Ansatsu Kyoushitsu X Reader O...

By Aka-niira

128K 9.8K 2.2K

Kumpulan cerita tentangmu dan pemuda yang telah memikat hatimu itu. {Request Closed.} Assassination Classroo... More

You're Mine Now (Karma Akabane x Reader)
Coffe Shop (Isogai Yuuma x Reader)
Kisses. {Reverse Harem Reader Insert}
It's Just You (Chiba x Reader)
Truth or Dare? (Gakushuu x Reader)
Lamunan (Karma x Reader x Gakushuu)
Tsundere? (Male!HayamixReader)
Sickness (Isogai x Reader)
PLEASE READ =)))
Double Touch (Maehara x Reader x Isogai)
Late Afternoon Coffee (Maehara x Reader)
Start=Over (Karma x Reader x Gakushuu)
Bodyguard? Maybe~ (Protective!Nagisa x Sick!Reader)
Re- (Gakushuu x Reader)
Hari Ini Turun Hujan (Shinigami x Reader)
Sickness (2) (Isogai Yuuma x Reader)
Over the Night (Karasuma x Reader)
Got you. (Gakushuu X Reader)
Kafe di Tengah Musim Dingin ☆ -Prologue
││Szechuan Chicken Lettuce Wraps
││Lemon Blueberry Layer Cake
|| Italian Sausage Soup
|| Red Velvet Cake
|| Nutella Ganache Covered Cheesecake
|| Okinawa Fried Meatballs

|| White Tea

2.7K 179 60
By Aka-niira

Tanaman camellia sinensis pilihan yang dipetik sedari muda. Di seduh dengan air hangat. Bisakah kau menebak seperti apa rasanya?

Selamat menikmati.

<===>

Melihat wajah (Name) yang cukup dumb-founded, pelayan yang ada di depannya tertawa setelah sebelumnya sempat terikut bingung.

"Nyonya pasti kedinginan kalau duduk di sana terus. Ayo masuk," tawarnya pelayan itu.

(Name) mengerjap. Baru menyadari bahwa dirinya sedari tadi telah bengong, menatap kosong ke arah si pelayan. Sempat berpikir, namun akhirnya gadis ini mengambil ajakan tangan dari sang pria. Malu-malu.

Gadis itu membalas senyuman, menggumamkan sepintas perkataan maaf sebelum bertanya. "Anu ..., apakah Tuan tahu arah mana stasiun kereta?"

Angin bertiup makin kencang. Tak kuasa tubuh (Name) bisa menahannya. Alhasil ia memeluk dirinya sendiri, menambah kehangatan tambahan.

Brrr, kenapa bisa jadi sedingin ini?

Si pelayan tersenyum ramah. Melepas paksa kurungan tangan (Name). Menarik pergelangan tangannya masuk ke dalam kafe tersebut.

"Ah-- tunggu!" (Name) menghentak. Tangannya dilepas. Sempat ketakutan karena kelakuan si pelayan yang tiba-tiba.

Siapa 'sih yang tidak takut kalau ada pria yang tiba-tiba menarik tangan buat masuk ke dalam suatu bangunan yang belum pasti?

Maksudnya, apakah sudah yakin kalau di dalam sana benar-benar sebuah kafe? Modus menipu di zaman sekarang sudah banyak.

Hm ....

Wajah terlihat bingung. Ia menatap (Name) lekat-lekat. "Ada apa?"

Ada apa ...?

"Aku benar-benar harus pulang," ucap (Name) terbata. "kau jangan seenaknya menarik tanganku. Aku masih berdaya untuk memanggil polisi!"

Meskipun sempat terkesiap. Tak kunjung senyum yang ramah itu hilang dari wajah putih sang pria. Mungkin ia berusaha menenangkan. Senyuman yang seakan berucap 'semua akan baik-baik saja'.

"Tenang saja," ucap sang pria. "takkan kulakukan hal-hal yang membahayakan." Ia kemudian sedikit membungkuk. Memperlihatkan name tag yang ada pada jas hitamnya. "Aku akan memberitahukanmu namaku. Untuk jaga-jaga, agar kau tidak curiga, oke?"

Mata (Name) mengernyit. Membaca nama yang tertera, di sebelah foto dengan font yang familiar.

... Reaper?

--sungguh nama yang aneh.

"... Anda orang luar?" (Name) bertanya penuh rasa penasaran. Lagian siapa yang tidak bingung? Bahkan kurang yakin kalau di luar sana ada orang yang membawa nama dewa kematian seperti ini.

Si pelayan--ah, maksudnya Tuan Reaper hanya tersenyum. Rambut silver-nya tertiup angin salju. Tanpa aba-aba, ia langsung masuk ke dalam kafe. (Name) mengikutinya dari belakang. Sungguh aneh. Padahal tadinya ia menentangnya begitu keras karena menarik tangan dengan tiba-tiba. Ah, tapi kenapa sekarang malah masuk sendiri? Seakan ia telah terhipnotis hanya karena menatap manik amber miliknya.

"Aku tidak bisa membelikanmu makanan. Tapi mungkin aku bisa menggantinya dengan camilan ringan." Tersenyum tanggung (Name) membalas tawarannya. Ia mengerti. Dilihat dari daftar menu, harga makanan di sini memang lumayan mahal. Dan untuk kafe yang hanya buka untuk tiga jam, pasti gaji untuk para pelayan lumayan rendah.

(Name) menyerahkan menu. Udara cukup dingin. Tanpa pikir panjang ia sudah bisa memutuskan akan memesan apa. "Aku pesan satu gelas white tea ...."

'Dewa Kematian' tersenyum. Ia mengambil daftar menu dari genggaman gadis itu. Tubuhnya beranjak pergi, menuju ke dapur yang letaknya tidak terlalu jauh.

