleng melihat tingkah Astha. Dean masih ingat bagaimana kemarin Astha menangis setelah diputus oleh kekasihnya. Dan sekarang Astha sudah tertawa terbahak.

"Elo manis banget kalo lagi ketawa gini Tha." Ujar Dean tiba-tiba.

"Hm?? Gue ganteng !,ok!. Ganteng!." Ucap Astha.

"Pffft" Dean menahan tawanya.

Astha kesal melihat respon Dean, Astha tidak suka di panggil manis.  Astha langsung menghentakkan kakinya dan berjalan meninggalkan Dean. Dean langsung mengejar Astha. Dean tahu dirinya sudah membangunkan sifat ambekkan Astha.

"Tha, tunggu napa, jangan ngambek elah." Ujar Dean.

"Dih, Siapa juga yang ngambek." Ujar Astha masih sambil berjalan.

"Tha, tunggu Tha." Panggil Dean.

Setelah Dean bisa menyusul Astha, Dean menahan pergelangan tangan Astha dan membalik tubuh Astha sehingga tubuh Dean dan Astha bertabrakkan. Kini Tubuh Astha sudah ada dalam pelukkan Dean. Mata keduanya bertemu saling pandang. Jantung Dean serasa mau copot menatap lekat bola mata hitam di hadapannya. Bulu matanya yang lentik, alis yang tebal, bibir merah yang mungil, hidungnya yang mancung benar-benar membuat Dean lupa diri.

Astha kaget, Astha mengerjap-ngerjapkan matanya. Dean terlihat tampan jika di tatap sedekat ini. Tiba-tiba timbul ide jahil di kepala Astha. Astha memajukan wajahnya, kini hidungnya dan hidung Dean sudah bertemu. Astha menutup matanya, lama menunggu tak ada reaksi. Dean bengong melihat tingkah Astha. Segera mungkin Dean melepaskan tangannya dari pinggang Astha dan mendorong Astha. Astha kaget dengan reaksi Dean yang berlebihan.

"Heh, lihat bukan? Elo masih jijik buat kontak fisik sama cowok dan elo bilang elo mau jadiin gue pacar elo? Niat banget lo buat bikin gue sakit hati." Ucap Astha.

Dean hanya diam menatap Astha.

"Mikir lagi deh De, jangan sampe elo bikin baper anak orang. Karena ini hati,! Bukan mainan yang seenaknya elo bisa mainin". Ucap Astha sambil berlalu meninggalkan Dean.

Dean masih diam. Dean benar-benar bingung dengan situasi saat ini. Dean belum bisa menerima sepenuhnya. Jika memang Dean menyukai Astha harusnya dia tidak akan menghindar saat Astha memberi kode padanya untuk mencium Astha.

Dean dilema dengan perasaannya saat ini, apakah dia benar-benar manyukai Astha? Atau ini hanya rasa penasaran saja sama seperti yang Astha katakan padanya.

Dean mengerang, menjabak rambutnya. Bagaimana ini, pikirnya.

Tbc......

Komen please... cerita gaje.

Continue Reading

You'll Also Like

16.9M 747K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
376K 11.5K 19
Umur Yusuf baru menginjak 17 tahun, sweet seventeen sekali. sebentar lagi ia akan lulus SMA, tapi tiba-tiba seorang pria berumur 25 tahun dengan bang...
2.2M 33.3K 47
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
13.5K 1.1K 23
Taruhan? Hukuman? Itu adalah bagian dari sebuah games atau permainan keberanian yang dilakukan anak remaja. Kalah? Mungkin menjadi penilaian harga di...