When love....

By risaasr

38.9K 2.2K 125

Ketika cinta mampu mencairkan hati yang beku. Ketika cinta mampu menjadi magnet bagi dua insan Ketika cinta... More

Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Hinata's story
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Epilog

Bab 1

7K 307 8
By risaasr

"Hinata, ini pasien terakhir"

"Hai, dozo"

Hinata menyapa pasiennya dengan sangat ramah dan diselimuti senyuman hangat nan ramah.

"Wah, Tinggal 2 bulan lagi kau akan keluar melihat dunia ya" Ujar Hinata sambil mengelus perut wanita berambut coklat didepannya

"Arigatou Hinata-san"

"Daijobu, ini adalah kewajibanku sebagai dokter"

"E-eto Hinata?"

Hinata yang tengah merapikan berkas-berkas menoleh sekilas kepada pasiennya yang sudah dikenalnya sejak lama itu.

"Apa kau belum ada rencana untuk menikah?"

Hinata tertawa pelan dan kembali merapikan berkas-berkasnya dan memasukkannya kedalam laci besar disamping rak buku.

"Aku.... Masih mencintai seseorang"

***

"Tadaima"

Hinata menghela nafas panjang. Dia pulang tepat pukul 10 malam. Tak pernah ada yang menyambutnya. Tak pernah ada yang memperhatikannya.

"Hinata, kemari!"

Hinata tersentak karena suara tegas dari Hiashi yang memaksanya untuk mengikuti ayahnya itu.

"Duduk" Perintah Hiashi

Hinata duduk di ruang keluarga berhadapan dengan tousan dan kaasan serta niisan dan imoutonya.

"Ada apa?"

"Kau tau berapa umurmu sekarang?" Ucap Hikaru dengan nada dingin

"21" Ucap Hinata ragu. Ia mulai berfirasat buruk akan ini.

"Itu umur yang pas untuk menikah" Ujar Hiashi

"Hah?!"

Hinata bangkit dengan amarah di matanya. Hinata tak pernah semarah ini pada orang tuanya.

PLAK

Hinata meringis merasakan panas yang menjalar dipipinya akibat tamparan ibunya.

"Dimana letak sopan santunmu?!" Bentak Hikaru

Hinata duduk kembali sembari mengelus pipinya yang mulai terasa perih. Hiashi menghela nafas dan menatap Hinata sejenak.

"Sabaku Gaara melamarmu hari ini"

Hinata terdiam. Melupakan tamparan yang dilakukan ibunya dan perih di pipinya. Lagi dan lagi, jantungnya kembali berdetak kencang saat nama pria itu menyapa indra pendengarannya.

"G-gaara?" Tanya Hinata meyakinkan

"Aku tahu kau mencintai pria itu sejak dulu" Ujar Hiashi

"T-tapi, kenapa?"

"Pernikahan kalian akan dilaksanakan 2 minggu lagi. Lusa kita akan melakukan makan malam dengan keluarga Sabaku"

Hiashi dan Hikaru meninggalkan Hinata bertiga dengan Hanabi dan Neji. Hinata terdiam. Tidak, dia tahu bahwa Gaara tak mencintainya.

Neji dan Hanabi menatap Hinata dengan tatapan sinis kemudian pergi meninggalkan Hinata yang tengah berunding dengan pikirannya.

"Aku memang mencintainya, tapi..."

***

"Bersiaplah, Jam 7 kita akan berangkat" Ujar Hikaru

Hinata menatap pantulan dirinya didepan cermin. 5 tahun lalu dirinya masih seorang gadis dengan rambut pendek dan berkulit kusam. Dia tak menyangka bahwa rambutnya akan tumbuh sepanjang ini dan kulitnya akan semulus ini. Padahal dia tak melakukan apapun.