Selama menunggu, (Name) tak berhenti menatap pemandangan di luar jendela lamat-lamat. Pikirannya terus terpenuhi dengan bagaimana ia harus pulang nanti. Mungkin ... pelayan yang tadi bisa membantunya? Ah, sebaiknya ditanya saja nanti.

Tersesat di kota seperti ini untuk menghadiri pesta temannya memang cukup lucu jika dipikir-pikir. Sebenarnya, sudah ada beberapa kenalan yang mengajaknya untuk pergi bersama. Namun, karena alasan keterlambatan, gadis ini berakhir pergi sendirian. Dan, berujung naas. Apa Dewi Fortuna memihak kepadanya? Atau ini murni sebuah kesialan?

"Kau melamun?"

Gadis itu tersentak kaget. Tak menyangka kalau pria itu sudah ada di depan wajahnya lagi. Yah, mungkin memang menyiapkan segelas white tea tidak memakan waktu sebanyak itu. "Hehe, maaf. Aku hilang fokus!"

"Hmm." Reaper tersenyum. Ia meletakkan segelas white tea di atas meja kayu. Sudah bisa tercium aromanya. Sungguh nikmat.

Pemuda silver yang ada di depan sang gadis menarik kursi. Ikut duduk tepat di seberangnya. Duduk manis, mereka mulai berbicara banyak hal sambil menunggu segelas white tea itu dingin.

  <===>

"Sudah sampai?"

"Belum ... belum. Sebentar lagi."

"Hmm, begitu ...?"

Tubuh berbalut mantel gadis itu berjalan menapaki salju yang dingin. Untung saja Tuan Reaper berbaik hati meminjamkan sepatu khusus musim dingin, sehingga pergerakannya menjadi lebih leluasa.

Selepas acara makan-makan. Tuan Reaper mengajak (Name) untuk keluar. Untuk menyegarkan pikiran katanya, sekaligus ada sesuatu yang ingin ia katakan. Hari belum sore, dan didengar darinya, jadwal kereta api selanjutnya cukup larut. Daripada terdiam terus di kafe, menurutnya lebih baik berkeliling.

Ya, bagaimana gadis itu bisa menolak? Diakuinya memang berkeliling bersama orang asing sangat terasa canggung. Namun, daripada terus diam di sana berdua ... bukankah itu lebih canggung? Ah, belum juga membosankan.

Tanganmu ditarik olehnya yang ditutupi sarung berwarna hitam. "Untuk menjagamu supaya tidak terjatuh," ucapnya. Alasan yang bagus.

Katanya di sekitar sini ada tempat di mana remaja tanggung seperti (Name) bisa melepaskan pikiran. Mungkin akan sedikit beda dengan tempat hang-out yang ada di lingkungannya dulu.

Ffh, cuaca dingin mulai kembali menusuk tulang. Rasanya sudah masuk ke dalam rusuk.

Sekali lagi (Name) mengangkat kepalanya yang tadi sempat menunduk. Menatap pria yang ada di depannya. Punggung tegapnya menghalangi jalan yang ada di depan. Bahkan ia tidak tahu sudah berapa kali menemui belokan--

"Apakah sudah--"

"Sudah." Akhirnya kalimat itu keluar jelas dari pita suaranya. Reaper berbalik, menatap (Name) tepat namun lembut. Tubuhnya membungkuk agar sejajar dengan gadis itu. "Tutup matamu."

Sedikit bingung, namun si Gadis tetap melakukan apa yang ia mau. Sepersekian detik manik (e/c) miliknya telah tertutup kelopak.

Dengan senyum yang masih terukir di wajah pucatnya, Reaper menggiringnya semakin dekat dengan tempat tujuan. Entah karena apa, gadis itu sama sekali tidak mencoba untuk membuka mata. Dan akhirnya ia berhenti. Namun tak memberikan aba-aba agar gadis itu membuka indranya.

Ia melepas genggaman tangannya pada pergelangan tangan si Gadis. Lalu berjalan ke belajang tubuhnya. Memeluk tubuh (Name) dari belakang.

"Terima kasih atas kunjungannya hari ini ...," ucapnya lembut. Semakin memeluknya dengan erat, meskipun hanya dengan satu tangan, sungguh, pelukannya sangat terasa hangat--

Sementara (Name) sudah kalang kabut. Wajahnya memerah total. Bingung dengan keadaan yang tiba-tiba ini. Mencoba mengendalikan deru napasnya yang acak-acakkan, masih sibuk berpikir dengan pengelihatannya yang kini sudah terbuka. Jika saja--

"... selamat malam."

Jika saja sebilah pisau tidak ada di depan pusat perut (Name), setia menyambut dengan ujung tajamnya yang hanya beberapa centi, mungkin ia bisa lebih menikmatinya ....
Karena detik kemudian, semuanya gelap.

-Fin-

Bonus/Information:

White tea~
(Entahlah, di mata saya semua teh sama jadi, yaa-- /plak)

*source:google

Continue Reading

You'll Also Like

58.1K 8.8K 55
Rahasia dibalik semuanya
105K 10.1K 27
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
102K 17.5K 26
Kecelakaan pesawat membuat Jennie dan Lisa harus bertahan hidup di hutan antah berantah dengan segala keterbatasan yang ada, keduanya berpikir, merek...
92.2K 6.2K 26
"MOMMY?!!" "HEH! COWOK TULEN GINI DIPANGGIL MOMMY! ENAK AJA!" "MOMMY!" "OM!! INI ANAKNYA TOLONG DIBAWA BALIK 1YAA! MERESAHKAN BANGET!" Lapak BxB ⚠️ M...