Moments ➳ BTS

Por Clouudyy

35.6K 3.5K 290

Because everyone has their own story. ©Clouudyy (July 2016) Mais

❄ first ❄
❄m
❄o
❄m
❄e
❄n
❄s
🌹 second 🌹
🌹m
🌹o
🌹m
🌹e
🌹n
🌹t
🌹s

❄t

1.9K 248 13
Por Clouudyy

Inspirasi dari manga oneshoot milik sensei yang namanya kulupa ._.

❄❄❄

-Jung Hoseok-

🌂

"Kau bawa payung lagi?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Park Jimin tepat saat aku mengeluarkan payung lipat berwarna merah dari tasku dan meletakkannya di laci.

Kepalaku langsung mendongak menatapnya yang duduk di atas meja Jungkook, tepat di depan bangkuku. "Ya, kau tahu aku selalu membawa payung."

"Kupikir kau sudah tidak bawa payung lagi sejak kemarin."

"Aku lupa kemarin."

"Tapi..." Jimin menghela napas, tampak lelah denganku, "Kau tidak lihat perkiraan cuaca tadi pagi? Kau tidak lihat langit yang cerah begini?" Nada suaranya sedikit naik pada kata terakhir yang ia ucapkan.

"Lalu apa masalahnya?"

"Mas-"

"Masalahnya alasan dibalik ini."

Sebelum Jimin menuntaskan kata-katanya, seseorang duduk di bangku Jimin -yang ada di sebelahku, melingkarkan tangannya di bahuku lalu menyambung perkataan Jimin.

Itu Taehyung.

Sudut bibirku tertarik sedikit membentuk sebuah kurva. Kuputuskan untuk mengabaikan maksud mereka. Maksudku, aku mengerti yang mereka pikirkan, tapi...

... aku hanya ingin melakukan yang bisa kulakukan.

"Di mana Jungkook?"

Mereka berdua menghela napas nyaris bersamaan, tampaknya mereka tahu aku tidak ingin membahas ini lagi.

"Dia kalah taruhan dengan Yoora kemarin, jadi sekarang Yoora meminta Jungkook jadi pacarnya selama satu hari," jelas Taehyung dan melepaskan rangkulannya dari pundakku.

"Oh itu Jungkook!" Sontak aku dan Taehyung ikut menoleh ke pintu belakang kelas hanya untuk menemukan Jeon Jungkook dengan wajah suntuknya.

"Gadis sialan menyebalkan." Kata itu yang pertama ia katakan saat menghampiri kami setelah mendorong Jimin agar menyingkir dari mejanya.

***

Katanya, perkiraan cuaca hari ini akan cerah sekaligus terang benderang atau mungkin sesilau kepala plontos guru sejarah kami. Katanya, hari ini tidak akan hujan.

Katanya.

Iya, katanya.

Karena nyatanya adalah dua puluh menit sebelum jam pelajaran terakhir usai, hujan perlahan turun. Mulanya hanya berupa rintik-rintik kecil namun kelamaan berubah jadi semakin deras dan begitu pula suhu yang mulai menurun.

Saranku, jangan terlalu memercayai perkiraan cuaca saat ini karena bisa saja tiba-tiba berubah. Kau tahu, efek dari global warming.

Dan Jimin, salah satu orang yang terlalu memercayai perkiraan cuaca akhirnya hanya dapat mendumel sepanjang pelajaran terakhir. Ia terus mendumel karena setelah jam sekolah selesai ia harus segera pergi ke tempat latihan dance berhubung mereka akan mengikuti perlombaan.

Berbanding terbalik dengan suasana hati Jimin yang sesuram cuaca saat ini, suasana hatiku justru berbanding 180 derajat dengannya.

Tak terasa jam pelajaran akhirnya usai, segera kukemasi barang-barangku dan memakai tas ranselku bersiap meninggalkan kelas.

"Sudah mau pergi?"

Aku hanya menganggukkan kepalaku pada Jimin dan berlalu ke luar kelas. Tak hentinya kudengar orang-orang mendumel mengenai perkiraan cuaca yang meleset hari ini.

Aku berdiri di pintu utama, bersender di dinding memegang payung merahku. Seragam musim panas tentu tidak dapat menghalau dingin yang kini menusuk kulit. Mataku terus memperhatikan murid-murid dengan payung beraneka ragam menari di bawah di bawah rinai hujan. Sudut bibirku juga tertarik saat Jimin menghampiriku beberapa menit yang lalu dengan seorang gadis yang juga dari tempat latihan dance yang sama dengannya.

Jimin tidak pernah membawa payung sejak dulu, jadi kehadiran gadis dari kelas sebelah itu selalu membantu Jimin di kala hujan tengah mengguyur seperti saat ini.

Aku masih berdiri di tempatku dengan senyum terpatri di wajahku, sekitar sepuluh menit sejak aku berdiri di sini akhirnya sosok yang kutunggu muncul dari balik pintu utama. Segera kutegakkan tubuhku yang masih bersender di dinding dan berdiri tepat di pintu utama, memperhatikannya yang tadi melewatiku begitu saja dan berhenti beberapa langkah di depanku.

Ya, selalu begitu.

Ia mendongak dan menjulurkan tangannya menyentuh titik hujan lalu tangannya kembali terkulai di sisi tubuhnya.