Hinata mulai membersihkan tubuhnya dan memakai aromaterapi lavender kesukannya. Setelah itu, dia mengambil gaun sedikit diatas lutut bewarna merah marun dengan pita besar dipinggangnya dan renda putih dibawahnya. Oh ya, dan heels merah marun mengkilap.

Hinata mulai menata rambutnya. Tak banyak, hanya sedikit menggulung ujung bawah rambutnya dan memberikan jepitan disudut rambutnya. Serta riasan yang dipakainya tak terlalu berat. Hinata hanya memakai mascara, eyeliner, lipstick dan sedikit bedak.

Hinata menjelma menjadi seorang gadis bak cleopatra. Siapapun yang melihatnya akan terpesona dengan kecantikannya. Kecantikan yang terdapat diluar dan didalam.

"Kau sudah siap?" Tanya Hikaru

Hinata mengangguk dan mengambil clutchnya dan turun kebawah karena keluarganya sudah menunggu.

Hinata dan keluarganya sampai disebuah restaurant ternama di konoha. Hinata meremas clutchnya. Takut akan kenyataan bahwa Gaara menolaknya mentah-mentah.

"Ah Hiashi!"

Hinata menatap pria dengan setelan klasik disamping Karura. Gaara nampak tenang dan seolah tak terjadi apa-apa.

"Bisakah aku berbicara dengan Hinata sebentar?"

"Ah tentu saja!" Ucap Hiashi

Gaara mengisyaratkan Hinata untuk mengikutinya keatas. Hinata menurut dan mengikuti Gaara dari belakang. Mereka sampai di atap restaurant menikmati bintang-bintang.

"Ada apa?" Tanya Hinata

"Bukankah kau senang?"

"Eh?"

Gaara nampak marah dan mengobarkan kebencian kepada gadis didepannya. Bagaimana mungkin gadis secantik Hinata tak memikat Gaara?

"Kau menerima pernikahan ini kan?! Sialan, aku bahkan tak bisa menentang ayahku dan kau juga!"

Hinata bergetar, yang diucapkan Gaara benar. Hinata tak bisa menentang ayahnya. Jadi, bukan Gaara yang ingin melakukan pernikahan ini?

"Ah sudahlah"

Gaara terduduk lemas. Hinata menatapnya iba. Hinata tahu, Gaara mencintai Matsuri, gadis yang menjadi cinta pertamanya.

"Aku menyukai bintang"

Gaara diam tak berusaha menjawab ocehan yang dilontarkan Hinata. Menurutnya itu sangat tidak penting. Siapa yang tidak suka bintang?

"Aku menyukaimu"

Gaara mematung. Ini mungkin sudah ke 25 kalinya Hinata mengucapkan itu sejak bangku sekolah dasar.

"Tidak pernah berubah?"

Hinata menggeleng dengan senyuman lembut dibibirnya. Gaara berdiri dan menatap Hinata dengan datar.

"Sayangnya, aku tak mencintaimu. Tak akan pernah!" Bentak Gaara

Hinata kembali tersenyum walaupun Gaara menyakiti hatinya. Hinata menghela nafas dan menatap kelangit malam yang kelam.

"Aku tahu kau mencintai Matsuri, tapi aku tak peduli, tak peduli seberapa keras kau menjatuhkanku. Aku tahu bahwa cinta ini tak akan pudar"

"Dasar gadis sinting!" Ujar Gaara kemudian meninggalkan Hinata sendirian

Hinata menatap punggung Gaara sejenak. Senyumannya luntur dan Hinata berjalan sedikit kedepan dan menikmati pemandangan Kota Konoha di malam hari.

"Aku harus bagaimana?"

Setelah makan malam itu, Hinata melanjutkan kehidupannya sehari-hari. Pergi jam 7 pagi dan pulang tak beraturan. Terus begitu hingga hari pernikahan. Hinata menatap pantulan dirinya di cermin.

Hinata tak percaya bahwa di cermin tersebut adalah dirinya. Hinata bahkan lebih tak percaya bahwa dia akan menjadi seorang istri diumurnya yang menurutnya masih sangat muda.

"Hinata!"

Hinata menoleh dan mendapati teman-temannya berada didepannya. Nampak Sakura yang tengah menggendong Sarada.

"Wah, Sakura nampak sibuk" Goda Hinata

"Diamlah Hinata, nanti kau juga akan mempunyai bayi!" Gerutu Sakura

Hinata, Ino, dan Ten-ten tertawa. Ah, mereka mampu membuat suasana hati Hinata pulih kembali, ya?

"Hinata, keluarlah, pernikahan akan segera dimulai" Ucap Ino

Hinata mengangguk pelan. Ten-ten menepuk pundaknya berusaha meyakinkan bahwa semuanya baik-baik saja.

"Aku yakin kau dapat meluluhkan hati Sabaku itu" Ucap Sakura

"Bukankah cinta dapat membuat keajaiban?"

Menurut Hinata, dihidupnya tak ada namanya keajaiban. Menurutnya keajaiban hanyalah ada di negeri dongeng, dimana sang putri akan bertemu dengan pangerannya. Tidak, ini berbeda, ini kehidupan nyata.

Acara pernikahan berlangsung meriah. Tak ada sedikit pun senyuman diwajah Gaara sejak pernikahan berlangsung.

"Gaara-kun"

Hinata terdiam mematung tak percaya dengan gadis yang kini berada didepannya. Gadis ini, bahkan nampak lebih cantik dari Hinata.

"M-matsuri"

Hinata menunduk. Kalau sudah begini, dia tak akan tega untuk menghancurkan kebahagiaan Gaara yang sudah lama tidak bertemu Matsuri. Dan sekarang ketika mereka bertemu, Gaara sudah menjadi suami orang lain.

"Selamat atas pernikahanmu!" Seru Matsuri

Gaara tak berniat menjawab ucapan selamat yang dilontarkan gadis cinta pertamanya itu. Dia memilih menatap Matsuri dalam-dalam dengan tatapan yang menegaskan bahwa ia merindukan gadis itu.

"Hinata"

"H-hai?"

"Selamat atas pernikahanmu!"

"A-arigatou, Matsuri-san"

Matsuri tersenyum tipis dan menatap Gaara dan Hinata secara bergantian. Matsuri menghela nafas kemudian membawa Gaara sedikit menjauh.

"Aku tahu kau tidak menyetujui pernikahan ini, tapi cobalah untuk menjalani semuanya dengan lapang dada. Hinata gadis yang baik, bahkan terlalu baik untukmu. Bukankah sudah kukatakan sejak awal? Jangan berharap terlalu lebih padaku karena aku sudah tahu akan berakhir seperti ini, maafkan aku, aku harus kembali, Kento menungguku di parkiran karena Yuuna tak bisa ditinggal terlalu lama"

Gaara terdiam sembari mengepalkan tangannya. Dalam pikirannya apa yang istimewa dari Hinata? Hinata hanyalah sesosok gadis lemah dengan senyuman dan kebaikan hatinya.

"Aku ingin pulang"

"T-tapi, pesta belum berakhir"

"Terserah, aku ingin pulang"

Gaara berjalan mendahului Hinata. Hinata menghela nafas dan menuruti perkataan Gaara. Bagaimana pun juga Gaara adalah suaminya dan seorang istri harus berbakti pada suaminya.

Hinata tak tahu bagaimana caranya Gaara beralasan dengan ayah dan ibu mereka. Tetapi rencana Gaara berhasil, kini mereka berada di rumah besar yang dibeli orang tua Gaara dan Hinata untuk mereka berdua. Rumah tersebut cukup jauh dari kediaman keluarga Sabaku dan keluarga Hyuuga.

"Gaara, kau mau mandi atau kau lapar?"

Gaara tak menjawab dan langsung menuju sebuah kamar yang terletak disudut ruangan. Hinata memandang gaun pengantinnya, mungkin dia harus membersihkan diri juga.