Ia tidak pernah menyukai hujan.

Makanya ia kini mendumel menyalahkan perkiraan cuaca tadi pagi, sama halnya dengan Jimin dan yang lainnya tadi.

"Sung Jihwa." Kepalanya langsung menoleh ke belakang ketika namanya kusebut. Kedua sudut bibirnya tertarik, ia tersenyum kecil lalu menghampiriku yang juga mengambil langkah menghampirinya.

"Hoseok-ah, kau baru pulang?"

Aku hanya tersenyum seolah membenarkan pertanyaannya tadi. "Kau sendiri?"

Bibirnya langsung mencebik, berbalik menatap hujan lalu kembali padaku, "Hujan, kau tahu aku tidak suka hujan." Suaranya semakin pelan seiring kalimat yang ucapkan.

"Mau pulang bersama? Aku bawa payung?" Kuangkat payung lipat yang sedari tadi kupegang di depan wajahnya.

Matanya langsung berbinar dan senyum riangnya mendamaikan jiwaku, "Astaga Hoseok-ah, kau selalu jadi penyelamatku tiap aku lupa membawa payung. Aku sebenarnya heran kenapa kau selalu membawa payung." Senyumnya luntur, "Tapi..." Alisku bertaut, ia menatapku, namun tatapannya justru membuat perasaanku tak tenang.

"... hari ini aku akan pulang dengan Chanyeol oppa."

Deg.

"Chanyeol?"

"Iya, Park Chanyeol sunbae kita. Dia temannya Baekhyun sunbae yang sepupunya Taehyung itu."

Rasanya ada yang mengganjal di tenggorokanku. Napasku sesak dan untuk sesaat kudapati diriku terkejut dengan penuturan Rani.

"B-bagaimana kau bisa dekat dengannya?"

"Oh itu..."

Ia tersenyum malu-malu yang justru membuatku semakin sesak saat menatap wajahnya. "Dia sering datang menemui Baekhyun sunbae saat kami latihan paduan suara, dan setelah itu aku mulai dekat dengannya. Dan kau tahu apalagi Hoseok-ah?"

Jihwa menarik napas dalam-dalam, "Kami resmi pacaran kemarin!" Ia nyaris menjerit di depanku.

Jihwa terus meracau menceritakan bagaimana ia mulai mengenal si Park Chanyeol itu. Namun fokusku telah menguap, tak dapat mendengar apa yang ia katakan saat ini.

Diriku masih kaget, tak dapat percaya apa yang baru saja gadis di depanku katakan.

Rasanya seperti jantungku dihujani jutaan anak panah, menyebabkan rasa sakit yang menjalar ke seluruh tubuhku hingga mempengaruhi seluruh organ tubuhku.

"Hoseok-ah."

"..."

"Hoseok-ah."

"..."

"Jung Hoseok!"

Barulah kesadaranku kembali saat ia menepuk tangannya di depan wajahmu.

"I-iya?" Kusadari suaraku pecah. Aku menelan ludah, berharap gumpalan di tenggorokanku dapat hilang.

"Kau mendengarkanku 'kan?"

Aku hanya memberinya senyum tipis, tak ada satu pun kata yang ia ucapkan diterima untuk diproses oleh otakku.

Kemudian sebuah mobil berwarna hitam berhenti di depan kami, suara klakson membuat Jihwa menoleh. Kaca mobil diturunkan dan perlahan terlihatlah sosok pemilik mobil itu.

Park Chanyeol.

Aku membeku.

"Hoseok-ah, aku duluan yah, kapan-kapan kita bicara lagi," katanya dan bergegas menghampiri sedan hitam itu dan tidak butuh waktu lama hingga mobil itu menghilang dari jarak pandangku.

Nyeri.

Rasanya aku ingin menangis tapi aku tahu itu tidak akan berguna.

Sekarang Yoongi hyung akan menertawaiku, pasti.

Aku kalah.

Aku kalah dari Park Chanyeol.

Orang yang baru dikenal Jihwa.

Sedangkan aku?

Orang yang sudah melihatnya sejak tahun terakhir kami di sekolah menengah pertama.

Pertanyaan Jihwa tadi melintas di benakku.

Sudut bibirku tertarik tipis dan sedetik kemudian luntur. Kakiku perlahan melangkah, membawaku melebur di bawah rinai hujan masih dengan payung yang terlipat di tangan kananku.

Alasan kenapa aku selalu membawa payung...

... Jihwa ...

... tidak akan pernah tahu.

❄❄❄

♡ Ara

03 September 2016

Continuar a ler

Também vai Gostar

39.9K 2.5K 14
"kau berubah karena siapa?" "ya kau, karena kau, hanya kau". ________________________ . ✫ . ˚ ✦ · . + · · ✹ . jangan lup...
835K 51.3K 35
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
1.2K 1K 34
Roda kehidupan Ji Hyun berputar hanya dalam satu hari. Dirinya yang merupakan keturunan konglomerat Korea berubah jadi gadis miskin dan harus tinggal...
35.5K 1.6K 28
[Telah terbit: Bukune, 2019] Sebuah kolase kata dan rasa. Tidak kasatmata, tapi bernyawa. Vol. 04 Komposisi : 100% Bias Cahaya __________ #730 in Poe...