CKLEK

Hinata melihat Gaara sudah lelap tertidur. Hinata pun segera merapikan pakaiannya serta barang-barangnya yang lain kemudian beranjak membersihkan tubuhnya.

Hinata keluar dengan piyama selutut bermotif beruang coklat kesukaannya. Dia merasa sangat segar dan mulai merapikan apa yang harus dia rapikan.

"Gaara? Kau sudah bangun?"

"Hm"

"Apa kau lapar? Aku akan memasakkan sesuatu"

"Hm"

"Baiklah" Ujar Hinata semangat

Gaara mengerutkan dahinya. Apa gadis didepannya ini tidak memiliki rasa capek? Gaara bahkan langsung tertidur pulas saat sampai dirumah.

Hinata berjalan menuju dapur, tentu saja tak ada bahan makanan disana. Ada, hanya sedikit.

"Astaga ini tak bisa untuk makan malam, ini hanya bisa untuk membuat brownies"

Hinata memilih untuk membuat brownies yang tak terlalu manis. Karena Hinata tau bahwa Gaara tak menyukai manis.

"Aku lapar" Ucap Gaara yang kini berganti pakaian dengan celana pendek dan kaus oblong putih polos

"Ah maaf Gaara, bahan makanan habis, aku cuma membuat brownies"

"Kau ini bagaimana! Dasar istri tidak berguna!"

Hinata tersenyum tipis kemudian mengeluarkan browniesnya dari oven dan mendinginkannya sejenak.

"Ini browniesnya, makanlah dahulu untuk mengganjal lapar, aku akan ke supermarket sebentar"

Hinata mengambil jaket dan dompetnya kemudian meninggalkan Gaara yang sibuk menonton televisi sembari memakan brownies buatan Hinata.

"Ini enak" Ujarnya sambil terus mengunyah brownies

Jam menunjukkan pukul 8 dan diluar sedang hujan. Tapi Hinata berlari menutup dirinya dari hujan karena dia lupa membawa payungnya.

"Ini, datang kembali!"

Hinata membalas dengan senyuman ramah. 2 kantung besar ditangannya kini memperlambat larinya. Mau tak mau dia harus rela hujan-hujanan.

"Tadaima"

Gaara hanya menoleh sekilas kemudian mengotak atik remote televisi dengan bosan. Hinata tersenyum simpul melihat perilaku Gaara.

"Kau ingin makan apa?" Tanya Hinata sembari merapikan bahan makanan

"Terserah, tapi aku tidak suka pedas"

Hinata tak menjawab. Dia bahkan belum berganti pakaian. Dia langsung memasakkan ramen untuk Gaara.

"Makanlah, aku memasakkan ramen untukmu"

Gaara memandang pakaian Hinata yang basah. Apa gadis itu sungguh bodoh hingga melupakan payungnya? Hujan sangat deras dan dia tidak memakai payung?

"Aku besok akan kembali ke kantor"

"Eh? Kenapa cepat sekali?"

"Bagaimana pun juga aku tak betah satu rumah denganmu" Ujar Gaara dingin

Hinata tak menjawab. Dia memilih masuk menuju kamar dan mengganti pakaiannya.

"Aku akan tidur di kamar tamu" Ujar Hinata

"Bagus"

Hinata menatap Gaara yang menikmati ramennya sejenak kemudian membawa barang-barangnya menuju kamar yang bersebrangan dengan kamar Gaara.

"Kenapa kau memakai piyama seperti itu?!" Bentak Gaara

"A-ano, aku selalu memakai piyama seperti ini" Ujar Hinata ragu

"Dasar gadis gila!"

Gaara membanting sumpitnya kemudian masuk menuju kamarnya. Hinata menunduk sedih, apa yang salah dengan piyama bermotif beruang? Hinata pun menghela nafas dalam dan mencuci bekas makan Gaara.

Hinata bangun pukul 5 pagi. Dia mulai menyapu dan mengepel kemudian membuat sarapan untuk Gaara. Gaara akan bekerja pagi ini.

Pukul 6 pagi Hinata berjalan menuju kamar Gaara dan berniat membangunkannya. Dia memperhatikan setiap lekukan di wajah Gaara. Tiba-tiba saja air matanya menggenang.

"Tidak, apa-apaan kau ini Hinata! Jangan menangis didepan orang! Menangislah dalam kegelapan! Bukankah itu janjimu?!"

Hinata menghapus air matanya sejenak kemudian mengguncang pelan tubuh Gaara. Mata Gaara perlahan terbuka.

"Gaara, kau harus bekerja hari ini"

"Kau menyentuhku?" Tanyanya dingin

Hinata terdiam. Tak habis pikir bahwa menyentuhnya saja akan membangkitkan amarahnya. Kini Gaara bangkit kemudian mendekat kepada Hinata.

PLAK

"Jangan pernah menyentuhku, Jalang"

Hinata berusaha untuk tidak syok atau menangis didepan Gaara. Dia memandang punggung Gaara yang memasuki kamar mandi. Rasa panas menjalar di pipinya beserta cap merah.

"Aku melalukan kesalahan yang tidak kumengerti dimana letak salah tersebut"

Hinata berjalan menuju lemari dan menyiapkan baju Gaara. Serta membuat ikatan dasi agar Gaara lebih mudah memakainya. Hinata tahu jika Gaara kesusahan memasang dasi. Hinata pun menggantung handuk didepan pintu kamar mandi karena dia tahu Gaara selalu lupa membawa handuk.

Hinata tahu setiap detail tentang Gaara. Dari makanan kesukaannya, minuman kesukaannya, perilaku baik dan buruknya serta apa yang disuka dan tidak dia suka.

Hinata berjalan menuju dapur kemudian merapikan makanan diatas meja makan dia juga menyiapkan bekal untuk Gaara.

Beberapa waktu kemudian Gaara keluar dari kamar dengan pakaian rapi. Dia berjalan menuju meja makan kemudian melirik sekilas ke Hinata yang sedang menyiram tanaman.

Ada biskuit keju dan nasi kepal diatas meja serta bekal yang Hinata siapkan. Gaara memakan biskuit keju dan meminum tehnya. Kemudian mulai memakan nasi kepalnya.

"Aku akan kembali ke klinik hari ini"

Gaara tak tahu sejak kapan Hinata berada didekatnya. Hinata menggulung rambutnya keatas kemudian merapikan ruang keluarga. Apa dia tidak pernah lelah?

"Terserah"

"Aku akan usahakan pulang lebih awal, bawalah bekal untuk makan siangmu"

"Aku takkan pulang"

"Eh?"

"Aku takkan pulang. Karena aku muak melihatmu"

Hinata hanya memandang Gaara lembut dengan senyum simpul namun getir. Hinata menghela nafas kemudian merapikan bekas makan Gaara.

"Sudah mau pergi?" Tanya Hinata

"Dengar Hyuuga, jangan bersikap baik kepadaku hanya karena kau berharap aku akan mencintaimu. Kau tahu? Cinta tak bisa dipaksakan. Aku mencintai Matsuri dan sampai kapanpun perasaan itu tak akan berubah. Uruslah dirimu sendiri!"

Gaara mengambil kunci mobilnya dan kemudian membanting pintu meninggalkan Hinata yang mulai mengatur nafasnya yang tidak beraturan. Hinata terduduk memeluk kakinya, air matanya sudah tak terelakkan. Inilah dia, Hinata si wanita 'kuat'.

***

"Pernikahan Hinata dan Gaara akan membuahkan hasil oleh perusahaan kita" Ujar Hiashi

"Tak kusangka bahwa Gaara akan menerima pernikahan ini" Lanjut Hikaru

Pria berambut merah bata dengan sedikit keriput diwajahnya tersenyum penuh arti. Baginya, Tujuannya dan Gaara adalah sama.

"Gaara sama denganku, lebih memilih perusahaan dari pada pernikahan. Lantas, kenapa Hinata menerima pernikahan ini?"

"Hinata hanyalah parasit di keluarga kami. Dengan tidak adanya dikeluarga kami justru membuahkan hasil bagi keluarga dan keluarga merasa damai" Ujar Hiashi

Gaara berhenti didepan pintu. Apa dia tidak salah dengar? Apakah itu seorang ayah dari Hinata ataukah monster yang merenggut masa depan Hinata?

"Parasit?" Ujar Gaara

Gaara memilih untuk menjauh dan segera berjalan menuju ruangannya. Dia bahkan tak menyangka bahwa keluarga Hinata akan sekejam itu padanya.

"Gaara, ini berkas perusahaan Nara"

"Hai, bawa masuk"

Gaara lebih memilih untuk tidak memikirkannya dan memfokuskan dirinya pada berkas-berkas didepannya.

"Yo!"

Gaara sedikit kaget dengan suara berat yang menyapa indra pendengarannya.

"N-naruto?"

"Kudengar kau sudah menikah, maka aku mengambil penerbangan dari Italia kesini" Ujar Naruto kemudian membaringkan tubuhnya ke sofa hitam milik Gaara

"Bagaimana di Italia?" Tanya Gaara sembari mengerjakan berkasnya

"Yah, disana banyak lekukan tubuh yang indah dan yah begitulah"

"Kau tidak berubah"

"Kudengar kau menikah dengan Hinata. Bukankah dia gadis yang menyukaimu sejak SD? Hahaha gadis berkulit hitam dan berambut seperti laki-laki itu menjadi istrimu?"

Gaara tak berniat menjawab lelucon yang di lontarkan Naruto. Naruto masih tertawa kemudian mengambil tabletnya.

"Ya Mitsuhide?" Ujar Naruto pada seorang pria dilayar tablet

"Naruto-sama, ayahmu mengetahui kepulanganmu. Dia menunggumu dirumah"

"Ah wakatta, aku akan kembali sebentar lagi"

Gaara menatap Naruto. Naruto terlihat mulai tenang dan tidak membicarakan Hinata lagi.

"Kudengar dia menjadi seorang dokter kandungan"

"Kau mendengar banyak hal" Ujar Gaara yang mulai kesal

"Yah, namanya masuk disalah satu mading kampusku karena berprestasi sebagai dokter termuda dan tersukses"

"Huh?" Ujar Gaara tak percaya

"Disana dia menuliskan bahwa semuanya semata-mata mengikuti keinginan orang tuanya. Tapi dia tidak merasa terpaksa karena dia senang membantu banyak pihak"

Gaara menunduk. Hinata sepertinya tak memiliki banyak kesempatan untuk menata masa depannya sendiri. Tapi, Hinata adalah gadis terkuat bukan?

"Aku berniat ingin melihatnya" Ujar Naruto

"Kenapa kau ingin melihatnya?" Tanya Gaara

"Karena aku ingin tahu bagaimana caranya dia menyenangkan orang meski dia menderita"

***

Gaara dan Naruto sampai di klinik Hinata yang cukup megah. Ini adalah hasil kerja keras Hinata yang membuahkan hasil.

"Minggir! Semuanya minggir!"

Naruto dan Gaara serta semua orang di klinik menatap kearah 2 orang wanita dan seorang pria yang mendorong tandu dengan wanita yang siap melahirkan.

"H-hinata?! Astaga, dia cantik sekali" Ujar Naruto tak percaya

Hinata nampak berkeringat hebat, dia mendorong tandu dengan seluruh tenaganya. Gaara memandangnya datar.

Naruto dan Gaara serta beberapa pasien melihat perjuangan Hinata dari jendela ruang bersalin. Hinata sengaja tidak menutup full ruang bersalin karena alasan tertentu.

"Sedikit lagi"

Hinata kini menggendong seorang bayi yang menangis dipenuhi peluh keringat diwajahnya. Hinata pun terduduk setelah memberikan anak tersebut ke ayahnya.

CKLEK

Gaara dan Naruto memperhatikan Hinata yang mulai diambang kesadarannya. Hinata mengerahkan seluruh tenaganya untuk itu.

"Pasien selanjutnya!" Panggil Hinata sembari masuk ke ruangannya

"Apa yang kita lakukan disini, ayo pulang!"

"Sebentar lagi" Ujar Naruto yang menikmati suasana

Sejujurnya, Gaara kagum akan Hinata yang berusaha keras untuk menyelamatkan ibu dan anaknya itu. Hinata terlihat sangat keren.

"Hime!"

Hinata yang sudah keluar dari ruangannya menghampiri wanita yang tadi bersamanya.

"Ah Konan-chan, kau melakukan yang terbaik!" Ucap Hinata sembari tersenyum

"Kau juga, eh eto.. Apa kau mengenal dua pria itu? Mereka nampak mencurigakan" Ujar Konan sembari menunjuk kearah Gaara dan Naruto

Hinata kaget kemudian menghampiri Gaara dan Naruto yang mulai gelagapan. Hinata kini berdiri didepan mereka. Gaara dapat melihat keringat dan lelah di wajah Hinata.

"Apa yang kalian lakukan?"

"Aku menemani tunangan Naruto" Ujar Gaara datar

"Tunanganku baru saja keluar, kami harus kembali, dan oh ya Hinata!" Ujar Naruto

"Hm?"

"Ah iie, jaa!"

Gaara menarik Naruto paksa dan meninggalkan Hinata yang kembali melanjutkan pekerjaannya.

"Parasit" Ujar Gaara

"Ha?" Tanya Naruto yang tak mengerti maksud Gaara

"Dia parasit-"

"Di keluarganya, benar?" Sambung Naruto

"Bagaimana-"

"Aku berada dibelakangmu saat kau tak sengaja mendengarkan obrolan ayahmu dan orang tua Hinata"

Gaara mencengkram setir dan menatap kearah klinik Hinata. Hinata melakukan semuanya semata-mata untuk Hyuuga.

"Dia bukanlah mutiara. Dia hanyalah sebuah kapal yang berusaha bertahan ditengah badai yang kencang menyerangnya"

Gaara terdiam. Ucapan Naruto sedikit menyinggungnya. Tapi tetap saja, dia tak bisa menghilangkan rasa cintanya pada Matsuri.

"Dia takkan bertahan" Ujar Naruto santai

"Huh?"

"Lihat saja, dia akan berlari dan menjauh bukan mengatasi"

Gaara tersenyum miring. Kalimat Naruto ada benarnya. Hinata tak mungkin akan terus-terusan bertahan didalam badai. Dia pasti akan berlari dan menghilang.

"Bukankah kau tidak menyukainya? Kenapa tidak membuat badai itu semakin kencang?

Continue Reading

You'll Also Like

4.2M 53.8K 40
Cerita Dewasa! Warning 21+ Boy punya misi, setelah bertemu kembali dengan Baby ia berniat untuk membuat wanita itu bertekuk lutut padanya lalu setela...
352K 18.5K 32
Galla pratama seorang badboy cadell yang baru saja masuk sekolah barunya,dan dia sudah membuat masalah di sekolah barunya itu. * * * Ravindra adipta...
2.4M 74.8K 44
JUST FICTION! 17+ "DILARANG PLAGIAT! NYARI IDE ITU SUSAH" "ANTI PELAKOR-PELAKOR CLUB" __________ Violyn Georgia Clarence gadis yang duduk di bangku...